Hanya karena salah makan Rafan diare dan kekurangan cairan. Dasar perutnya saja yang bermasalah. Itulah yang dikatakan Luna ketika melihat Rafan sudah bisa melek setelah habis infus satu botol. "Dilarang ngomel-ngomel!" lirih Rafan melirik Luna yang mengangguk-anggukkan kepala. "Ok. Gue simpan dulu. Tapi lo gimana? Dah enakan belum?" "Lumayan." "Sudah sadar?" dr. Zahra datang tersenyum mendekat. Dia memperhatikan jarum infus yang masih terpasang di tangan Rafan. Kesempatan untuk bisa memegang tangan pria yang membuatnya penasaran hingga berdebar. "Eh, eh, eh, kenapa pegang lama banget?" protes Luna menjauhkan tangan dr. Zahra. Dia tak senang melihat perempuan memakai jas dinas putih itu menyentuh Rafan terlalu lama. "Saya ini dokter. Tolong pahami itu!" dr. Zahra memberi penekanan ba