Bali, Indonesia.
Pria itu terus menatap sita penuh minat. Tertawa lepas, satu yang dia lihat akan apa yang dilakukan wanita itu saat ini.
Sayang, dia tidak bisa mendengar tawa wanita itu sebab suara ombak dan angin laut menyamarkan suara tawa wanita itu.
Hatinya memberontak, ada satu hal yang meminta dia melepaskan entah apa itu. Namun, hatinya menghangat dan nyaman ketika bersama wanita itu, seakan ada magnet yang selalu ingin sita berada dalam dekapannya.
Dia melihat sita menyatu dengan ombak pantai, membiarkan dia basah dan muncul kembali ke permukaan. Apa yang dipakai wanita itu sungguh membuatnya kehilangan akal sehat. Lihatlah, kakinya dengan pasti melangkah mengikuti debaran jantungnya, tidak sejalan dengan pemikirannya untuk menjauhi wanita itu, sesuai permintaan Sita malam itu.
Sita tidak menyadari jika dia kini berdiri tepat di belakangnya, Sita masih tertawa membiarkan air laut membasahi tubuhnya. Air laut membawa tubuh Sita bergeser ke belakang, hingga wanita itu merasakan tubuhnya membentur tubuh lainnya semakin tersentak saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.
Sita menegang. Siapa pria yang memeluknya dengan seintim ini, hingga suara maskulin yang familier terdengar beriringan dengan deru napas yang menyapu bahunya.
"biarkan seperti ini, sebentar saja!"
Suara wanita itu tergagap menyebut nama pemilik suara itu. Lalu dia memberanikan diri, membalik tubuh, kini menghadapnya dengan tangan lelaki itu masih memeluk pinggang sita.
Deru ombak menghantam keduanya, sesekali membawa tubuh mereka semakin menempel. Beruntung, pria itu mampu bertahan untuk menahan tubuh mereka tidak terbawa ombak.
Kejutannya tak hanya sampai disitu.
Sita tercekat kala bibir pria itu menempel di bibirnya, tangan sita mengantung di kedua sisi tubuhnya. Satu tangan lelaki itu masih bertahan di pinggangnya. Namun, sebelah tangannya terangkat ke belakang kepala sita, membuatnya tidak bisa menjauh.
Ada rasa yang berdesir di lubuk hatinya begitu bibir pria itu melumat bibirnya, mata sita semula membulat sempurna karena terkejut lalu entah apa yang dilakukan tubuhnya yang tidak sejalan dengan otak warasnya. Justru sita mulai memejamkan mata, terhanyut dalam decapan bibir pria tersebut.
Matahari perlahan bergerak tenggelam di lautan lepas itu, seakan jadi saksi bagaimana kedua manusia itu saling menyesap dengan perasaan masing-masing.
Tangan pria itu perlahan turun menangkup bongkahan bulat b****g sita, mengangkat tubuh wanita itu. Sita tanpa sadar menaikkan kedua kakinya hingga melingkar di pinggang pria itu.
Bayangan kisah cinta masa lalunya membuat mata sita kembali terbuka lebar. Sita memberontak menjauh dari pria yang kini menatap sita penuh tanya, dia pikir sita menikmati apa yang mereka lakukan ini.
Sita mendelik menatapnya tajam, "Sita—“
'Plak'
Satu tamparan kuat mendarat dipipi kanannya, pria itu menghentikan ucapannya.
"Shut up!" Bentak sita.
Tajam dan penuh kebencian itulah yang tersirat dari tatapan dan ucapan sita senja itu, meski sulit sita berlari ke pinggir pantai. Tangannya dengan kasar mengusap air mata yang tak terbendung.
Bodoh, merasa murah! itulah yang sita rasakan sempat terlena.