TEST PACK.

1018 Kata
"Apa hasil nya?" Tanya suami ku begitu aku langsung keluar dari kamar mandi, aku baru saja melakukan test kehamilan yang sudah tak terhitung beberapa kali. "Masih negatif" jawab ku. "Mandul" Ucap ibu mertua ku dari belakamg singkat, tanpa memikirkan perasaanku bagaimana di buat nya. "Belum rejeki mah, belum waktunya dan belum di kasih," Jawab suami ku dengan lembut sambil merangkul ku, Mata ku memerah, air mata pun ingin ku tumpahkan rasanya, baru kali ini Ibu mertua ku mengucapkan kata menyakitkan itu secara terang - terangan, biasanya ia meledek di belakang ku. "Sudah sayang jangan kamu masukin ke hati, ada kabar baik dan ada kabar buruk pastinya, aku ceritakan sambil makan ya," Suami ku Ryonando mengengam tangan ku menuju meja makan, aku pun menteskan air mata dan segera menyekanya aku takut Ryo melihat kesedihan ku, sambil berjalan. Aku pun duduk, berhadap - hadapan dengan ibu mertua ku, Mama Lisna yang menyebalkan, ya dia tak pernah menyukai ku semenjak aku menikah dengan putra semata wayang nya, ia menilai ku adalah wanita pembawa sial, karena semenjak aku menikah dengan nya, suami Ku Ryo langsung di pecat satu minggu setelah pernikahan kami, dan kami pun merintis bersama - sama dari bawah. Semenjak itu lah, aku dah Ryo memutuskan untuk hijrah dan tinggal mengontrak berdua saja. Akan tetapi, setelah 3 bulan Ryo mendapatkan pekerjaan, mertua ku malah menyuruh ku bercerai, menurutnya karena aku tak kunjung hamil, padahal ekonomi kami sedikit mulai sedikit ada perubahan, aku pun membantu ryo berjualan kecil - kecilan di rumah, ia walaupun tak seberapa tapi aku sangat menikmati proses kami bangkit, aku mencari pasangan hidup yang tak melihat siapa aku, dan mau memulai kehidupan dari bawah. Dan Ryo menunjukan kepada ku semuanya, ia sama sekali tak pernah mengeluh, bekerja keras, dan tak pernah kasar kepada ku, ia pun tak memperdulikan latar belakang ku, seperti apa, hanya ada kasih sayang dan cinta yang kurasakan selama ini dengan nya. walaupun penghalang kami adalah keluarganya sendiri, tapi dalam doa ku selalu ke sebut ibu mertua ku agar Tuhan memberikan perubahan kepadanya. "sudah berapa lama menikah? masihhh saja belum lagi belum lagi, mama tuh pengen kamu punya anak, pengen gendong cucu, kalau kamu tak bisa memberikan mama cucu, ya sudah nikah lagi, banyak loh perempuan subur, kaya raya, lebih cantik dan" "MAH SUDAH LAH," Ryo meminggi memotong ucapan ibu yang telah melahirkannya, aku pun diam, dan langsung menyendokan nasi goreng dan langsung di taruh di piring Ryo dan Mama, "Mama, Dira aku ada kabar baik, mungkin alasan Tuhan belum memberikan Aku dan Dira istri ku keturunan, siapa tahu Tuhan punya rencana yang indah di balik ini semua," Ucap Ryo sambil menatap Ku dengan hangat. "Kabar baik apa sayang," Ucap ku lembut. "Hari ini, status ku di kantor sudah bukan karyawan lagi, aku naik jabatan, alhamdulilah mulai hari ini aku menjabat menjadi Manager, dan ada kemungkinan jika kinerja keras ku selama satu tahun kedepan ada progres mungkin aku akan di rekomendasikan menjadi pimpinan cabang di anak buah perusahaan yang ke dua," "Alhamdulilah, selamat ya sayang aku senang dengar nya, semoga nanti kamu bisa sukses semangat kerja nya ya," ucap ku menyemangati. "Iya itu berkat doa mama lah, selama seminggu mama menginap disini, lihat apa yang terjadi di kehidupan kalian, putra mama satu satunya, jadi manager, hampir setahun kan kamu menikah, tapi gada progres apa apa, sekarang kamu dapat fasilitas apa saja dari kantor, pasti ada reward dong, mobil rumah atau apa?" Mendengar ucapan mertua ku, aku hanya bisa tersenyum tipis, tak mungkin juga aku bisa membantah nya, bahkan di pikiran ku saja aku tak berani berkhayal menjambak rambutnya, ah sungguh aku harus berbesar hati mendapatkan ujian rumah tangga ini, untung saja adik ipar ku, yang cewek sudah menikah juga dan tinggal di kota lain, jadi cobaan ku hamya di mertua saja. "Alhamdulilah ada rumah dan mobil dinas, doakan saja ya sayang supaya nanti aku bisa beli tanpa nyicil," uca Ryo sambil memgang tangan ku. terlihat kebencian yang tersirat dari lirikan ibu mertua ku, sungguh suami ku selalu meminta doa dari ku, dan dari nya akan tetapi entah kenapa wajah mertua ku seperti tak rela jika aku terus - terusan bersama putranya. Untung aku hari ini ada urusan untuk mengantarkan pesanan kue, dan berangkat bareng bersama suami ku, Entah apa yang terjadi kalau setelah sarapan ini, aku harus berduaan dengan wanita yang berada di hadapan ku ini, mungkin aku sudan di terkam hidup - hidup oleh nya. Sungguh terkekang aku selam beberapa hari ini atas kehadirannya, aku tak bebas di rumah ini, lebih baik aku mengalah keluar rumah, walaupun pas pulang ke rumah kuping ku berasa panas sekali. "Oh ya, nanti sehabis aku mengantarkan kue, aku ada urusan sebentar jadi ga bisa nemenin mama di rumah, nanti kalau mau makan mama bisa buat sendiri kan, kebetulan kemarin Dira sudah beli bahan - bahan makanan," ucap ku lembut, ucapan ku di respon kurang baik oleh nya. "Brakk," Suara hentakan tangan ke meja oeeh ibu mertuaku, ia pun berdiri dari duduk nya lalu menunjuk nunjuk ku dengan jarinya. "Dira, kamu ini selalu keluar rumah pulang sore, pulang siang saja antarkan makanan nasi bungkus mulu, saya ini ibu mertua mu, ibu yang melahirkan suami mu, kamu ini harus memperlakukan saya dengan baik, apa kamu gak suka saya berada di sini? mantu durhaka!" Teriak mertuaku dengan lantang. "Jangan jangan kamu pergi ke luar buat ngabisin gaji anak ku saja, apalagi sekarang Ryo sudah punya jabatan jangan seenaknya kamu ya," Aku pun kaget mendengar nya begitu pula Ryo ia pun kaget mendengar ibu nya berteriak teriak sambil terus mengomel. Aku sungguh tak tahan, aku pun langsung ikutab berdiri. Ryo pun ikutan berdiri ia pikir aku akan melawan ibu nya yang gila itu, "Maaf bu, aku harus berangkat pelanggan ku menelepon terus dari tadi, nanti secepatnya aku pulang," ucap ku dengan sopan sambil melirik kesal. Aku pun menghampiri Ryo dan meraih tangannya dan mengecup punggung tangaanya, Ryo suami ku seolah tahu aku kesal tapi tak berani melawan. "Aku naik motor saja ya, aku pamit, mah aku pamit," aku pun meninggalkan ibu dan anak itu. Dan teriakan - teriakan keras dari ibu mertua ku serta sumpahan darinya mengiringi kepergian ku dari sini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN