Sebuah pengakuan

1036 Kata
Mendengar alasan Gilang tentu saja membuat Darren merasa dipermalukan oleh Gilang. Darren langsung menampar Gilang dengan keras hingga membuat Alefukka yang sedang fokus dengan jawaban Gilang pun terkejut. “Guys harap tenang dong, ini sesi misi kalau bisa jangan ada yang bertengkar dulu. Gue tanyain ini bukan untuk ngadu domba kalian, ayo Darren kembali ke tempatnya,” perintah Alefukka yang sudah lelah sebenarnya memperingati kedua orang itu. “Lo gak seharusnya ikut campur tentang ini, sumpah gue ada niat untuk ngaku tapi gak kayak gini juga caranya. Lo bener-bener keterlaluan tau gak!” seru Darren yang langsung ditenangkan oleh Fendi yang tepat berada di sampingnya. Gilang tak merespon ucapan Darren karena memang ia sengaja melakukan itu untuk menjatuhkan Darren sekaligus membantu Darren untuk mengungkapkan yang sudah lama ia sembunyikan. Gilang mendapatkan dua keuntungan untuk ini semua. Kali ini suasana menjadi sangat canggung, Alefukka pun kembali ke tempat duduk semula dan melihat sahabat-sahabatnya yang sudah tampak kacau. Alefukka juga baru tahu bahwa Klara meninggal karena depresi yang ia tahu selama ini Klara sakit dan tidak ingin menemui Sean karena itu. Tidak seperti Sean, Alefukka lebih kalem setelah mendengar itu semua walaupun tak bisa dipungkiri bahwa Alefukka juga sangat sakit hati mendengar pengakuan Darren. Urutan nomor 3 adalah giliran Fendi, pemuda itu melihat ke arah Sean kemudian mulai bertanya seperti yang lain. “Truth or dare?” “Truth” “Ok. Apa ada kebencian lo sama gue selama ini? Gue selalu membuat lo risih dan selalu buat lo layaknya saingan yang harus dienyahkan, apa ada sebuah dendam dihati lo atau mungkin kekesalan yang tersembunyi?” tanya Fendi dengan ragu-ragu. Sean menghela napasnya, untuk kali ini ia harus lebih kalem karena mereka harus benar-benar menyelesaikan misi ini. “Gue juga manusia normal sama seperti lainnya yang pasti ada rasa kesal dan muak terutama buat yang bener-bener kesalahannya fatal. Tapi untuk lo sendiri gue gak pernah lihat kalau lo melakukan hal fatal selama ini, jadi gue keselnya masih dalam tahap wajar, gak ada dendam sama sekali dan kemungkinan kita berteman ada. Kali aja lo bisa menggantikan orang b***t itu,” kata Sean sambil melirik Darren yang langsung menunduk karena Sean tatap seperti itu. Fendi yang merasa bahwa Sean sedang menyindir Darren pun langsung mengerti kemudian ia cepat-cepat kembali ke barisannya. Satu persatu pun menjalankan perannya masing-masing, setelah semua selesai mereka tak lagi berbicara. Semuanya bubar dan tak lagi berkumpul, terutama Sean yang sangat terlihat sekali cepat-cepat keluar dari lingkaran tersebut Alefukka mengikuti Sean sementara Gilang yang sedang perang dingin dengan Darren dijaga oleh Stefan dan Fendi. “Gue gak sangka lo bener-bener jahat. Kenapa sih lo harus berbuat kayak gitu? Gak ada moral banget,” celetuk Stefan dengan ketus. Darren melihat Stefan kemudian mengalihkan pandangannya, rasanya saat ini ia sedang malas untuk ribut. Fendi memberikan Stefan kode untuk tidak ikut campur dengan hal tersebut. “Ayo kita lebih baik istirahat atau jalan-jalan gue sumpek," kata Fendi mengajak Stefan untuk pergi dari tempat itu. Mereka berdua pun langsung pergi meninggalkan Gilang dan Darren hanya berduaan. “Kenapa gak pergi? Lo mau uji emosi gue lagi?” tanya Darren dengan ekspresi datar, rasanya benar-benar ingin meninju wajah Gilang hanya saja ia masih