Mendengar semua nasihat Alefukka membuat Sean semakin merasakan bimbang di hatinya, ia marah pada Darren karena ia telah membuat Klara menderita seperti itu. Namun, dilain sisi Sean juga tidak ingin persahabatannya pecah hanya karena ini semua.
“Apa menurut lo semua ini bisa ditoleransi dengan kata maaf?? Gue masih gak bisa menerima ini semua, Le. Ini bukan Cuma karena perasaan gue pada Klara, tapi kita tumbuh bersama Klara lebih dulu daripada Darren. Klara udah seperti sodara buat gue,” kata Sean yang masih kekeuh untuk tidak memaafkan Darren begitu saja.
“Gue paham gimana perasaan lo karena bukan Cuma lo yang anggap Klara sebagai seorang saudara tapi juga gue. But, dalam keadaan seperti ini gak sepantasnya kita saling pecah,” kata Alefukka yang mencoba berpikir baik-baik tentang semua tindakan yang hendak mereka lakukan.
Sean menggelengkan kepalanya pelan, semua ini tidak bisa membuatnya berbesar hati untuk memaafkan Darren. Semua ini juga tidak bisa menggantikan rasa sakit Klara.
“Gue lagi gak butuh ceramah, Le. Tinggalkan gue sendiri, gue harus menenangkan perasaan ini,” ucap Sean yang berusaha untuk tetap tenang walaupun hatinya terasa sakit. Alefukka yang paham keadaan Sean pun langsung mengangguk sambil menepuk-nepuk punggung Sean kemudian meninggalkan pemuda itu sendirian di balkon supermarket tersebut.
Sedangkan Darren yang sedari tadi menguping dibalik pintu pun langsung meninggalkan tempat itu ketika Alefukk hendak keluar. Darren terduduk di pojok ruangan tersebut, rasanya benar kata Sean bahwa dia tak pantas ditoleransi, semua kesalahannya benar-benar fatal. Kalau saja ini hanya masalahnya dengan Sean pasti Sean memaafkannya, namun ini berhubungan dengan Klara yang mana Darren juga tahu bahwa Sean menyukai gadis itu dan ia telah membuatnya kehilangan nyawa.
Darren sadar bahwa ia pantas untuk diasingkan bahkan ia merasa tak layak berada di tim extramers hanya karena mereka sedang menjalankan misi maka dengan terpaksa Darren bertahan di tim tersebut sampai misi berakhir.
Alefukka melihat Darren yang sedang duduk sendiri termenung di pojok ruangan, untuk kali ini saja Alefukka tidak ingin berbelas kasihan pada Darren. Apa yang dikatakan Sean ada benarnya, bahwa kesalahan Darren benar-benar tak bisa ditoleransi.
“Ale...” ucapan Darren terpotong, Alefukka tak menghiraukan dirinya pemuda itu langsung meninggalkan Darren ketika Darren menyadari kehadirannya.
Sikap Alefukka yang dingin membuat Darren jadi merasa tambah bersalah, namun bagaimana pun juga ia tidak bisa menghidupkan Klara lagi untuk meminta maaf pada Sean dan juga Alefukka. Ini bukanlah sebuah kesalahan yang bisa ia tebus dengan sesuatu. Ia telah membuat Klara menghilangkan nyawanya sendiri sementara bagaimana mungkin ia berharap bisa diterima lagi oleh Sean dan Alefukka yang merupakan sahabat Klara dari kecil.
Gilang yang kebetulan akan ke lantai atas melihat Alefukka yang pergi begitu saja padahal Darren memanggilnya. Gilang melihat kepergian Alefukka sambil menggeleng pelan kemudian melihat Darren dengan wajah miris.
“Makanya kalau jadi cowok itu gak usah yang aneh-aneh deh, kalau kayak gini gue gak jamin deh lo bisa dapet cewek lagi atau gak,” kata Gilang dengan sinis kemudian meninggalkan Darren dan pergi ke lantai 2.
Darren tak masalah jika ia harus berakhir dibully semua orang karena kelakuan bejatnya itu, namun bagaimana pun orang membully dan menghakiminya ia tak pernah bisa menghidupkan Klara kembali.
"Astaga, gue bener-bener khilaf. Andaikan Klara lebih sabar mungkin di gak akan meninggal dan melenyapkan dirinya begitu saja. Kenapa sih, Ra lo lebih milih bunuh diri dari pada nunggu? Kenapa?” ucap Darren sambil menangis di pojokan, ia adalah seorang pengecut, laki-laki yang tak bisa bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat.
Tak sengaja Sean mendengar semua ucapan Darren, namun bagaimana pun juga rasa sakit itu masih ada sekali pun benar bahwa Darren ingin bertanggung jawab. Sean langsung melangkah pergi ketika Darren melihat dirinya di pintu.
“Sean! Tunggu!” ujar Darren kemudian berlari menghampiri Sean dengan wajah yang sudah penuh air mata. Ia merasa bahwa ia tak layak berhadapan dengan Sean lagi, namun ia harus tetap meminta maaf pada Sean. Sean menghentikan langkahnya kemudian berbalik melihat Darren
“Jangan pernah sebut nama gue lagi! Gue gak kenal sama lo,” kata Sean dingin kemudian melanjutkan langkahnya lagi.
Seketika juga semua tulang di tubuh Darren seperti sudah tak bisa menopang lagi, rasa lemas langsung menghampirinya. Entah mengapa disaat-saat seperti ini dirinya menjadi lemah. Bahkan yang tadinya emosian, ia jadi lebih banyak bungkam dari pada mengkritik lagi.
Sedangkan Fendi, Rezki dan Stefan yang berada di meja dekat kasir melihat drama persahabatan itu dengan wajah miris. Bagaimana pun juga mereka tahu bahwa persahabatan tim extramers adalah yang paling solidaritas di kampus juga mereka dikenal sebagai anak-anak yang baik dan tak bermasalah. Namun, ketika mereka masuk ke dalam dunia game ini seakan semua terlihat berbeda dari dunia nyata.
Tim extramers tak sebaik yang mereka lihat, bahkan mereka lebih senang saling menikam satu sama lain. Mungkin bisa dibilang hanya Alefukka dan Sean yang masih terbilang waras dan tak mengkhianati sahabatnya sendiri.
“Menurut lo apa extramers akan kembali seperti dulu setelah semua yang sudah terjadi?” tanya Stefan sambil memakan camilannya melihat ke arah Sean dan Darren yang sedang berjalan ke arah yang berlawanan.
Fendi melihat Sean yang sudah jauh dari mereka kemudian menghela napasnya pelan, ia jadi kasihan pada Sean yang selalu mendapatkan sesuatu yang tak baik dari orang yang ia anggap sahabat.
“Sepertinya sulit, karena ketika mengetahui kesalahan seseorang apalagi sahabat mungkin kita akan benar-benar kecewa apalagi kesalahan Darren benar-benar sangat fatal dan membuat salah satu sahabat Sean meninggal, lo tahu kan kalau orang udah kecewa gimana? Mungkin itu yang dirasakan Sean saat ini dan untuk persahabatan mereka? Lo bisa bayangin sendiri gimana alurnya nanti,” ucap Fendi sambil menyeruput kopi.
Rezki dan Stefan saling pandang kemudian mengangkat kedua bahunya pelan, mereka tak bisa mengomentari apapun selain menunggu apa yang terjadi selanjutnya.
Sean menghentikan langkahnya di depan pintu keluar, ia melihat keluar supermarket yang terdapat beberapa zombie yang sedang berkeliaran. Rasanya ia ingin sekali ikut dengan Klara agar tak perlu pusing lagi dengan dunia ini, namun ia masih memikirkan nasib teman-temannya yang berharap padanya.
Sesekali Sean terlihat meneguk air liurnya ia masih memikirkan baik-baik kehidupannya jangan sampai ia mengambil langkah bunuh diri dan ia akan menyesalinya seumur hidup.
Baru saja Sean ingin membuka pintu tersebut, seseorang memegangi bahunya dan membuat Sean menghentikan langkahnya dan berpaling melihat siapa yang menghentikannya.