Rafan terlihat begitu santai. Dia mengecek akun media sosialnya sambil menunggu jawaban dari Bu Hera atas obrolannya dengan Sabila. Sedangkan Luna seperti cacing kepanasan. Duduk tak tenang, menarik lengan Rafan, matanya terus menatap sang ibunda yang terlihat sangat serius berbicara dengan ibunya Rafan. “Bisul?” tanya Rafan menatap Luna duduknya tak nyaman. “Gue panik, resah, ketar-ketir, galau, gelisah, takut kita benaran dikawinin gimana?” cerocos Luna. Raut wajahnya masih menunjukkan keseriusan. “Kan sudah gua bilang tadi, kalau dinikahin, ya udah, gas. Kapan lagi lu bisa jadi bini gua.” Rafan tersenyum miring. Dia sudah dapat membaca pikiran orangtuanya, jika Sabila setuju pasti Zayyan tak akan setuju. Oleh karena itu, dia tetap tenang dan menakut-nakuti Luna. Rasain, emang enak g