bisa mengontrol diri karena Darren tahu bahwa Gilang memberitakan sebuah kebenaran di mana itu semua tidak seharusnya dipersalahkan. “Gue Cuma mau membantu lo, jangan salah paham. Semuanya sudah selesai tidak perlu ada denda lagi, ayolah kita pergi dari sini menyusul mereka,” kata Gilang sambil mengulurkan tangannya pada Darren. Darren melihat tangan itu kemudian pergi tak menghiraukan uluran tangan Gilang. Gilang menelan ludahnya sendiri, rasanya tenggorokannya tercekat karena itu tandanya Darren masih marah padanya. Sementara di area makanan Fendi dan Stefan sedang memilih makanan untuk mereka makan siang ini. “Apa menurut lo extramers bakal balik lagi? Gue rasa sulit untuk mereka kembali terlebih Darren melakukan kesalahan fatal dan menjadi penyebab seseorang meninggal.” Stefan mengatakan itu sambil memilih camilan yang berada di rak di hadapannya. Sedangkan Fendi tak menjawab pernyataan itu, diam-diam ia juga setuju dengan perkataan Stefan. Ia tahu bahwa kesalahan Darren benar-benar fatal dan sulit untuk dimaafkan. Kalau saja dirinya diposisi Sean pasti sulit untuk memaafkan Darren. “Doain yang terbaik aja, kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Menerka-nerka juga rasanya percuma karena kita gak pernah tahu akan terjadi apa di masa depan kan?” ucap Fendi kemudian meninggalkan Stefan yang masih sebal karena Fendi tak bisa diajak bergosip. “Ah dia terlalu kaku,” kata Stefan kemudian mengikuti Fendi dari belakang. Hari itu banyak sekali hal yang membuat mereka mengetahui rahasia-rahasia satu sama lain dan membuat beberapa diantara mereka merasa lega sementara lainnya merasa dilema karena pengakuan tersebut. Sementara itu Gilang yang merasa tak mempunyai pekerjaan setelah menyelesaikan misi tersebut berniat untuk mencari keberadaan Rezki untuk mengetahui keberadaan pusat kontrol game tersebut. Dengan berbekal beberapa s*****a dan baju yang lumayan tebal, Gilang langsung keluar dari supermarket tersebut dengan sangat hati-hati. Wajahnya tampak pucat ketika melihat suasana yang begitu sepi di pagi hari, memang ia masih aman karena para zombie tak bisa keluar di siang hari seperti ini. “Definisi zombie rasa drakula, sepertinya Andrew tak mengetahui banyak tentang bedanya drakula dan zombie sehingga ia membuat karakter zombie yang takut akan sinar matahari,” ucap Gilang terkekeh. Saat ini ia bebas untuk menjelajahi area luar selama hari belum gelap, namun jika hari sudah gelap maka tak ada kesempatan lagi untuknya mencari sebuah pusat kontrol game tersebut. Dengan langkah pelan namun pasti Gilang melihat sebuah rumah pohon yang entah punya siapa terpajang di atas pohon tanpa penghuni. “Apa di sana pusat kontrolnya? Kalau gue masuk ke sana kira-kira bahaya gak ya?” tanya Gilang meneguk ludahnya sendiri merasa ngeri dengan langkah yang akan ia ambil ini. Namun dengan keyakinan penuh demi keluar dari dunia game itu ia harus nekat keluar dari zona nyaman. Walaupun rasanya takut, namun Gilang tetap menjalankan itu tanpa ditemani siapa pun, ia hanya mengandalkan sebuah handytalk berharap semua teman-temannya mendengar suaranya ketika ia sedang membutuhkan. Gilang dengan cepat menaiki tangga yang menuju rumah pohon tersebut dengan perasaan was-was. Namun, saat ia melihat dengan jelas ke dalam rumah pohon itu tak ada satu pun barang di sana. Sepertinya itu hanya sebuah peristirahatan agar tidak terlihat oleh zombie.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN