Dibalik Andrew yang jahat

1044 Kata
Alefukka menghentikan aktivitasnya dengan wajah sedikit bingung dengan perkataan Andrew. “Jangan bilang kalau lo dibully? Tapi kenapa?” tanya Alefukka yang tampak terkejut dengan pengakuan tak langsung dari Andrew. Andrew tampak membuang pandangannya ke arah lain dengan wajah penuh kebencian. “Sebelumnya gue udah pernah curhat sama lo, hanya saja sepertinya lo gak anggep cerita gue sebagai kisah nyata. Bahkan mungkin lo berpikir kalau gue melebih-lebihkan,” kata Andrew sambil melihat ke arah lain. “Jadi? Apa keputusan lo sampai napas lo berakhir lo mau di sini?” tanya Alefukka yang merasa aneh dengan semangat hidup Andrew yang terbilang payah. Lagi-lagi Andrew terdiam tak bisa menjawab pertanyaan tersebut, ia benar-benar kehilangan tujuan hidupnya selama ini dan memendam diri di dalam zona nyaman terlalu lama membuat waktunya terbuang sia-sia. Alefukka berdiri kemudian menatap Andrew. “Lo bener-bener payah, lo kira lo akan tetap hidup di dalam dunia game ini? Mungkin lo hidup, tapi jiwa lo udah mati dan kenapa lo gak sekalian melenyapkan diri? Sumpah gue gak bisa bayangin selama 9 tahun lebih, lo gak pernah mikir gimana kehidupan lo selanjutnya? Benar-benar gak bisa dipercaya,” kata Alefukka yang merasa jengkel juga dengan cara berpikir Andrew yang terlalu banyak takut. “Lo gak tahu apa masalahnya! Lo gak ada di posisi gue makanya lo bisa ngomong seenaknya gitu, lo gak punya trauma yang membuat lo punya alesan buat bertahan di dunia game ini. Bahkan semua orang yang gue temuin Cuma bilang kalau gue payah sebagai cowok gak bisa keluar dan nantang diri sendiri padahal mereka gak pernah paham gimana caranya bertahan hidup di dalam trauma yang begitu membekas,” kata Andrew sambil memandangi lantai dengan mata yang sudah penuh dengan air mata. Namun, saat mereka sedang berbicara Fendi dan Stefan datang dengan napas yang tersengal-sengal kemudian menatap Alefukka dengan wajah penuh kebencian. “Lo buat Andrew nangis hah?? Gila ya lo baru sampe dunia game udah bikin anak orang nangis!” kata Fendi yang naik pitam karena melihat kesedihan Andrew yang membuatnya semakin emosi karena Andrew Adalah jalan keluar baginya. Baru saja Fendi hendak memukul Alefukka, Andrew berdiri kemudian mencegah tangan Fendi agar tak menyentuh Alefukka. “Jangan sentuh dia, dia teman gue! Kalau kalian terus seperti ini, maka gue gak akan tepati janji gue,” kata Andrew menatap Fendi dengan ekspresi datar membuat Fendi dan Stefan menciut. Andrew melepaskan tangan itu kemudian pergi dari tempat tersebut meninggalkan mereka bertiga. “Haha, jadi si pecundang itu ngebelain ini anak?” tanya Fendi yang mulai naik pitam, namun tak berani menyentuh Alefukka yang tepat berada di sampingnya karena ia tahu ia akan menjadi penjaga dunia game ini kalau sampai berani menyentuh apa yang sudah diperingati oleh Andrew. Mereka pun akhirnya keluar tak menghiraukan keberadaan Alefukka, ia menyusul Andrew yang merupakan kunci dari dunia game ini. Fendi dan Stefan yakin bahwa menjadi penjilat akan membuat dirinya disukai oleh Andrew dan kemudian mereka berdua akan dilepaskan karena berdasarkan senang. Alefukka melihat ke arah luar minimarket tersebut kemudian celingak-celinguk karena jalanan yang begitu kosong tak ada satu pun orang di tempat itu selain dirinya bahkan tim extramers pun tak terlihat di tempat itu. “astaga mereka ninggalin gue?” tanya Alefukka sambil menghela napas panjaang, ia benar-benar merasa bingung belum lagi handytalknya yang hilang jadi tak bisa berhubungan dengan Sean dan juga kedua temannya itu. Dengan langkah sangat pelan Sean menyeret Alefukka agar kabur dari tempat itu, mereka harus menyelesaikan pembahasan mereka tentang penyamaran yang akan mereka lakukan agar membuat Andrew tersentuh dan mau mengakui permasalahnnya dengan kehidupan masa lalunya belum lagi kampusnya yang Sean curigai sangat bersalah atas hilangnya Andrew. “Lo, apa yang lo dapatkan dari Andrew?” tanya Sean, Gilang dan Darren bersamaan. Alefukka melihat mereka bertiga kemudian menaikkan kedua alisnya dan menghela napas panjang. “Intinya dia punya trauma yang kita gak tau itu apa, hanya saja sepertinya trauma itu begitu nyakitin sehingga kurang lebih 9 tahun Andrew memutuskan untuk tidak pernah keluar dari zona nyaman lagi. Dia juga bilang kalau di dunia game memang sangat menyeramkan banyak zombie dan lainnya, tapi manusia yang berpura-pura baik itu lebih menyeramkan, gue semakin yakin kalau Andrew emang punya masalah di kampus atau lingkungan dia tinggal sehingga dia milih untuk lebih baik menjadi seperti sekarang,” kata Aleffuka membeberkan semua masalah yang ia korek dari Andrew. Sean, Darren dan Gilang menghela napas bersamaan. Mereka tidak akan mudah kalau ternyata masalah Andrew masuk ke sini adalah karena trauma yang begitu mendalam, semua pasti akan memakan waktu yang lama untuk memberikan trauma di dalam diri Andrew hilang. “Lo harus jadi satu-satunya orang yang bisa ngertiin dia, biarin dia percaya dulu sama lo, biar dia nyaman dulu,” kata Sean yang memberikan Alefukka sebuah saran yang dapat Alefukka gunakan untuk melakukan pendekatan dengan Andrew. “Tapi, gue jadi gak tega manfaatin dia, keliatannya kita kayak manfaatin gak sih?” tanya Alefukka yang masih merasa tak biasa dalam membohongi orang seperti itu. Gilang menepuk lengan Alefukka, mereka di sini saling percaya sehingga sulit untuk membiarkan ada satu pun dari mereka yang merasa tidak percaya diri. “Kita ngebongkar ini untuk kebaikan dia juga gak lebih, bukan Cuma kita. Mungkin dia memang tipe yang suka dibantu dalam permasalahan sehingga sulit menyampaikan apa uneg-unegnya dan di sini kita mau bantu, apa itu yang disebut manfaatin?” tanya Sean yang membuka pikiran Alefukka mulai terbuka. Sementara di sisi lain Andrew duduk di dekat perahu yang berada di tepi danau, biasanya jika tak ada orang di dunia game ini, Andrew menaiki itu keliling malam-malam untuk mempertahankan hidup dari zombie-zombie. Kesehariannya selalu di atas perairan karena hidup di darat tak akan tenang karena zombie yang bisa kapan saja muncul di hadapannya. “Semua orang selalu bilang kalau gue cowok lemah, semua bilang kalau gue gak akan jadi orang karena profesi orang tua gue yang Cuma buruh dan pendapatan pas-pas. Masa-masa itu gak pernah mudah, gue selalu pendem ini karena gak mau ibu bapak gue kecewa, cukup gue yang kecewa dengan lingkungan gue yang toxic. But, dari mereka gak ada yang bisa mengerti. Bahkan untuk sekadar merasakan saja mereka tak akan mungkin bisa, sekarang dunia ini adalah milik gue ga ada satu pun yang bisa membuat gue terzolimi di dunia ini,” kata Andrew tersenyum samar melihat air danau yang bergelombang sesekali menggerakkan perahu kecil tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN