EMPAT

959 Kata
Zasya mengantar Hilbran sampai depan rumah, masih dengan tawa di wajah Hilbran dan Zasya "Ortu Lo asik yah, cuma gue hampir aga takut sih sama Bokap lo" Zasya tersenyum, lalu mengangguk menyetujui "Semua temen gue dari Serang, Solo bahkan Jakarta bakalan bilang kaya gitu Kak, soalnya muka Papah gue serem katanya" Hilbran tertawa "Bener banget" "Gue balik ya, pacar" Eeeeh? Tawa Zasya terhenti seketika, apa tadi kata Hilbran? Pacar? "Zasya?" Zasya tersenyum kaku "Gih balik, nanti ke sorean lagi" Hilbran mengangguk, lalu pamit untuk pulang. Di mobil, Hilbran memikirkan perkataan Dzaki untuk dirinya. Seketika, sekelebat perkataam Dzaki kembali teriang di benaknya "Kalo kamu mau sama anak saya Zasya, kamu harus jadi taruna dulu. Boleh taruna Akmil atau Akpol. Bebas. Tidak harus jadi taruna juga, jadi Polisi atau Tentara biasa pun bisa. Seperti saya dulu" Hilbram menarik nafasnya dalam, lalu menurunkam kembali kaca mobilnya untuk membero klakson permisi untuk Zasya ☆☆☆ "MUSA YUSUF MUBARAAAAK LU KEMANAIN LAGI SISIR BIRU GUEEEEEE" Syakila yang baru saja pulang dari kegiatan senam sore Batalyon kaget bukan main, suara anak gadisnya ini benar benar yaah "Kakak, suaranya" tegur Syakila Zasya berjalan keluar untuk menghampiri Syakila di teras rumah "Maaam ish Musa tuuh sisir Aya di kemanain lagi embuh" Syakila tertawa, lama di Serang membuat Zasya sedikit mengetahui bahasa daerah sana "Maaam malah ketawa" Zasya menekuk mulutnya, kesal dengan sang Mamah yang malah tertawa "Tanya dong si Abang" "Nah itu Maam, abang mana sih? Aya teriak hampir sejam tapi gak di saut saut" Syakila mengendikan bahu, tanda ia juga tidak tahu kemana perginya anak bungsunya itu. Tak lama, ponsel Syakila berbunyi, dering tanda adanya pesan Musa Anakku kedua Mam, Abang futsal dulu Syakila tersenyum, pasti Musa sudah tau bahwa Mamahnya ini mencari dirinya. Sebelum memberi tahu Zasya yang masih saja mengoceh tidak jelas karena sisir birunya hilang, Syakila membalas pesan anak keduanya itu Iya Abang, cepet pulang ya, sisir Kakak mu di kemanain, dia nyariin soalnya "Abang futsal Kak" Mendengar perkataan sang Mamah, Zasya langsung terdiam dan matanya membelakak sempurna "SHEALAN" "Zasya." Tegas Syakila membuat Zasya langsung mencium kaki sang Mamah "Maaf Mah maaf, hampuraa ya Allah Mah bukan ke Mamah sueer deeh Ayaa" Syakila tersenyum, inilah anak anaknya, keliatannya saja bandel, tapi sangat sangat menyayangi keluarganya ☆☆☆ KAKAK KELAS LUKNAAT!!! Selamat Malam Zasya!! Zasya membelakan matanya membaca Chat dari kakak kelasnya ini. Benar benar ingin di katakan kasar nih orang, kalo ngucapin selamat malem juga mbak mbak indoapril juga bisa Eh? Mas mas indoapril yah? Zasya menyimpan ponselnya, lalu mengambil n****+ karya Tere Liye yang dia pinjam dari ade kelasnya Gue udah baik loh Pacar, malah di gituin Zasya menyerit bingung, pacar lagi? Udah yah Mas Indoapril, saya mau baca n****+. Selamat malam. Sudahan deh, meladeni Hilbran tidak akan ada abisnya. Lebih baik Zasya lanjut membaca untuk menganduk kantuk. Zasya membaca kalimat pertama dalam novelnya Nama ku Raib, dan aku bisa menghilang. Dan mata Zasya langsung terpejam dan terlelap. ☆☆☆ "AYA AYA YAAMPUN MAU LIAT PR FISIKAAAAAAAA" Zasya menutup telinganya, dasar Sina! Meminta Pr-nya bukannya dengan baik baik malah berteriak "Sina! Lo ihh, sakit kuping gue" Sina tersenyum lebar "Bomat, intinya mana buku pr fisika lo?" Zasya menunjuk tasnya "Ambil sendiri" Tanpa mau menunggu lama, Sina mengambil buku pr fisika Zasya dan langsung menyalin dengan kekuatan penuh ☆☆☆ "Assalamualaikum warrohmatullahi wabarrakatu, selamat pagi menjelang siang anak anak. Hari ini, untuk semua siswa dan siswi kelas 11 diharap ke aula sekarang juga untuk mengikuti Seminar Bahaya n*****a. Jadi, untuk kelas 11 tidak akan KBM namun wajib mengikuti Seminar. Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarrakatu" Pengumuman dari pihak sekolah sontak saja membuat semua murid kelas 11 yang mendengar langsung saja bersorak senang gembira "YEAAAAY! GAK FISIKA YEY YEY YEY YEY" Zasya sampai menutup wajahnya menggunakan boomer warna hijau lusuhnya itu melihat Sina yang berdiri dan berloncat loncat layaknya anak kecil mendapat hadiah dari orang tuanya. ☆☆☆ Zasya berjalan bersama kelas 11 yang lainnya, berjalan dengan obrolan ringan dam sesekali menyapa yang mereka kenal. Bukan satu dua orang saja yang menyapa Zasya, bahkam hampir satu angkatan menyapa dirinya. Zasya hanya tersenyum, sesekali menyapa balik orang yang Zasya kenal. Sampai didepan pintu Aula, Zasya melepas sepatunya, mengikuti murid lain yang melepas sepatunya lalu berjalan memasuki Aula khusus seminar di sekolahnya ini. Zasya melihat ada junior ayahnya disini menyerit bingung 'ko kopassus yang ada disini?' "Zasya?" Eh? Zasya tersadar dari lamunannya, lalu tersenyum "Ehh Om haris" Zasya makin bingung, ajudan papahnya ada disini? Kok bisa? "Ayo ayo buruan Aya masuk ah elah bikin macet aja" tegur salah satu siswi di belakang Zasya Zasya tersenyum kikuk, lalu berjalan cepat ke arah Sina yang sudah duduk santai di kursi Aula ini "Somplak! Lu ninggalin gue di pintuuu" Sina tersenyum "Mayan Aca, cuci mata liat om om baru doreng" Zasya memutarkan bola matanya kesal. Dasar Sina! Mentang mentang ada profesi kesukaannya teman jadi lupakan. ☆☆☆ Zasya sudah menutup wajahnya dengan sapu tangan miliknya sejak kecil yang dijahit oleh sang Papahnya. Kopassus yang ada sini adalah kompi yang Papahnya pimpin. Semua menyapa Zasya membuat satu sekolah bingung dan ada yang memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada Zasya "Gak tau deh aku" begitu tanggapan Zasya ketika ada yang bertanya Zasya benci seperti ini, dia tidak mau di kenal karena jabatan dan pangkat sang Papah. Cukup di asrama saja ia selalu di pandang melalui jabatan sang Papah. Zasya tidak mau jika di sekolah harus begitu pula. Tidaak. "Tidaaaaak" teriak Zasya tiba tiba membuat satu aula terdiam seketika dan mengarahkan pandangannya ke arah Zasya duduk Pemateri di depan adalah ajudan kedua Papahnya yang bertanggung jawab bagian Musa "Kenapa Zasya" GOTCHA!!! BENAR BENAR GEREGET ZASYA. Yaampun kenapa harus jadi bahan perhatian lagi siii. Zasya menarik nafasnya dalam. Sebentar lagi pasti semua akan bertanya kenapa om om tentara mengetahui namanya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN