"MUSAAAA IHHHH GEURA ATUH LELET PISAN IHHH"
"Gandeng"
Syakila terkekeh geli mendengar bahasa campuran yang anak anaknya gunakan "Lumayan kan Kak pindah sana sini bikin kamu belajar bahasa daerah"
Zasya yang tengah menunduk memainkan ponselnya langsung mengangkat kepalanya "Mayan Mam, cuma ya Allah yaa susaah tau Mam nyari temennya"
Syakila tersenyum "Aya tau kan ini resiko anak tentara"
"Kak Aya mana tau kaya gitu Mam" timpal Musa yang masuk dan duduk di bangku sebelah kanan kemudi
"Eh barudak gak usah sotoy deh" kesal Zasya
Syakila menggeleng pelan "Udah Om, hayu ke bandara jemput Suami saya"
"Siap bu"
Musapi Gelondongan
Izin calon ibu persit, pasti mau cuci mata kan makanya bela belain gak eskul?
BACOT
HAHAHAHAHAH*ketawa jahat ya Kak
GUE DOAIN GAK MASUK AKMIL
jahad.
Zasya terkekeh lalu memeletkan lidahnya saat Musa membalikan tubuhnya kebelakang dan pandangan mereka bertemu
☆☆☆
Syakila menyeka air matanya, Zasya tersenyum bangga dan Musa tersenyum tipis namun bangga. Ekspresi yang mereka keluarkan ketika melihat Dzaki dan pasukan lainnya turun dari pesawat TNI-AU.
Tiga bulan yang lalu, Dzaki dan kompi-nya di tugaskan untuk latgas di sulawesi selatan. Saat Dzaki akan berangkat, seperti biasa, Syakila akan menangis tersendu sendu, padahal Syakila sudah biasa di tinggal tugas oleh Dzaki. Mungkin benar kata pepatah 'Melepaskan memang sulit'
"Mam, Papah sok muda tuh make make kacamata hitam"
Syakila terkekeh "Sewot aja kamu nih Kak"
"Serius Mam, liat tuh. Dih dih mentang mentang tau bini nya dimari makin makin tuh jalan di buat buat"
Syakila kembali terkekeh, Syakila tau Zasya hanya bercanda dalam meledeki Dzaki "Iya ih, caper kali ya sama cewek lain?"
"IH MAM AMIT AMIT" pekik Zasya membuat orang orang yang ada di bandara menoleh ke arahnya
"Mam Aya malu" bisik Zasya yang di tanggapi Syakila dan Musa dengan kekehan
☆☆☆
"PAPAAAAH OHH MY GOD YOU LOOK SO GOOD"
Dzaki terkekeh mendengar teriakan anak gadisnya itu, lalu berlari kecil kearah istri dan anak anaknya
"Abang gak futsal?" Musa menjawab dengan gelengan dan senyuman rindu
"Pah. Aya loh tadi yang teriak teriak kok Abang yang di tanyain" keki Zasya kesal
Syakila tersenyum. Dzaki terkekeh. Musa memutarkan bola matanya dengan kesal "Tadi lo bilang Papah sok ganteng loh Kak"
Dzaki mendelik, menajamkan matanya seakan mengisyaratkan 'Bener tuh Kak?'
Zasya tersenyum lebar, lalu berjalan dan mendekati sang Papah untuk memeluk. Namun tiba tiba Dzaki menjauh
"Lah Pah? Kok?" Tanya Zasya bingung
"Pelukan pertama Papah harus Mamah kalian dong"
Syakila terkekeh, lalu berjalan mendekati suami tercintanya dan memeluknya erat, seakan menyiratkan rindu selama tiga bulan tak bertemu
Zasya tersenyum meliat pemandangan di depannya ini. Musa ikut tersenyum, dan sedikit sedih ketika melihat sang kakak. Obrolannya dengan sang Papah tiga bulan yang lalu sesekali membuatnya sedikit mengalah dengan Kakak manjanya itu. Musa berjalan lalu memeluk Papah dan Mamahnya yang sedang berpelukan. Lalu di ikuti oleh Zasya
"Liat Mamah sama Papah Aya jadi mau nikah muda kan. Tapi nikahnya sama tentara kaya Papah. Walaupun receh tapi papah ter-daebak "
"Kakak. Mengatai Papah receh sikap tobat sekarang 10 menit"
Zasya melotot, lalu memukul keningnya pelan 'Ya Allah, Aya salah ngomong'
☆☆☆
"Eh Abang, udah 118 kali ya lo minjem sisir gue tapi gak di balikin"
Musa melotot kaget "Lo itungin Kak?"
Zasya mengangguk "Hebat kan gue dalam hitung menghitung" sombong Zasya
Musa menggeleng takjub "Sekalian kak, lo itung udah berapa kali lo ilangin tupperware Mamah"
Zasya menutup mulut sang adik "Diem dodol" bisik Zasya
Musa memutarkan bola matanya kesal. Perjalan dari terminal menuju parkiran memang cukup jauh, namun tak terasa karena adanya obrolan obrolan asik di dalam perjalannya
"Komando"
"Komando"
Zasya membalikan tubuhnya, entahlah Zasya selalu tertarik melihat Om Om tentara yang memberikan salam khas tentara ini
"Izin Danki, duluan"
"Ehh Juanda sini dulu kau" panggil Dzaki
"Siap Danki. Arjuan Danki."
Dzaki terkekeh "Ya ya ya maafkan saya, kau pulang naik apa Adek?"
Arjuanda tersenyum, lalu kembali menegakan badannya "Siap Danki. Sepertinya naik taksi"
"Bagaimana jika ikut kita saja?"
Zasya melotot, apa apan sih Papahnya ini? Kan mereka ingin melepas rindu, kenapa malah ngajak adik lettingnya ini sih
"Siap. Petunjuk Danki"
"Ikut kita sajalah, kebetulan kita ingin makan malam di luar dulu. Hayo, jangan malu malu. Itung itung ucapan terimakasih saya karena kamu menjadi Danton yang membantu Danki nya dalam bertugas"
'Tolak aja om judes tolaaak' batin Zasya
"Siap Danki."
Ya salam, Zasya tersenyum miris. Selamat datang, beberapa jam kedepan Zasya akan habis di judesi oleh om om adik letting Papahnya ini
***
Zasya sengaja duduk di depan bersama caraka Papahnya, yaitu Om Haris. Jika Zasya duduk di belakang bisa di pastikan ia akan di judesi abis abisan seperti pertemuan terakhir mereka. Zasya menyalakan audio di mobil Papahnya ini, lalu berdalih kepada bluethooth dan menyalakan lagu kesukannya yang sedang marak maraknya, yaitu Black Pink - DU DU DU. Jalanan jakarta yang macet ini menurut Zasya lebih enak jika mendengarkan lagu Korea
BLACKPINK!
Ah yeah, ay yeah!
BLACKPINK!
Ah yeah, ay yeah!
Zasya berteriak semangat di lirik bait pertama, Dzaki menutup matanya, tak habis fikir dengan anak gadis nya ini "Aya"
Dzaki memanggil Zasya, namun suara musik yang cukup kencang meredam suara Dzaki yang berada di belakang
Chakan eolgure geureochi mothan taedo
Ganyeorin mommae sok garyeojin volumeeun du baero
Geochimeopsi jikjin guji bojin anchi nunchi
Black hamyeon Pink urin yeppeujanghan Savage
Wonhal ttaen daenoko ppaetji
Neon mwol haedo kallo mul begi
Du sonen gadeukan fat check
Gunggeumhamyeon haebwa fact check
Nun nopin kkokdaegi, Mul mannan mulgogi
Jom dokae nan Toxic, You hokae I'm Foxy
Du beon saenggakae
Heunhan namdeulcheoreom chakan cheogeun mothanikka
Chakgakaji ma
Swipge useojuneun geon nal wihan geoya
Ajigeun jal moreugetji
Guji wonhamyeon test me
Neon bul bodeusi ppeonhae
Manmanhan geol wonhaetdamyeon
Oh wait til' I do what I do
Hit you with that ddu-du ddu-du du (Ah yeah, ay yeah!)
Hit you with that ddu-du ddu-du du (Ah yeah, ay yeah!)
BLACKPINK!
Jigeum naega georeoganeun georin
BLACKPINK 4 way sageori
Dongseonambuk sabangeuro run it
Neone beokitriseuteu ssak da I bought it
Neol danggineun geotdo meolli milchineun geotdo
Jemeotdaero haneun bad girl
Jokeon sileohageon nuga mwora hadeon
When the bass drop it's another banger
Du beon saenggakae
Heunhan namdeulcheoreom chakan cheogeun mot hanikka
Chakgakaji ma
Swipge useojuneun geon nal wihan geoya
Ajigeun jal moreugetji
Guji wonhamyeon test me
Neon bul bodeusi ppeonhae
Manmanhan geol wonhaetdamyeon
Oh wait til' I do what I do
Hit you with that ddu-du ddu-du du (Ah yeah, ay yeah!)
Hit you with that ddu-du ddu-du du (Ah yeah, ay yeah!)
What you gonna do when I
Come come through with that that uh uh huh
What you gonna do when I
Come come through with that that uh uh huh
Tteugeowo tteugeowo tteugeowo like fire
Tteugeowo tteugeowo tteugeowo like fire
BLACKPINK! Hey!
Ah yeah, ay yeah! Ah yeah, ay yeah!
Tteugeowo tteugeowo tteugeowo like fire
Tteugeowo tteugeowo tteugeowo like fire
Hit you with that ddu-du ddu-du du
Selesai. Zasya selesai bernyanyi dan mengecilkan lagunya untuk mencari lagu baru
"Kakak"
Gerakan Zasya terhenti, lalu memutar tubuhnya ke arah suara berasal
"Ya Pah?"
Dzaki melongos, habis suaranya dari tadi memanggil Zasya namun tak di dengar "Itu lagu apa sih"
Zasya tersenyum lebar, lebih tepatnya menyengir "Korea Pah"
Dzaki menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum, lalu tatapannya berdalih ke arah istrinya yang di ikuti oleh Zasya. Zasya melihat wajah Mamahnya yang sudah pusing bukan kepalang mendengar lagu korea.
Zasya menutup mulutnya kaget "Mam ya ampuun maaf"
Musa melipat tangannya di d**a, Dzaki menggelengkan kepala pelan dan Arjuanda hanya diam tak mengerti
"Kenapa memang Musa?" Arjuanda memberanikan diri bertanya kepada anak kedua dari Dankinya tersebut
"Itu Bang, Mamah itu phobia sama lagu korea. Kalo denger lagu korea bawaannya pusing sama mual mual gitu dan Papah kesel plus gedeg deh sama Kak Aya" jelas Musa
Arjuanda mengangguk paham, pantas saja dari tadi Dankinya itu memanggil nama putri sulungnya dengan tegas.
Pandangan Arjuanda bertemu dengan Zasya yang memasang wajah sendu karena kesalahannya melihat sang Mamah kambuh phobia nya.
Zasya menelan ludahnya kasar 'Kan apa kata gue di judesin'
***
Zasya mengambil pesanannya, Dzaki memilih untuk makan malam bersama di daerah bekasi. Cukup dekat memang, namun bukan Bekasi namanya jika tidak macet. Seperti sekarang, mereka berangkat dari bandara setelah solat asar, yaa perkiraan Zasya adalah pukul 16:00. Tapi, mereka sampai di rumah makan ini setelah adzan magrib berkumandang
"Pas kan nyampenya? Adzan iya, laper juga udah kerasa deh" kekeh Dzaki
Musa mengangguk setuju, Syakila ikut terkekeh, Zasya hanya bisa memutarkan bola matanya kesal. Dan Om Om tentara itu? Yaa Zasya tau kawan kawan, bahwa ia akan nurut nurut saja
"Izin Danki, lebih baik kita ke musholla untuk solat magrib dulu"
Dzaki mengangguk setuju "Ayo gengs kita ke musholla"
Aduuuh, boleh tidak Zasya menghilang sekarang? Papahnya itu cukup pede sekali berbicara dengan bahasa anak muda itu
☆☆☆
Zasya tertawa, ternyata om om judes ini tidak terlalu judes juga. Buktinya ia bisa melucu walaupun kesannya receh.
"Aya, puas banget sih ketawanya" tegur Syakila sambil berbisik
"Aya gak ngetawain lawakannya Mam, muka si Om kalo nyerita niatnya lucu jadinya receh mah yang lucu" balas Zasya berbisik
Syakila menepuk keningnya, anak gadisnya suka sekali mengatai Papahnya receh, dan sekarang? Dia sendiri yang receh.
Arjuanda melirik ke arah Zasya yang tertawa cukup puas, karena posisinya yang entah mengapa selalu dekat dengan Musa, dan lagi lagi Arjuanda menanyakan kepada Musa ada apa dan kenapa dengan Kakaknya itu
"Emang gitu dia mah Bang, eror" jawab Musa cuek
"Hah?"
Musa mengangguk "Kakak suka banget ngatain Papah receh sendirinya receh"
Arjuanda tersenyum tipis. Entahlah Arjuanda tidak mengerti dengan keluarga Dankinya ini. Mulai dari Zasya yang suka bernyanyi kencang kencang, dilanjut istri Dankinya yang phobia lagu korea sampai kembali lagi ke anak sulung Dankinya ini yang cukup receh.
☆☆☆
Zasya terjebak duduk di belakang bersama om tentara judes ini. Ini semua karena Musa tiba tiba saja sudah duduk di sebelah kiri bangku kemudi saat Zasya kembali ke mobil setelah sempat ke toilet sebentar.
"Kelas berapa kamu sekarang Dek?"
"Hah?" Tanya Zasya memastika bahwa telinganya salah mendengar. Pasti. Pasti salah mendengar.
"Kelas berapa sekarang kamu?" Ulang Arjuanda
Ya Salam, Zasya tidak salah dengar rupanya. Zasya kira om judes ini hanya bisa berbicara halus pada Mamahnya saja. Ternyata pada dirinya juga bisa toh
"Dek? Kamu tidur?"
Zasya mengerjapkan matanya "Kelas sebelas om"
Arjuanda mengangguk, dan sudah menduga bahwa dirinya akan di panggil Om
"Umur?"
"16 tahun"
Arjuanda membulatkan matanya "Serius kamu Dek?"
"Aya geh sepuluh rius juga berani Om"
Arjuanda memejamkan bola matanya, lalu kembali membuka matanya "Saya lagi gak mau bercanda"
"Aih si om gak percaya, Aya serius om masih 16 tahun, nanti 12 agustus baru 17 tahun, mau mau Aya undang gak di acara sweetseventeen Aya?" Tawar Zasya
Arjuanda terdiam, jadi anak di sampingnya masih 16 tahun? Serius? Bahkan jika tidak di beri tahu Musa dan Danki-nya bahwa Zasya sudah SMA Arjuanda yakin 100% bahwa ia akan mengira Zasya kelas IX SMP
"Pasti Om gak tau sweetseventeen ya Om?"
Eh? Apa apaan nih. Umurnya memang sudah 23 tahun, namun di zamannya ada juga kali istilah sweet seventeen
"Jadi gini Om sweetseventeen itu penyebutan untuk ulang tahun ke 17 Om, jadi kalo ultah ke 17 di ucapinnya gini" Zasya mengambil pergelangan tangan kanan Arjuanda, lalu menjabatnya "Happy Sweetseventeen honey"
Arjuanda terkekeh dalam hati, lucu sekali tingkah anak gadis Dankinya ini. Tiba tiba Zasya melepaskan jabatannya, membuat Arjuanda kaget dan menyeritkan dahi bingung
"Astagfirullah Om, bukan mukhrim kata Papah mah"
Dzaki dan Syakila yang mendengar di depan terkekeh begitupun dengan Arjuanda.
Sepertinya gadis kecil ini cocok menjadi istrinya