Bagian 21 Aku sedang menggenggam secangkir cokelat panas ketika para pekerja yang ditugaskan Kaivan untuk membersihkan kekacauan hari ini baru saja keluar dari balik pintu. Kulihat Kaivan masih sibuk berbicara dengan seseorang di ponsel sambil mondar-mandir. Ugh. Rasanya aku masih mual dan secangkir cokelat panas tidak bisa membantu sama sekali. Apalagi Kaivan tidak berbicara sepatah kata pun sejak tadi. Memangnya, apa yang sebenarnya terjadi? Ini bukan teror atau semacamnya kan? Karena setahuku, aku tidak punya musuh sama sekali. Aku terkesiap dan hampir menjatuhkan cangkirku ketika Kaivan tiba-tiba duduk di sampingku sambil mengurut pelipisnya. Wajahnya tampak lelah dan kuyu. “Jadi, itu kucing siapa?” aku bertanya hati-hati sambil meletakkan cangkirku ke atas meja. Ras