Mendengar nama Fendi tentu saja Alefukka menebak bahwa Fendi yang dimaksud Andrew adalah Fendi yang satu sekolahan dengan Sean saat SMA. Sean sering kali bercerita dengan Alefukka tentang Fendi di SMA-nya yang sering bermusuhan hanya karena game.
“Apa maksud lo Fendi yang dimaksud adalah Fendi yang satu SMA sama Sean dulu?” tanya Alefukka yang menebak-nebak siapa Fendi yang dimaksud Andrew.
Andrew menggeleng pelan.
“Gue gak tahu, karena dia gak pernah kasih tahu identitasnya sama gue. Yang pasti dia bukan angkatan gue, mungkin sepantaran kalian gue gak tahu juga,” kata Andrew dengan jujur.
Mendengar pengakuan Andrew meskipun belum jelas Alefukka tahu siapa sebenarnya Fendi yang dimaksud Andrew. Sepertinya Andrew benar-benar dibully entah itu di kehidupan nyata atau pun di kehidupan dunia game ini. Tak ada tempat untuk Andrew berkuasa selama ia masih hidup.
“Terus alasan lo gak mau kasih tahu cara kita untuk keluar dari game ini kenapa?” tanya Alefukka yang merasa bingung, karena jikalau Andrew anak tiri seharusnya ia membantu extramers untuk keluar dan mereka bisa bersama-sama keluar dari game tersebut.
“Seperti yang gue bilang, gue dikendalikan oleh game ini dan gue bener-bener gak bisa apa-apa,” kata Andrew dengan wajah tak berdaya. Alefukka menghembuskan napasnya pelan berusaha sabar, ia tahu membujuk Andrew tidak semudah itu dan ia harus bisa menjadi orang yang dipercaya Andrew agar semua rahasia bisa berada ditangannya.
Sama seperti Sean, Alefukka juga akan melakukan hal yang sama untuk mendekati Andrew agar mereka tahu rahasia gladiator. Untuk persoalan beraksi mungkin saja ia bisa mengandalkan Gilang dan Darren karena mereka tak bisa menyimpan rahasia dan akan lebih baik jika mereka tak tahu rahasia tersebut sampai Alefukka benar-benar mengetahui semuanya.
“Baiklah, gue kira kita mulai sekarang benar-benar bisa bersahabat karena seorang sahabat akan selalu membagikan isi hati dan rahasia-rahasianya pada sahabat lainnya,” kata Alefukka dengan wajah senyum bersahabat.
“Kalau memang sekarang gue sahabat lo, tolong lepaskan ikatan ini. Gue juga mau bebas kayak lo,” ucap Andrew memohon.
Alefukka menggeleng cepat menandakan hal itu tidak akan ia lakukan tanpa sepengetahuan Darren dan Gilang.
“Gak bisa, lo harus tetap seperti itu karena gue gak mau mereka mengira kita adalah sahabat karena apa? Lo pasti tahu jawabannya, lo akan menjadi samsak Gilang atau Darren dan gue gak mau sahabat baru gue ini menjadi samsak untuk kesekian kalinya. Lo gak keberatan kan?” tanya Alefukka dengan wajah berdosa.
Andrew menghela napasnya kasar, bagaimana pun apa yang dikatakan Alefukka ada benarnya. Tubuhnya sudah sangat sakit dan tak bisa dibuat sakit lagi kalau ia masih mau hidup.
“Baiklah, terima kasih atas perhatiannya. Gue bener-bener terharu karena disaat seperti ini masih ada orang yang menyelamatkan gue dari kesengsaraan, gue akan balas semua kebaikan lo suatu saat nanti,” kata Andrew dengan mata berkaca-kaca.
Alefukka tak peduli dengan ucapan Andrew yang benar atau tidak karena ia tak berharap dibalas kebaikan juga dengan Andrew karena ia tahu bahwa Andrew terlalu banyak rahasia dihidupnya yang tak patut ia percaya.
Sementara di sisi lain Darren dan Gilang yang sedang berkeliling mall tampak bingung karena sudah satu jam mereka mencari keliling mal tersebut tak ada satu pun orang di sana.
