Usai makan siang bersama, Arsen mengantar Nana kembali ke butik. Namun, saat di perjalanan, tiba-tiba saja ponsel Arsen bergetar. Nana menoleh saat menyadari hal tersebut. “Kak, ada telepon. Siapa tahu penting,” kata Nana. Kebetulan, setelah itu mereka harus berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah. Arsen pun merogoh kantongnya untuk mengambil benda pipih yang bergetar miliknya itu. Terdapat sebuah panggilan masuk. Karena Nana penasaran, ia menjulurkan lehernya untuk melihat siapa yang menelepon suaminya itu. Kemudian, ia menghela napas panjang setelah berhasil membaca nama si penelfon. “Ya, halo?” “...” Nana tak dapat mendengar sama sekali apa yang dibicarakan oleh lawan bicara Arsen. “Aku lagi di jalan. Paling tiga puluh sampai lima puluhan menit lagi sampai rumah sakit. Ke