Hari berlalu begitu cepat tetapi tidak untuk Kaylee. Kini dirinya lebih sering melamun di dalam kantor maupun di apartemen. Wajah ketus semakin ketara hingga membuat para karyawan tidak ada yang berani berlama-lama berada di sampingnya.
Bengkak pada kaki Kaylee tampak membaik setelah dirinya mengkonsumsi obat dengan teratur. Meskipun terkadang rasa nyeri masih menyerang di sekitar paha.
Kaylee tidak lagi mengenakan rok pendek. Wanita itu lebih sering mengenakan celana panjang. Atau jika sedang ingin mengenakan bawahan pendek, Kaylee selalu menutupinya dengan jubah mantel tanpa mempedulikan cuaca yang cukup terik di musim panas.
Seperti saat ini, Kaylee pergi ke restoran tempatnya akan bertemu dengan Duane. Dia mengenakan dress panjang hingga menutupi lutut. Kaylee juga membiarkan rambut lurusnya tergurai begitu saja. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, Kaylee datang dengan penampilan seadaanya. Seolah benar-benar ingin menarik emosi Duane.
Tak lama kemudian dari arah pintu masuk terlihat seorang pria yang mengenakan pakaian rapi. Pandangannya mengelilingi restoran, mencari sosok wanita yang membuat janji makan malam dengannya. Beberapa menit kemudian, langkahnya kembali terdengar saat melihat ke arah Kaylee.
Duane berhenti tepat di depan Kaylee. Dia menarik kursi kosong di meja yang sama dengan kekasihnya tersebut lalu duduk di sana. Pandangan mata Duane tampak mengabsen Kaylee dari atas hingga bawah.
"Apa kau merasa terpaksa untuk bertemu denganku?"
Kalimat sapaan itu membuat Kaylee tersenyum tipis. Kaylee hanya diam tanpa menjawab ucapan Duane. Dia mengangkat satu tangan ke arah pelayann restoran.
"Kau ingin pesan apa?" tanya Kaylee ketika sang pelayann sudah berada di hadapan mereka lalu memberikan buku menu.
"Terserah kau saja," jawab Duane dengan nada malas. Dia mengalihkan pandangan seolah menghindar dari tatapan Kaylee.
Akhirnya Kaylee pun mulai memesan dua porsi makanan serta minuman untuknya dan Duane. Sedangkan sang pelayann tampak mencatat pesanan sebelum berlalu dari hadapan mereka.
"Kaylee, ada apa denganmu?" Duane bertanya setelah beberapa menit kesunyian menyelimuti mereka usai pelayann itu pergi. "Apa kau sudah bosan menjalin hubungan denganku?"
Tidak, Kaylee tidak merasa bosan sedikit pun. Dia mencintai Duane. Tetapi keadaannya saat ini membuat Kaylee merasa ragu untuk mempertahankan pria itu lebih lama.
"Maafkan aku, Duane. Kau pasti kecewa melihatku," balas Kaylee.
"Kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Duane lagi. Dia menempelkan punggung tangan ke arah kening Kaylee saat melihat wanita itu tampak aneh.
"Tidak. Aku … baik-baik saja," jawab Kaylee.
Duane mendesah kasar saat menjauhkan tangan dari kening Kaylee. Suhu tubuh kekasihnya terasa normal. Tapi kenapa Duane merasa Kaylee sedang tidak sehat?
Kaylee mencoba mengalihkan perhatian Duane. "Bagaimana pekerjaanmu?"
"Berjalan lancar." Duane tersenyum. "Aku punya kejutan untukmu," sambungnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana.
Duane mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya. Dia menunjukkan isi kotak itu pada Kaylee sembari tersenyum.
"Bagaimana? Apa kau menyukainya?" tanya Duane dan menunggu jawaban dari kekasihnya yang saat ini terpaku melihat isi di dalam kotak tersebut. "Hadiah untukmu karena Minggu lalu aku naik jabatan. Maaf sebelumnya tidak memberitahumu, saat itu aku sangat kesal karena kau tidak ada waktu untuk bertemu denganku. Jadi … terimalah ini sebagai permintaan maaf dariku," ucap Duane.
Sebelah tangan Duane meraih tangan Kaylee. Dia mengambil cincin berlian tersebut dan memasangkannya di jari tangan kekasihnya. Duane tampak senang melihat Kaylee terpaku dengan hadiah pemberiannya. Dirinya yakin kalau Kaylee pasti sangat bahagia saat ini hingga sulit berkata-kata.
Kedatangan pelayann membuat keheningan mereka memudar. Kaylee menundukkan tatapannya ke arah jari manis yang sudah terpasang cincin sedang Duane terlihat lebih semangat dibanding sebelumnya. Pria itu tampak ramah pada pelayann yang menyiapkan makanan serta minuman mereka. Ya, seperti itulah watak Duane sebenarnya, pria baik dan ramah meskipun terkadang sering menjengkelkan.
Setelah makan malam, Duane meminta untuk menginap di apartemen Kaylee. Mereka pun pergi menggunakan mobil masing-masing karena tidak mungkin untuk meninggalkan salah satu mobil mereka di depan restoran.
Di perjalanan Kaylee melirik ke arah jarinya lagi. Dia kembali memikirkan perasaan Duane. Kira-kira apa yang akan dilakukan pria itu jika dirinya ingin mengakhiri hubungan mereka?
Kaylee menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Kali ini dia harus berhenti menjadi wanita yang egois. Jika terlalu lama menjalin hubungan dengan Duane justru akan membuat pria itu semakin sedih maupun kecewa kalau suatu hari nanti kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Beberapa menit kemudian mobil yang mereka kendarai memasuki basement di dalam gedung apartemen Kaylee. Setelah memarkirkan mobil, Kaylee bergegas turun dari mobil dan sudah melihat Duane berdiri di samping mobilnya.
Duane menggandeng Kaylee dan berjalan beriringan menuju lift. Sampainya di depan lift, mereka berdua masuk ke dalam. Duane mengarahkan jari telunjuk ke arah tombol lalu menekan lantai tempat tujuan mereka. Perlahan Duane merasakan lift itu bergerak naik.
Setelah pintu lift terbuka tepat di lantai tujuan mereka, Duane mengeratkan genggamannya dan menarik Kaylee keluar dari dalam lift. Mereka berdua berjalan menuju pintu apartemen Kaylee.
Duane menyusul masuk ke dalam apartemen dan mengikuti langkah Kaylee. Wanita itu berhenti di ruang tengah dan duduk di sofa. Sedangkan Duane masih memilih berada di dekat wanita itu dan duduk tepat di samping Kaylee.
"Duane," panggil Kaylee saat Duane merangkul kan lengan pada pundaknya. Dia menoleh ke arah Duane. Jarak mereka cukup dekat karena Duane berniat ingin mencium Kaylee.
"Ya," jawab Duane singkat.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan," ucap Kaylee lalu menundukkan tatapannya.
Sejak di restoran Kaylee ingin mengakhiri hubungan mereka tepat setelah selesai makan malam. Tetapi melihat Duane begitu senang membuat Kaylee tidak sanggup mengatakan kalimat itu. Sama seperti saat ini, membayangkan kekecewaan di wajah Duane sudah membuatnya merasa sakit.
"Katakan saja. Kau terlihat sedikit aneh, Sayang. Tidak biasanya kau bersikap diam," ujar Duane jujur. Memang benar Kaylee lebih sering diam sejak di restoran.
"Aku …. " Kaylee memejamkan matanya. Lidahnya terasa kelu ketika ingin mengatakan kalimat putus dengan Duane.
Duane mengernyitkan keningnya. Kaylee tampak tak baik-baik saja. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran kekasihnya.
Sebelah tangan Duane terangkat lalu menangkup wajah Kaylee. Dia mendekatkan bibirnya hingga menempel pada bibir wanita itu. Hanya kecupan singkat untuk membuat Kaylee sedikit lebih tenang.
"Katakan saja, Sayang. Apa yang kau inginkan?" tanya Duane dengan lembut. Di lain sisi merasa cemas melihat Kaylee yang sedang memikirkan sesuatu, gairah Duane mulai meluap-luap sejak berada di samping wanita itu. Sudah lama mereka tidak berjumpa, tentu saja Duane merindukan tubuh Kaylee.
Kaylee masih diam dengan kedua mata yang terpejam. Sebelah tangannya mengepal perlahan, meremas-remas jari tangan untuk menghilangkan keraguan sekaligus meyakinkan hatinya. Sedangkan Duane kembali mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Kaylee.
Beberapa saat kemudian saat Duane semakin memperdalam ciuman, Kaylee menarik kepalanya hingga membuat ciuman mereka terlepas. Sontak Duane membuka matanya yang sempat terpejam itu dan menatap Kaylee. Wanita itu masih menundukkan kepalanya.
"Ada apa, Sayang?" tanya Duane lagi. "Apa kau tidak merindukanku? Ayolah, hilangkan kecemasanmu. Aku hanya ingin menghabiskan waktu malam ini denganmu tanpa ada—"
"Kita putus," potong Kaylee dengan suara pelan tanpa menatap Duane.