Akhirnya mereka berempat menuju lobby hotel untuk mengambil kunci mobil yang sudah mereka sewa dibagian resepsionis hotel.
"Biar aku yang jadi supir kalian hari ini!" seru Dylan semangat.
"Yeey!" sorak mereka bertiga di dalam mobil.
Saat ini mereka berada di Tokyo yang merupakan pusat wisata di Jepang.
Mereka memutuskan pertama-tama pergi mengunjungi Kuil Senso-ji di Asakusa.
Kuil Senso-ji, Asakusa adalah Kuil Budha tertua di Tokyo. Kuil ini merupakan objek wisata yang terkenal. Setiap turis yang datang pasti akan mampir disini untuk berdoa dan mengabadikan moment mereka.
Setelah mereka berempat berdoa kepada "Kannon-sama", mereka segera pergi ke Kaminarimon yang merupakan gerbang Kuil Senso-ji yang sangat megah.
"Smile!"
Cekrek!
Mereka bergantian foto bersama pasangan masing-masing dan tidak lupa foto berempat, mengabadikan moment kebersamaan mereka.
Setelah puas berjalan dan mengitari Gojunoto (Five Storied Pagoda) dan Nakamise Dori yang merupakan pusat pembelanjaan tertua di Jepang. Kini mereka sudah berada di Ameya Yokocho, di Ueno.
Disini mereka mulai berbelanja souvenir karena disepanjang jalan berjejer aneka toko, mulai toko makanan, pakaian, aksesoris, tas, kosmetik, buah-buahan hingga drugstore. Apapun yang kalian inginkan, semuanya ada di sini. Valerie dan Laura keliling dengan suka cita berbelanja pakaian, skincare, dan lain – lain.
"Bagaimana kalau kita makan malam di sini?" usul Laura sambil menunjuk salah satu rumah makan dari berbagai aneka restaurant yang berjejer.
"Ayo kak! Aku juga sudah lapar banget!" setuju Valerie.
Para suami dengan setia mengikuti istri mereka sambil membawa tentengan belanjaan yang lumayan banyak.
"Bagaimana kalau habis ini kita ke klub?" usul Dylan.
Marc mengangguk setuju, di susul Valerie dan Laura.
"Boleh!"seru Marc semangat.
"Baiklah kalau begitu, biar aku yang mencari klubnya!" seru Laura sambil merogoh ponselnya.
Sambil menunggu makanan mereka, Laura terus mencari klub malam yang ada direkomendasi oleh google.
"Bagaimana kalau Atom Club? Sepertinya ini yang terdekat dengan hotel kita dan memiliki rating yang bagus," usul Laura sambil menunjukkan foto-foto yang ada di google.
Valerie mengangguk setuju, "Aku ikut saja kak.”
"Ok, Gimana sayang?" Laura bertanya kepada Dylan.
"Of course sayang, kalau kamu suka di sana, kita kesana," jawab Dylan mesra.
"Aw, kak Dylan sangat romantis!" sela Valerie gemas melihat sikap Dylan kepada Laura.
Laura tertawa, "Tuh, Marc juga sangat perhatian!" ujarnya sambil menunjuk Marc yang sedang menyiapkan makanan yang baru saja dibawa oleh pelayan.
Marc membantu pelayan tersebut, lalu mengatur piring untuk Valerie dan Laura.
"Iya dong, Marc memang selalu care dengan sekeliling kak!" timpal Valerie menyetujui.
Marc dan Dylan sama-sama tersipu karena dipuji oleh wanita lain.
Setelah selesai makan, mereka segera menuju ke hotel untuk menyimpan barang-barang mereka di dalam kamar.
Karena club tersebut dekat dari hotel, mereka memutuskan untuk berjalan kaki ke club tersebut sambil menikmati keindahan malam di Tokyo.
"Wah, ini sih keren!" seru Valerie yang memang jarang ke tempat seperti ini.
Mereka masuk kedalam hiruk pikuk keramaian dan duduk disalah satu sudut meja yang sedikit lengang dari keramaian. Memesan minuman beralkohol dan beberapa cemilan. Sambil bercerita mengenai pekerjaan dan rutinitas serta hobi mereka. Suasana menjadi lebih cair dan tidak ada lagi rasa canggung diantara mereka.
"Hmm, aku mau ke toilet dulu," ucap Valerie dan berjalan ke toilet.
Tidak sampai semenit Valerie pamitan, Dylan berdiri dan berbisik ke Laura, "Aku pergi membayar tagihan ya sayang?"
Dan di angguki oleh Laura.
Kini tinggal Laura dan Marc. Pria itu melihat kearah Laura yang sedang meneguk minumannya.
"Bagaimana kalau kita berdansa?" Marc mendekati Laura.
Laura tersenyum dan mengangguk setuju dengan wajah memerahnya.
Marc menuntun Laura turun ke lantai dansa, mereka berdansa mengikuti hentakan lagu dari Disc Jockey. Laura melepaskan semua kepenatannya, wanita cantik nan seksi itu berdansa dengan santai dan lepas.
"Sh*it! Laura sangat cantik dan seksi dibawah lampu ini!” gumam Marc dalam hati.
Terpesona melihat gerakan dan lekukan tubuh Laura. Sedangkan kemben yang dia kenakan melorot sedikit demi sedikit karena dirinya melompat-lompat sambil berdansa mengikuti hentakan lagu.
"Bagaimana? Seru?" Marc mendekat secara tiba-tiba membuat Laura tersentak.
Blush
"Iya," sahut Laura tersipu malu.
Deg deg deg
"Aku sangat senang bisa bertemu denganmu dan Dy—"
"Euhm,"
Ucapan Marc terhenti karena Laura menarik kepalanya dan menciumi bibirnya dengan tiba-tiba.
Marc membelalakkan matanya, namun hanya sedetik. Kemudian pria tampan itu membalas lumatan yang diberikan oleh Laura. Mereka berdua benar-benar hanyut dibawah kilauan lampu dan music, saling menikmati ciuman mereka berdua. Marc tanpa ragu melumat bibir bawah dan atas Laura bergantian.
Valerie yang baru saja selesai dari toilet melihat Dylan yang sudah selesai membayar di bagian kasir. Dengan berlari kecil, wanita cantik itu menghampiri Dylan.
"Beli apa kak?"
Dylan sontak menoleh, "Oh ini, aku membeli kartu, apa kamu tahu cara bermain kartu? Aku berencana mengajak dirimu dan Marc untuk minum dikamar kami lalu kita bermain kartu."
Valerie tersenyum manis, "Sepertinya akan menyenangkan, tolong ajari aku ya kak Dylan!" jawabnya.
Blush
"Okay Val," balas Dylan yang berusaha menutupi degupan jantungnya.
"Dia sangat manis dan imut!" ucap Dylan dalam hati.
Dan disaat bersamaan, Laura dan Marc baru saja melepaskan ciuman panas mereka.
Deg deg deg
Kedua insan itu saling menatap satu sama lain, jantung mereka berdua berdegup begitu cepat.
"Laura?" gumam Marc lembut.
Deg!
Laura seketika tersadar dan mendorong tubuh Marc.
"Maaf aku mabuk, jadi sepertinya aku tidak sadar sudah melakukannya," lirih Laura tidak enak sambil menunduk.
Marc yang melihat wajah merah Laura mengambil inisiatif, dia tersenyum dan tertawa kecil.
"Kamu benar, mungkin kita sama-sama di bawah pengaruh alkohol, jadi aku juga secara tidak sadar membalas ciumanmu, maaf aku juga mabuk," balas Marc berusaha tenang.
"Bagaimana kalau kita lanjut ronde kedua dikamarku malam ini?" seru Dylan tiba-tiba mengejutkan Laura dan Marc.
"Ayo," sahut Laura yang berjalan kesisi Dylan.
"Ayo sayang! Kita lanjut ronde kedua!" Seru Valerie yang berdiri di sisi Marc.
"Hm ayo, pasti akan menyenangkan!" setuju Marc.
Dan di sinilah mereka sekarang. Mereka berempat berada dikamar Laura dan Dylan, kamar yang cukup luas untuk mereka berempat.
"Hahhaha, ini sangat menyenangkan!" seru Valerie sembari tertawa.
"Kamu benar! Liburan seperti ini sangat seru!" sahut Dylan.
"Betul sayang!" imbuh Laura sambil tertawa.
Sedangkan Marc yang masih cukup sadar dari pengaruh alkohol, terus melihat ke arah Laura, "Apa tadi dia benar-benar melakukannya karena mabuk? Atau dia mulai tertarik padaku?" batinnya.
"Tapi tadi adalah moment yang sangat manis, bibirnya masih begitu terasa di mulutku, bibirnya sangat kenyal dan seksi," Marc terus hanyut dalam pikirannya sambil meminum bir kaleng.
"Tunggu! Tunggu! Sepertinya tadi aku ingin melakukan sesuatu," seru Dylan mulai mabuk.
Valeri tertawa kecil, "Bukannya tadi Kak Dylan beli kartu?" ucapnya mengingatkan.
Dylan menepuk keningnya, “Ah iya benar! Tunggu aku ambil!"
Pria tampan bertubuh atletis itu berjalan dan mengambil kartu diatas meja.
"Baiklah! Karena minum saja tidak akan menyenangkan, bagaimana kalau kita bermain kartu?" seru Dylan sambil mengangkat kartu yang masih tersegel.
"Kedengarannya akan seru!" sahut Marc setuju.
Dylan kembali duduk dan membuka kartu tersebut dari dosnya.
Sreetttt
Mereka berempat terdiam beberapa saat melihat isi kartu yang sangat erotis.
"Aku pikir ini bukan kartu yang biasa kita mainkan," gumam Marc.
Dylan menggaruk kepalanya,"Ini sesuatu yang erotis, maaf aku tidak mengecek isinya terlebih dahulu," ucapnya.
Marc mengambil kertas petunjuk cara main kartu tersebut, "Tunggu, ini ada cara memainkan kartu ini.” Kemudian dia membacakan petunjuk yang ada di kertas putih itu agar semua yang ada di situ bisa mendengarkan.
"Putar kartunya satu per satu, dan lakukan sesuai petunjuk, apabila mendapatkan Joker, si pengambil Joker akan menerima hukuman secara acak sesuai kartu yang dia ambil, kartu berwarna biru untuk pria dan merah untuk wanita," jelas Marc selesai membaca petunjuk main kartu erotis tersebut.
Dylan tertawa canggung, "No thank you! Kau saja yang bermain Marc, aku pasti tidak bisa melepaskan celanaku disini!" serunya keberatan.
"Kenapa sayang? Ayolah, kita lakukan saja, itu terdengar sangat menyenangkan!" sela Laura yang memang sangat suka dengan hal-hal seperti ini—tantangan.
"Hmm, benarkah?" tanya Dylan sedikit ragu.
"Ya, pasti menyenangkan dan sangat seru, lalu bagaimana kalau wanita hanya perlu melepaskan bagian atasan saja, atau kalau kalian keberatan, hukumannya diganti dengan minum segelas bir, bagaimana?" sahut Marc.
"Oke! Mari kita bermain!" setuju Dylan sambil melirik wajah merona Valerie.
Kini mereka duduk di atas karpet membentuk lingkaran.
"Ok! Bagi kartunya!" seru Dylan yang kini merasa tertantang.
Marc pun mulai membagi kartunya secara bergantian hingga ada yang mendapatkan Joker.
"Pass!" seru Laura.
"Pass!" Valerie pun bebas dari hukuman.
"Aku juga pass!" seru Marc puas.
"Aku juga Pass!" teriak Dylan.
Dan akhirnya mereka melewati satu putaran, sampai. "Aku dapat Joker!" seru Dylann.
"Hahhaha!" Laura, Marc dan Valerie tertawa puas karena Dylan yang mendapatkan hukuman pertama.
Kemudian Dylan mengambil kartu hukuman.
Terlihat seorang pria melepaskan baju.
"Hmm, baiklah! Hanya ini saja," seru Dylan semangat.
Membuka baju kaos membuat dirinya bisa memamerkan tubuhnya kepada Valerie secara tidak langsung. Kemudian pria itu membuka kaosnya yang ketat, memperlihatkan otot tubuhnya yang luar biasa.
"Wow! Tubuhmu sangat keren Dylan!" seru Marc memuji otot tubuh Dylan.
Valerie menatap lekat tubuh Dylan yang tepat berada di depannya, wajahnya seketika merona melihat tubuh pria tampan didepannya.
Marc melirik ke arah istrinya, "Bukankah kamu sangat menyukai tubuh seperti ini sayang?" godanya kepada sang istri.