Rita berusaha menyingkirkan isi pikirannya seperti menyingkirkan debu yang bertebaran di atas sofa atau kasurnya. Menurutnya itu menggelikan, namun Rita tidak dapat menghentikannya. Pemikiran itu seperti bius yang mengalihkan perhatiannya dari banyak hal: terutama Jim, satu-satunya hal yang ingin dihindari Rita pagi itu.
Percakapannya dengan Jim di dapur membuatnya ngilu. Laki-laki itu mengatakan bahwa Rita sebaiknya bersikap manis di hadapan keluarganya. Jim juga mengatakan bahwa ia telah memaafkan Rita seolah-olah yang dilakukannya merupakan sebuah kesalahan besar. Jim tidak ingin Rita mengulangi kesalahan yang sama, yang mana itu berarti, laki-laki itu melarangnya untuk mabuk, bersikap konyol dan menjadi dirinya. Rita enggan membahasnya. Jim – sebagai gantinya – meminta Rita untuk tetap tinggal dan membatalkan semua kegiatan di luar rumah. Laki-laki itu memaksa Rita dengan memblokir semua akses kartu kreditnya dan menyita semua barang berharga seperti notebook yang biasa digunakan Rita untuk bersosialisasi juga mobilnya. Dan setelah menghabiskan waktu seharian terkurung di dalam rumah seperti peliharaan, Rita memutuskan untuk menghubungi David. Laki-laki itu setuju untuk menemuinya. Itu sekaligus menjadi tindakan paling ekstrem yang dilakukannya, namun menggairahkan, disisi lain tampak menghibur.
Awalnya Rita berpikir bahwa kehadiran David akan meredakan rasa kesepian yang dialaminya. Laki-laki itu dapat berkunjung untuk sekadar mengobrol dan jika sesuatu yang tak diharapkan terjadi, Rita dapat membuat alasan yang tepat bahwa David datang sebagai teman lamanya di teater dan mereka hanya sedang bernostalgia tentang petualangan di atas panggung. Namun seharusnya Rita sadar bahwa ‘sekadar mengobrol’ nyaris tidak mungkin jika hal itu menyangkut David dan mereka selalu berakhir di tempat yang sama. Kali ini di atas karpet flanel milik Jim.
Rita merasa geli setiap kali memikirkannya. Apa yang akan dikatakan Jim tentang itu? Bagaimana pria itu bereaksi jika mengetahui istrinya bersetubuh dengan laki-laki lain di dalam rumahnya, tepat di atas propertinya dan meledeknya tanpa rasa malu? Rita tersenyum saat membayangkannya. Ia mulai melihat titik cerah dari semua itu: bahwa Rita melakukannya karena hal itu tidak hanya memberinya kepuasan, melainkan kekuasaan yang tidak pernah diberikan Jim. Untuk membuat aksi protesnya lebih nyata, Rita sengaja mengulanginya. Ia begitu menikmati kekuasaan kecil yang dapat dimilikinya hingga segalanya tiba-tiba berubah.
Ketakutannya adalah musuh terbesarnya. Rita menyadari hal itu. Ia telah menyadarinya sejak kali pertama membiarkan David menginjak propertinya - properti milik Jim. Namun ketakutan itu yang sekaligus memberinya sebuah kesenangan: kenikmatan yang membuatnya lupa diri.
Malam ketika Jim berbaring di sampingnya, tertidur dengan nafas teratur, Rita bergerak menuju balkon dan menghubungi David, mengatakan bahwa ia sangat menyukai laki-laki itu tertidur di sampingnya sembari membisikkan kata-kata romantis ke telinganya. Rita nyaris selalu tidur lebih malam dari biasanya. Satu-satunya hal yang berpusar di kepalanya hanyalah bagaimana perselingkuhan itu tetap berjalan. Jim hanya menjadi pengusik dalam tidur dan sesuatu yang harus dihadapinya ketika bangun. Namun, Rita menikmati momen singkat yang dimilikinya bersama David pada jam-jam siang. Laki-laki itu akan mengetuk pintu rumahnya, kemudian mereka akan mengendap-endap dan menemukan tempat yang tepat untuk melepas kerinduan.
Pada hari ketika ketika pertemuan itu menjadi lebih sering terjadi, David mengajaknya berkendara keluar menuju rawa, dimana mereka menemukan kabin kecil yang tak terpakai di sana. Rita tidak dapat membayangkan dirinya kala itu, namun mereka bercinta dengan liar di dalam sana dan ia memutuskan bahwa itu adalah pengalaman terbaik dan terliar yang pernah dirasakannya.
“Bagaimana kau menemukan tempat ini?” tanya Rita ketika ia memungut pakaiannya di atas lantai dan mengenakannya dengan cepat. David bergerak mendekatinya, mengalungkan lengannya ke seputar pinggang Rita dan membantu Rita mengancingkan pakaiannya. Nafas laki-laki itu terasa panas di tengkuknya, dan David selalu tahu cara yang tepat untuk membuatnya bergetar.
“Aku sedang dalam perjalanan dan aku menemukannya secara tidak sengaja.”
“Itu lucu.”
“Tidak, aku serius.”
“Mengapa kau berjalan di tempat seperti ini?”
“Aku tidak tahu, menurutmu mengapa?”
Rita berbalik untuk mengalungkan lengannya pada leher David, ia harus berjinjit untuk mencium laki-laki itu.
“Menurutku, kau harus lebih sering berjalan dan menemukan tempat-tempat seperti ini. Itu akan menyenangkan.”
David menyeringai, dan Rita berusaha menebak-nebak. Dalam situasi itu apa yang akan dikatakan Jim, bagaimana Jim akan bereaksi atas ucapannya. Jelas bahwa Jim tidak menyukai wanita yang lancang. Tutur katanya selalu sopan, sikapnya terkesan kaku, namun sikap itu juga yang menjadikan Jim begitu keras bahkan untuk dirinya sendiri. Rita melihat bahwa bersama David segalanya terasa berbeda - atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Mungkin, itu hanya sebuah pembelaan atas apa yang menimpanya.
-
Pengalaman barunya dimulai ketika Rita memberanikan diri untuk membawa David ke atas kasurnya – ke atas tempat Jim. Sebelumnya, mereka hanya menempati tempat-tempat yang tidak layak seperti sofa, karpet, terkadang meja, kali ini Rita digerakkan oleh dorongan untuk membawa David ke tempat dimana Jim bercinta dengannya setiap malam. Menurutnya itu menarik dan nakal. Ide itu terpikirkan olehnya malam kemarin dan Rita harus mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Bagaimana jika Jim menyadarinya? Bagaimana jika aroma David tertinggal di atas seprainya? Itu bukan masalah besar karena Rita dapat mengganti seprai dan membereskan masalahnya dengan cepat. Namun pemikiran yang muncul di kepalanya setiap malam, ketika Jim tertidur di atas tempat yang sama dimana ia dan David bercinta dengan liar, telah memberinya sebuah sensasi yang berbeda. Untuk satu alasan, Rita merasa senang dengan hal itu dan untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun, Rita menemukan gairahnya kembali.
Rita makan dengan lahap, ia belum pernah menikmati makanannya lebih baik dari itu sejak satu tahun terakhir. Entah mengapa, ia merasa bahwa nafsu makannya bertambah, berat badannya juga bertambah. Ia menelan obat yang direspkan dokternya setiap hari, memulai paginya dengan suasana hati yang baik dan perubahan itu benar-benar drastis. Namun Rita menjaga segalanya tetap berjalan normal. Ia tidak menunjukkan emosi yang berlebihan di hadapan Jim, tidak membuat segalanya tampak begitu aneh untuk laki-laki itu. Ia mudah beradaptasi. Ketenangan yang dimilikinya adalah senjata sekaligus tameng dan Rita telah melakukan hal itu selama bertahun-tahun sehingga ia tidak meragukan kemampuannya.
Menemukan sebuah petualangan baru bersama David membuat waktu terasa lebih cepat dari biasanya. Hampir genap satu minggu sejak kali pertama Rita mengizinkan laki-laki itu masuk ke kediamannya, Rita merasa semakin baik. Sejauh ini segalanya berjalan sesuai rencananya. Bahkan, ia merasa cukup nyaman untuk duduk bersantai dan menikmati sebotol vodka sembari mengobrol dengan David. Biasanya mereka mencoba hal-hal baru, dan bayangan berdiri di bawah pancuran air bersama-sama telah menggoda Rita. Kemudian, mereka dapat menghabiskan waktu yang tersisa dengan bercinta dengan cepat di ruang depan. Laki-laki itu mengalungkan kaki Rita pada pinggulnya, menghimpit tubuh telanjang Rita pada dinding kaca kemudian menggodanya sehingga Rita harus memaksanya berhenti dan menjauhi kaca. Ide rumah kaca membuat segalanya tampak terekspos. Seseorang dapat saja melihat mereka, dan Rita tidak mau menghadapi masalah lain. Ia menarik David untuk menjauhi kaca sebisa mungkin dan memilih tempat-tempat yang lebih aman. Untungnya, David adalah pasangan yang pengertian. Laki-laki itu mengutamakan privasinya – satu hal lain yang tidak akan diberikan Jim.
“Kau ingin bercinta di balkon? Itu belum pernah terjadi sebelumnya,” goda David pada suatu hari ketika mereka duduk di sofa sembari menikmati minuman mereka.
“Tidak, jangan bodoh!”
“Aku sudah mengambil risiko besar disini. Suamimu bisa saja membunuhku. Maksudku.. kenapa tidak sekalian saja?”
Rita menyeringai lebar, ia menggunakan satu kakinya untuk menendang tumit David sebelum David menangkap kakinya dengan cepat.
“Tidak! Kumohon..”
“Lakukan itu sekali lagi, aku akan membunuhmu!”
“Tidak, aku akan membunuhmu lebih dulu.”
David mendekatinya, bernafas di bibirnya kemudian menciumnya. “Ya, kau sudah melakukannya.”
Seisi tubuhnya bergelenyar. Kedekatan David membuatnya merasa hangat. Alih-alih menjauh, Rita selalu menerima apa yang ditawarkan laki-laki itu. Keinginan untuk berada dekat seperti sesuatu yang tidak dapat dihindarinya. Mereka seperti alkohol yang membuatnya kecanduan.
Rita sedang berdiri di dapur, duduk berhadap-hadapan dengan laki-laki itu dan mengobrol ketika suara bel terdengar dari ruang depan. Ia merasakan jantungnya terpompa kuat, seketika punggungnya menjadi kaku dan dengan cepat, Rita menyambar jendela di dapur, menyibak tirainya dan mengintip keluar. Rita merasa lega karena seseorang yang menekan bel bukan Helen apalagi Jim. Itu Louise. Ia menarik David, membimbing laki-laki itu untuk sampai di pintu belakang.
“Itu Louise,” kata Rita. “Maaf, tapi sebaiknya jangan sampai ada seseorang yang tahu.”
“Siapa Louise?”
“Tetangga. Dia sering datang untuk mengobrol.”
“Ya? Kenapa kita tidak mengobrol?”
“Tolong.. aku tidak ingin siapapun tahu.”
Kedua bahu David merosot. Ada kekecewaan yang terlihat dalam sepasang matanya. Sementara itu adalah hal terakhir yang ingin dilihat Rita. Namun alih-alih membantahnya, laki-laki itu justru berkata,
“Oke, hubungi aku malam ini.”
Rita mengangguk dengan cepat, enggan memperdebatkan hal itu hingga David menghilang di balik pintu belakang rumahnya. Rita tidak menunggu hingga laki-laki itu mengendap-endap untuk pergi ketika ia berjalan untuk menyambut Louise.
Wanita itu tampak pucat ketika Rita membuka pintunya. Louise tidak berdandan hari ini, namun ia membawa sebuah papan catur yang terapit di satu lengannya.
“Aku harap kau tidak cukup sibuk hari ini.”
Rita membuka pintu lebih lebar dan tersenyum.
“Tentu saja tidak.”
-
PUNISHMENT