Misi ketiga

1042 Kata
Dengan keberanian penuh Sean dan ketiga temannya membuka rolling door tersebut kemudian langsung menodongkan pistol pada Andrew yang berada di depan rolling door itu. Andrew melihat ketiga pemuda itu dengan ekspresi datar, ia sudah menduga bahwa keempat pemuda yang berada dihadapannya saat ini berada di dalam ruko tersebut. Andrew menghela napasnya pelan. “Lo orang mau mencoba membunuh gue? Kalian pasti kaget kan gue bisa di sini lagi setelah kalian tembak?” ucap Andrew seakan tahu dan bisa membaca pikiran mereka. Sean masih menatap Andrew dengan tatapan tak suka dan ia juga masih tak mau menurunkan senjatanya itu. “Kalau lo tau kenapa lo ke sini lagi?” tanya Sean dengan nada ketus. Andrew tampak tertawa kemudian ia menghela napasnya pelan. Andrew menatap Sean dan ketiga temannya itu dengan wajah serius. Ia bahkan tak menyangka bahwa Sean dan ketiga orang di belakangnya sanggup membunuhnya, dirinya harus lebih berhati-hati terhadap empat orang yang menyasar di game tersebut. “Yang kalian bunuh itu hanyalah sebuah boneka peniru, gue adalah Andrew asli. Tolong kalian jangan salah paham dengan kelakuan boneka peniru itu, banyak manusia yang dibodohi dengan boneka peniru itu agar gue yang asli dicap jelek karena gue yang tahu dan menciptakan game ini dan jadilah para ciptaan gue mau sok berkuasa,” kata Andrew yang tampak sedikit bingung menjelaskan itu semua. Sean melirik sekilas ke arah Darren dan Gilang yang tepat berada di sampingnya, sedangkan Alefukka berjaga di belakang. Untuk mempercayai ucapan Andrew bukanlah sebuah hal yang mudah, Sean menurunkan senjatanya dari hadapan Andrew yang sedang memohon dihadapan mereka. Sebenarnya sedikit sulit untuk Sean dan ketiga temannya percaya, namun Sean memutuskan untuk percaya pada Andrew. “Ok gue percaya lo. Akan tetapi, lo adalah pembuat game ini apa tidak bisa untuk mengontrol karakter dan aturan agar tidak mempersulit para pemainnya?” tanya Sean yang mulai melunak. Darren dan kedua temannya tampak terkejut karena Sean terlihat mempercayai ucapan Andrew yang bagi mereka hanyalah sebuah omong kosong. Namun, untuk memperingati Sean tentu saja tidak mungkin di depan Andrew. “Mengontrol game bukanlah kendali gue, gue hanya menciptakan permainan ini saja dan kemudian gue juga terkurung digame ini,” kata Andrew yang tampak sangat menyesal membuat game tersebut. Lagi-lagi Darren, Aleffuka dan Gilang tidak ikut bicara mereka hanya mendengarkan percakapan Sean dan Andrew baik-baik seolah enggan untuk menimbung dengan percakapan yang terbilang sulit dipercaya. “Baiklah kalau begitu, mari kita bergabung untuk menuntaskan game ini. Gue berharap akan berakhir baik walaupun tidak yakin,” kata Sean dengan sebuah senyuman kemudian menepuk punggung Andrew seolah mereka sudah jauh lebih akrab dari sebelumnya. “Benar-benar tak masuk akal,” bisik Darren pada Alefukka dan Gilang. Mereka berdua mengangguk membenarkan, namun dilain sisi Alefukka seperti tahu maksud Sean walaupun ia tidak begitu yakin dengan perasaannya. “Terima kasih karena sudah menerimaku lagi dengan baik, semoga kita bisa lekas pulang ke alam nyata,” kata Andrew dengan penuh harapan. Sean tersenyum kemudian melihat ketiga temannya itu yang tampak masih syok dengan sikap Sean yang tiba-tiba akrab dengan Andrew yang mereka tahu adalah seorang yang jahat. “Hei kalian jangan menatap teman baru kita seperti itu, Andrew adalah teman baru kita jangan bersikap asing padanya. Anggaplah dia adalah bagian dari kita mulai sekarang,” kata Sean dengan percaya diri. Darren dan kedua temannya berusaha mengangguk membenarkan ucapan Sean, mereka harus berbaik hati dulu pada Andrew sebelum benar-benar mengetahui maksud Sean mengangkat Andrew menjadi timnya. “Terima kasih, maaf karena membuat kalian salah paham dengan boneka peniru itu. Aku sangat senang kalian bisa menerimaku lagi setelah mendapat first impresion yang jelek,” kata Andrew dengan wajah ceria, ia merasa senang dengan Sean yang menerimanya sebagai tim dan ia berharap agar bisa keluar dari dunia game tersebut dengan atau tanpa Sean dan timnya. “Selamat datang digame survival. Halo para pemain hebat, terima kasih telah menunggu pengumuman misi ketiga dengan sabar. Misi ketiga kalian adalah kalian akan diuji dengan yang tak kasat mata, semoga harimu menyenangkan selamat menjalankan semoga berhasil!” Sean menghela napasnya pelan setelah suara pengumuman itu selesai berbicara. Ia melihat ke arah Darren, Gilang dan Alefukka, sebenarnya ia tidak tahu apa yang dimaksud tak kasat mata. “Kita tidak mungkin kan melawan tak kasat mata alias hantu? Sumpah deh ini game memperumit hidup orang banget,” gerutu Gilang yang tampak tak sabar dengan semua ini. Ia merasa diperumit hidupnya dengan melawan hantu. Alefukka menyodorkan sebuah kertas pada Gilang dan Darren saat Andrew tak melihat mereka. Gilang dan Darren langsung membaca kertas tersebut dengan serius. ‘Tak kasat mata di sini bukan menunjukkan kita harus melawan hantu, melainkan tak kasat mata sesungguhnya mungkin saja diantara kita akan menjadi seorang pengkhianat. Berhati-hatilah!’  Setelah membaca kertas tersebut Darren langsung merobeknya dengan tangannya sendiri, Andrew tidak boleh tahu perihal tulisan itu karena akan sangat bahaya jika Andrew tahu bahwa mereka tahu tentang permainan itu. Mereka juga tidak memberitahu Sean karena pemuda itu berada di samping Andrew terus, dilain sisi mereka juga bersyukur karena dengan Sean di samping Andrew mereka tidak akan menjadi fokus Andrew jadi bisa lebih leluasa dalam berbicara dan memberi kode. Darren melihat Gilang dan Alefukka seakan memberikan sebuah kode. Ia menyodorkan Gilang handytalk sementara ia mengajak Alefukka ke toilet. “Guys, gue permisi dulu ke toilet. Oh iya tetap di sini yaa gue sama Alefukka Cuma bentaran,” ucap Gilang dengan sorot mata penuh arti pada Sean. Sean dan Andrew mengangguk mengizinkan mereka ke toilet sebelum menjalankan misi tersebut. Andrew melihat Gilang dan Alefukka yang sudah pergi dari hadapan mereka seperti tahu sesuatu hal. “Jadi, gimana menurut lo?” tanya Sean membuat Andrew mengalihkan pandangannya pada Sean dan juga Gilang yang berada di belakang Sean. “Maksudnya?” tanya Andrew yang tidak fokus dengan pertanyaan Sean. “Jadi gimana menurut lo soal tak kasat mata yang dimaksud game ini? apa kita akan diserbu hantu dan kita harus melawan dengan doa atau bagaimana?” tanya Sean yang merasa bahwa Andrew tak fokus pada pengumuman itu. Andrew tak langsung menjawab, ia seperti orang kebingungan yang tak tahu jawaban dan ingin sekali mencontek jawaban orang lain. “Mungkin saja, kita akan menunggu hantu-hantunya datang. Seharusnya mereka sudah datang karena pengumuman sudah berakhir,” kata Andrew yang tampak sedikit gelisah melihat jam yang melingkar ditangannya. Hal itu membuat Gilang yakin bahwa analisis Alefukka tepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN