Aku tiba-tiba menyadari bahwa menghampirinya malam ini adalah keputusan yang buruk. Aku melihatnya terus bersandar, dan jantungku berdegup kencang. Untuk sesaat, aku panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak bisa tak setia pada Cakra! Aku mencoba mendorongnya menjauh dari dadanya, tapi dia terlalu kuat untukku. Namun, dia tidak menciumku. Bibirnya berada di sebelah telingaku, dan napasnya hangat. "Sekarang, kamu boleh mengajukan pertanyaanmu," katanya dengan suaranya yang dalam dan rendah. Aku merasa seolah-olah listrik mengalir di tulang belakangku. Aku tertegun sejenak. Elang terkekeh di telingaku, berhenti dan menjauh dariku dengan ekspresi lucu, "Atau kau hanya ingin berdansa lagi?" "Tidak, tentu saja tidak." Aku menggelengkan kepalaku, "Ayo ... mari kita bicara tentang C