“Lo yakin kalau orangnya masih ada di sini? Kita dari tadi gak lihat ada orang loh?” kata Darren dengan sedikit kesal karena sudah berputar beberapa kali di mall tersebut, namun tak sekelebat orang pun yang mereka temui.
“Gue yakin orang itu masih ada di sini, dia selalu memantau kita entah dari mana,” bisik Gilang yang takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka.
Darren membisikkan sesuatu pada Gilang, mereka pun setuju untuk kembali saja ke ruko di mana Alefukka dan Sean berada. Mereka tahu bahwa tidak akan menemukan orang yang mengendalikan drone tersebut karena pengendali drone tersebut tahu bahwa dirinya sedang dicari.
Mereka pun akhirnya kembali ke ruko tersebut, namun saat sedang berjalan mereka melihat seseorang yang tampak lari ke arah kanan menghindari penglihatan mereka. Darren yang melihat itu langsung lari dengan secepat kilat, ia merasa beruntung karena dulu pernah menang dalam perlombaan lari di SMA dan sekarang ia bisa mempergunakan kemampuannya itu untuk berlari mengejar penjahat.
Gilang hanya mengikuti saja ke mana arah Darren berlari karena tidak tahu yang dituju Darren.
“Lang cegat di sebelah utara!” teriak Darren yang memerintahkan Gilang agar mencegat jalannya yang terduga adalah komplotan Andrew.
Benar saja ketika Gilang berlari ke arah utara ia menemukan orang yang dikejar Darren tadi. Orang itu berjalan mundur karena tak menyangka bahwa Gilang akan mencegatnya di area tersebut.
Sedangkan di belakang orang itu ada Darren yang mencegatnya agar tidak bisa kabur dari tempat itu. orang itu mencari cara agar bisa kabur dari tempat tersebut tanpa melewati jalan yang sudah Darren dan Gilang halangi, tetapi sialnya hanya dua jalan itu yang bisa meloloskan dirinya.
Namun, saat ia sedang berpikir bagaimana cara kabur dari Darren dan Gilang. Kedua pemuda itu harus menghadapi dua orang yang menyekapnya dari belakang.
Gilang yang sudah terbiasa dengan hal seperti ini dengan mudah menjatuhkan lawannya, namun tidak dengan Darren yang tampak kesulitan menghadapi lawan tersebut. Gilang pun mencoba membantu Darren yang sudah kewalahan.
Bruk!
Satu kali pukulan Gilang dapat membuat sang lawan tersungkur dan susah untuk kembali berdiri karena ia tahu mana saja area tubuh yang fatal dan tak dapat menerima pukulan yang sangat keras.
Namun, sayangnya yang mereka cegat dari awal sudah melarikan diri dan tak sempat mereka kejar. Namun, saat Darren membuka penutup kepala mereka berdua terlihat salah satunya yang Darren kenal yaitu Stefan.
“Stef? Lo ngapain di sini? Gak mungkin lo jadi jahat gini,” ucap Darren dengan sedikit syok, ia tidak menyangka bahwa Stefan yang ia kenal baik sejak masuk kuliah dan satu kost dengannya malah berkhianat.
Stefan mengusap darah segar yang mengalir di hidungnya, ia benar-benar kewalahan menghadapi Gilang yang jago karate. Rasanya ia tidak mampu untuk menjawab pertanyaan Darren.
“Gue terpaksa,” ucap Stefan yang terdengar seperti berbisik. Alasan klasik Stefan membuat Darren kesal, tidak seharusnya orang melakukan kejahatan karena terpaksa dan Darren yakin bahwa hal seperti ini seharusnya bisa Stefan hadapi bukan ikut melakukan apa yang disuruh.
“Alasan lo terlalu klasik, Bro! Gue gak bodoh untuk tahu ini semua,” kata Darren yang tampak sangat kesal, ia memerintahkan Gilang untuk menyeret Stefan dan satunya lagi yang tak mereka ketahui namanya.