Misi aneh

1037 Kata
“Ya, memang ini terlihat mudah dan sepele, tapi di balik ini semua tidak muda untuk kita masuk ke tempat itu. Kita harus berhati-hati kalau tidak ingin terjadi sesuatu,” kata Sean dengan wajah yang sedang berpikir keras. “Selamat datang di game survival. Halo para pemain hebat untuk misi berikutnya adalah misi menjadi tergila-gila karena orang yang kalian cintaii. Semoga harimu menyenangkan” Mendengar pengumuman yang terbilang aneh itu Sean langsung terduduk lemas, ingin rasanya ia berhenti bermain game dan ia sudah muak dengan semua permainan yang diberikan Andrew. Mungkin terlihat sepele, namun permainan tersebut lebih ke menguji mental. Para pemain diharuskan memiliki mental yang kuat untuk mengikuti game survival ini, survival terhadap permainan mental bukanlah sebuah hal yang mudah. Semua emosi dan psikis benar-benar dipermainkan di dunia game ini. Mereka akan saling menghancurkan jika tidak mempunyai mental yang kuat, apalagi yang terbilang emosian dan tak ingin mengalah seperti Darren, Gilang dan Stefan. “Ini mainan apa sih? Bener-bener deh mau rusakin otak orang kali ya,” ucap Alefukka yang untuk pertama kalinya mengoceh karena pengumuman tersebut. Namun, baru saja mereka mengoceh tentang pengumuman tersebut ada seseorang yang terlihat mengetuk pintu mall tersebut. Suara perempuan yang sangat familiar di telinga Sean dan Alefukka. Mereka berdua langsung berlari ke arah rolling door otomatis tersebut, baru saja Sean ingin menekan tombol otomatis untuk membuka rolling door tersebut, Fendi langsung menghalangi tangan Sean. “Lo gila mau buka gitu aja? Bisa aja di sana ada zombie dan itu sebuah jebaakan?” ucap Fendi dengan tegas membuat Sean kembali ke kesadarannya. Fendi pun menyuruh Gilang untuk naik ke lantai 2 dan melihat dari balkon siapa yang berada di depan rolling door tersebut. Gilang langsung mengangguk dan dengan secepat kilat ia sudah berada di balkon dan melihat bahwa benar saja tiba-tiba ada orang yang mereka kenal bahkan Gilang kenal berada di depan rolling door itu. Gilang pun memontret kerumunan tersebut dan beberapa kali melambaikan tangannya ke arah kerumunan itu untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka. Ada satu orang yang melihat ke balkon supermarket tersebut dan melambaikan tangannya pada Gilang. “Hey! Tolong dong bukakan pintu supermarketnya kami ingin berbelanja,” ucap seorang ibu-ibu yang ramah menyapa Gilang dari bawah. Gilang mengangguk kemudian pergi ke lantai dasar untuk memberitahukan teman-temannya untuk mempercayakan manusia-manusia di luar rolling door tersebut. “Hei kalian, di luar sana bukanlah zombie ada kerumunan manusia yang hendak ke supermarket ini,” kata Gilang sambil menyodorkan ponselnya yang memperlihatkan orang-orang berkerumun di depan supermarket tersebut. Stefan terbelalak ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal yaitu kakak perempuannya yang sudah lama meninggal karena sebuah kecelakaan motor saat hendak menjemputnya di kampus. Tanpa sadar Stefan langsung menangis tersedu-sedu rasanya ia ingin sekali menyapa sang kakak yang berada depan supermarket ini. Belum lagi saat Sean melihat ada Klara di depan sana dengan wajah bahagia ia ingin segera menemuinya. Untuk Fendi dan Alefukka tak memiliki orang yang spesial dan menyayanginya berlebihan mereka berdua sadar bukan waktunya bermain dengan hal-hal yang tak berguna seperti ini. “Jangan dibuka! Gue udah bilang jangan dibuka! Itu semua zombie dan kalian ditipu,” kata Fendi dengan tegas sambil menjaga tombol untuk membuka rolling door tersebut. “Dia kakak gue! Gue tahu kalau dia sudah meninggal, tapi untuk kali ini aja biarin gue bicara sama dia! Gue mau minta maaf karena gue dia jadi meninggal, gue harus ungkapin ini semua,” kata Stefan yang sudah banjir air mata membuat Fendi dan Alefukka mulai kebingungan. Sementara Sean juga sudah mengiba-iba untuk membukakan supermarket tersebut untuk mereka, namun rasanya berat untuk Alefukka dan Fendi. Kalau saja ia membiarkan dua orang itu keluar itu artinya ia jahat karena secara tidak langsung membunuh sahabatnya sendiri. “Ini gimana? Haruskah kita main k*******n?” tanya Alefukka yang merasa bingung harus mengambil tindakan apa saat ini. Fendi dengan sigap langsung mengeluarkan s*****a mengarah pada Sean sementara Alefukka mengarah pada Stefan. “Mundurlah selagi kita masih baik, itu di luar bukan kakak atau pun sahabat kalian. Gue gak mau kalian terbunuh hanya karena mereka menyamar menjadi orang yang kalian sayangi! Di luar sana ada juga papi gue yang sudah meninggal, tapi gue gak mau terjebak! Kalian juga harus kuat,” ucap Fendi dengan mata was-was melihat setiap gerak-gerik Sean dan Stefan. Sean tertawa hambar kemudian mendekati Fendi dengan ekspresi datar dan menepis kasar s*****a itu dari tangan Fendi membuat s*****a itu langsung terjatuh ke lantai sementara Alefukka langsung mundur karena takut senjatanya juga dibuang. Dor! Dor! Dua kali tembakan bebas membuat Sean langsung tersadar apa yang sedang terjadi. Sean langsung mengambil s*****a Fendi kemudian mengembalikannya pada pemiliknya. “Lo ngapain pegang s*****a? Turuninlah serem amat,” kata Sean tanpa merasa bersalah. Sedangkan Fendi dan Alefukka saling melihat dan merasa bingung. “Apa lo gak sadar kalau lo mau buka rolling door ini dan membiarkan zombie-zombie masuk?” tanya Alefukka membuat Sean merasa bingung. Wajah Sean membuat Alefukka dan Fendi sadar bahwa tindakannya tadi di luar kontrol Sean dan juga Stefan. Mereka bernapas lega ketika Sean dan Stefan sudah sadar, Gilang dan yang lainnya juga tampak memegangi Sean dan Stefan karena takut saat mereka kembali kambuh mungkin saja akan susah untuk ditenangkan. “Andrew udah bener-bener kelewatan. Dia sampai memakai metode hipnotis untuk membuat kita gila dan kena psikisnya. Kita harus hentikan ini gak bisa dibiarin,” ucap Rezki yang merasa bahwa permainan Andrew mulai parah dan membuat para pemainnya halusinasi. “Sepertinya kita tidak akan pernah lepas dari sini, gue bener-bener nyerah untuk hadapi kayak gini. Kalau memang ini takdir kita maka memang seharusnya kita di sini kan?” tanya Gilang dengan senyuman hambar sambil berjongkok di depan pintu keluar. Mereka sudah bekerja keras sesuai kemampuan mereka, namun rasanya misi mereka terlalu berat dan tak bisa diselesaikan dengan cepat. Kali ini ucapan Gilang bukan sekadar koar-koar tak jelas, bukan hanya Gilang yang berpikir begitu tapi semuanya. “Kita gak boleh panik, kalau kita udah tahu celahnya pasti kita dengan mudah mendapatkan pusat kontrol itu dan membuat kita pulang ke dunia nyata lagi. Jangan takut semuanya baik-baik saja,” ucap Alefukka menenangkan teman-temannya agar mereka tak bertambah stres dan membuat mereka lebih bingung lagi. Sepertinya hanya Alefukka yang masih beroptimis untuk keluar dari tempat tersebut, yang lainnya sudah pasrah seakan menunggu keajaiban saja dari yang maha kuasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN