Ide Gila Sean

1032 Kata
Sean melemparkan senjatanya ke atas tempat tidur dengan rasa kesal yang sudah menggebu-gebu, bagaimana bisa ia salah menangkap orang padahal ia sudah lihat dengan jelas bahwa Erika telah menggotong orang yang sudah berdarah-darah. “Gue ngerasa bingung gitu, lo tahu kan ibu kost gue mulutnya heboh banget dan selalu banggain Erika ke anak-anak kost di sini? Tapi kok ini si ibu kost diem-diem bae gak gambar-gembor?” tanya Sean yang merasa frustrasi dengan pikirannya yang tak pernah istirahat dari tebakan kesialan itu. “Kan dunia ini terbalik dengan dunia nyata, jadi kemungkinan besar emang si ibu kost lo gak akan norak versi dunia game,” ujar Darren sambil merebahkan tubuhnya di kasur, sepertinya ia harus menyelesaikan rasa kantuknya. Keempat pemuda itu sudah persis dengan pemuda yang tidak punya pekerjaan harus mencari kanibal dan hantu di dunia game padahal mereka tak kuliah untuk ini. “Gue bingung tanda-tanda kalau seseorang kanibal dan hantu itu apa? Gue rasa semuanya tampak seperti biasa,” kata Gilang yang mulai gila dengan permainan ini. Hidup dan masa depannya benar-benar dipertaruhkan di dalam game ini. “Dipengumuman gak disampaikan sedikit pun mengenai ciri-ciri hantu dan kanibal, jadi kayaknya kita harus lebih mutar otak lagi,” kata Alefukka yang berpikir keras untuk mencari tahu tanda-tanda bahwa seseorang kanibal atau hantu. Gilang melempar senjatanya ke arah pintu, ia benar-benar kesal dengan Sean yang membawa mereka ke tempat yang tak jelas menjadikan hidup mereka juga tak jelas seperti sekarang. “Ini semua gara-gara lo! Kalau aja lo gak angkut itu PC udah pasti nasib kita jelas gak kayak gini! Pokoknya gue gak mau tahu ya kalau sampai kita gak bisa keluar juga dan gak bisa nemuin hantu dan kanibal itu maka gue yang akan membuat lo merasakan imbasnya!” ancam Gilang dengan rasa jengkel yang sudah menggebu-gebu sambil menunjuk-nunjuk wajah Sean yang tepat berada di hadapannya. Darren yang mendengar itu langsung bangkit berdiri kemudian menjambak kerah baju Gilang dengan rasa kesal yang sudah memuncak. “Lo kira gue sama si Alefukka mau gitu di sini? Gak usah bikin diri paling terzolimi deh lo, lama-lama gue zolimi beneran lo baru tahu rasa,” kata Darren kemudian mendorong Gilang dengan kasar hingga Gilang menubruk lemari Sean. Alefukka hanya bisa menggeleng-geleng saja melihat kedua temannya yang seperti anjing dan kucing yang berada dalam satu ruangan. Sulit untuk menyatukan Darren dan Gilang yang berada dalam satu ruangan, mereka akan selalu bertengkar bila bertemu entah masalah mereka apa yang pasti mereka tidak akan pernah damai sampai kapan pun. Sean memilih untuk keluar dari kostnya, ia benar-benar gagal menjadi ketua yang baik sehingga semua anggotanya sengsara dan tak bisa tenang karenanya. Ia merasa bahwa ia tak berdaya dan tak bisa memimpin timnya. Alefukka melihat Sean yang tampak sedih dengan apa yang terjadi dan ia merasa tak tega dengan Sean—sahabatnya sejak kecil sekaligus pria yang Klara cintai. Tangannya mengepal kuat, kemudian masuk kembali ke dalam kost. Alefukka tahu bahwa Sean butuh sendiri untuk memikirkan hal-hal yang sekiranya akan menjadi sebuah petunjuk. Namun, jelang beberapa saat Sean bertekad untuk memberikan ide ini pada ketiga temannya itu. “Guys gue punya ide, gimana kalau kita pancing mereka dengan daging orang gapapa kalau kita membuang 1 kesempatan lagi untuk menjebak mereka dengan daging orang tersebut,” kata Sean dengan wajah berbinar. Ketiga temannya itu melihat Sean dengan rasa aneh sekaligus merasa seram dengan saran dari Sean yang baru saja mereka dengar itu. “Kita akan membunuh seseorang loh, Sean. Tapi kok muka lo kayaknya malah seneng gitu? Kita pada dasarnya bukan pembunuh, bagaimana kita bisa memutilasi bagian tubuh orang dengan rasa tak bersalah dan menganggap itu sebagai bahan pancingan? Gue gak ikutan deh kalau idenya gitu,” kata Alefukka yang sudah membayangkan betapa mengerikannya momen-momen itu yang tak akan mereka lupakan sampai kapan pun. Sean menghela napasnya pelan mencoba menenangkan emosinya yang down begitu ketiga temannya tampak tak setuju dengan ide gilanya itu. “Lo orang sadar gak sih kalau mereka-mereka yang hidup di dunia game ini bukan manusia? Ketika mereka kita bunuh, mereka akan menghilang secara otomatis dan tak perlu proses kubur mengubur. Jadi, kita gak dosa atau pun gimana-gimana,” ujar Sean dengan rasa jengkel yang sudah naik ke ubun-ubun bahkan wajahnya juga memerah menahan emosi. “Dan lo sadar gak sih dengan kita terbiasa membunuh di sini dan memutilasi sana-sini pada akhirnya kita akan menjadi psikopat di dunia nyata nanti? Ini soal mental yang tak akan sembuh dengan mudah, Sean,” kata Alefukka yang merasa bahwa itu bukan jalan satu-satunya mencapai itu semua. Sean tersenyum miring, ia benar-benar kesal dengan sarannya yang selalu mendapatkan penolakan dari ketiga temannya dan ia tak pernah benar dimata ketiga temannya tersebut. “Ok, kalau emang lo gak mau. Terus ide lo apa buat ngebebasin kita? Kita gak punya banyak waktu kita harus segera pulang karena pasti kita sudah lama menghilang dari dunia nyata,” kata Sean seolah mendesak Alefukka dengan wajahnya yang sudah kesal. Alefukka menatap Sean dengan ekspresi datar, kini giliran Gilang dan Darren yang melihat drama antara Sean dan Alefukka yang sekarang sudah mulai suka berdebat seperti mereka. “Ya, yang pasti mutilasi bukan jalan keluarnya. Gue gak mau jadi gila Cuma gegara game ini, gue masih punya banyak impian dari pada yang lo kira. Gue gak mau bantu dengan ide-ide gila lo itu,” kata Alefukka dengan tegas. Walaupun satu-satunya cara hanya memutilasi orang untuk mendapatkan kanibal dan hantu itu, Alefukka tak akan menjalankannya karena ia lebih mementingkan mentalnya agar tetap sehat. Sean berbalik melihat ke Darren dan Gilang merasa bahwa ia masih punya kesempatan mendapatkan persetujuan dari kedua temannya itu. Namun, sayangnya Darren dan Gilang menggeleng pelan tanda tak menyetujui perkataan Sean. “Kalian ini kenapa sih? Gue selalu berusaha agar kalian bisa keluar dari sini, tapi kalian malah gak pernah bantu gue, gue gak paham lagi deh ke mana logika kalian yang udah ketutupan kayaknya dan lebih betah di sini,” kata Sean kemudian pergi meninggalkan mereka di kostnya. Darren menghela napasnya, entah bagaimana ia tidak ingin membayangkan benar-benar memutilasi orang walaupun memang di dunia game ini yang terlihat oleh mereka bukanlah seorang manusia yang sesungguhnya, tetap saja psikologis mereka akan terganggu dengan ini semua. Begitu pun Gilang yang tak ingin mengambil resiko atas mentalnya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN