“Kamu semakin cantik saja, Kania.” “Mama bisa saja. Mama juga, malah kelihatan lebih cocok jadi kakaknya Rion daripada mamanya.” “Mulut kamu itu selalu manis sejak dulu.” Terdengar tawa renyah saling bersahutan dari arah depan pintu dapur. Ran fokus pada apa yang sedang dia kerjakan, tanpa berani melirik sang oma yang sudah berbincang hangat dengan mama dari calon tunangannya. Calon tunangan? Apakah pria itu akan benar-benar jadi tunangannya? Sejak kemarin habis mendengar percakapan ayahnya dan sang oma, Ran sudah bersiap kalau sang ayah akan membatalkan pertunangannya dan Aryan. Namun sampai sore ini, semua seperti biasa, tidak ada yang aneh. Ayahnya pun sebelum berangkat bekerja terlihat biasa-biasa saja saat melihatnya. “Kamu seharusnya di depan saja, Aryan. Tidak perlu repot-r