Kelima sahabat itu melangkah menelusuri jajanan pinggir jalan yang banyak rupanya sore menjelang malam, sepulang dari rutinitas pekerjaan mereka. Bandung tak hanya dikenal sebagai kota kembang dan kota mode, tetapi juga dikenal sebagai kota gastronomi Indonesia karena kekayaan kulinernya yang beragam. Selalu ada hal baru yang bisa dicicipi, sebagai kota kuliner, tak akan kesulitan mencari kudapan di kota Bandung. Di setiap sudut jalan dan sepanjang hari. Mulai dari pagi hari hingga ke pagi lagi, rasanya petualangan kuliner di sini akan terpenuhi dengan mudah.
Setelah sedikit berdebat akhirnya mereka memutuskan untuk memilih makan seafood, Menyantap beraneka jenis seafood yang disajikan dalam porsi besar dan dimakan dengan tangan langsung, memang lagi diminati di mana-mana. Namun, tempat yang satu ini berbeda karena lokasinya ada di sebuah kedai sederhana di pinggir jalan Brigjend Katamso. Kedai Seafood kiloan yang sedang ngetren di kota Bandung.
Ini ke tiga kalinya mereka makan seafood disini bersama, mungkin yang lain juga sering kesini bersama keluarga atau kerabat lainnya.
"Gue mau bungkus juga deh buat laki gue" Rere berdiri setelah membersihkan tangannya sehabis mereka selesai melahap tak tersisa seafood beraneka ragam yang mereka pilih tadi.
"Perasaan tadi Rere kalap makannya, gue kira tidak ingat lakinya dirumah, tahunya dia ingat juga, ya." komentar Santi yang pertama terdengar setelah melihat Rere kini sudah berada di depan kasir memesan makanan untuk suaminya.
"Lah memang teteh tidak kalap? Aww, sakit teh!" tyas mengusap sebelah tangannya dan meringis ketika dicubit dengan pedas oleh santi
"Lo tidak mau bungkus buat laki lo juga, san?" Tanya Sita.
"Laki gue lagi keluar kota sampai minggu depan" ucapnya diakhiri cengiran.
Yulia menyipitkan matanya melihat santi begitu pun sita dan tyas "kenapa liatin gue seperti itu?"
"Ah pantas lo tumben-tumbennya mencetuskan ide malam ini."
Sita mengerti mengapa santi tumben-tumbennya mengajak jalan setelah pulang kerja dimalam menjelang weekend ini, biasanya dia akan mengacir duluan dengan alasan mau pacaran sama mantan pacarnya yang tak lain suaminya.
Santi yang tahu maksudnya sudah diketahui hanya mampu tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putihnya "ih ini sih akal-akalan lo teh, pantas lo semangat empat lima mengajak kita. Rupanya mencari teman karena kesepian" Tyas kembali mencibir.
"Siapa yang kesepian?" Tanya Rere yang kembali bergabung, duduk di tempat semula. "bentar ya, nunggu pesanan gue." tambahnya
Sita menunjuk santi "nih teman lo yang dulu pernah mengatai lo kesepian ditinggal laki lo, sekarang dia nih yang lagi kesepian."
Rere menyelidik menatap santi yang sedang menggigit sedotan di gelas minuman yang tersisa es batunya saja, entahlah mungkin dia mencari kesibukan ketahuan akalnya oleh teman-teman yang lainnya "mampus lo, rasain peluk guling malam ini. Bisa saja bilang cari-cari teman kesepian, tahunya sama aja!" Santi pernah mencibir begitu, sekarang Rere menemukan alasan untuk balik mencibir.
Santi mencabikkan bibirnya, mengendus tak suka sementara yang lain tertawa "berapa lama?" Rere melanjutkan tanyanya
"Sampai minggu depan." Bukan santi yang menjawab, melainkan Tyas yang lantang menyerukan kesepian santi yang lumayan panjang ditinggal suaminya.
Rere tertawa puas "Seminggu besok gue sibuk jadi nikmati malam-malam sepi sendirian."
"Gue juga sibuk" celetuk Tyas.
"Ye siapa juga yang mau minta temani kalian seminggu ke depan, ada anak gue ko. Lagian gue bakal menginap dirumah orang tua gue." Santi membela diri.
"Ya elah nggak ada laki, minta dikeloni di ketiak nyokap san?" Rere sepetinya tak berniat mengakhiri menjadikan santi sasaran empuk candanya malam ini. Santi kembali mendengus sebal, sita tersenyum tipis menyaksikan perbincangan seperti biasa yang menyenangkan bersama teman-temannya.
"Hmm, gue ke depan dulu ya mau beli milkshake distand depan" sita menunjuk stand penjual milkshake yang tepat berada di seberang kios seafood yang mereka datangi. Lalu sita melangkah membawa tasnya untuk membeli milkshake yang begitu menggodanya sejak tadi.
***
Sita memesan milkshake strawberry and banana medium, dia berjalan kembali ke kios yang masih ditempati teman-temannya sambil menikmati milkshake favoritnya.
TAP!
Sampai dia terhuyung begitu mendapat benturan dari arah berlawanan. "Ya Tuhan!!" teriaknya begitu milkshake yang dia pegang tumpah mengenai pakaiannya dengan sempurna membuat bagian depannya basah sempurna.
Sita menatap tajam punggung pria yang menabraknya tadi, pria yang langsung menoleh begitu mendengar pekikannya.
"sori-sori, saya ti—“ ucapannya terpotong begitu sita mengangkat kepala, melempar tatapan tajam pada pria tersebut.
"Sorry you say?? Astaga lihat baju saya basah semua, anda tidak bisa jalan normal? Kenapa jalan mundur? Bikin celaka orang!" bentaknya marah.
Lalu sita membuka tasnya mencari apa pun itu, tisu atau apa yang mampu meringankan bekas milkshake yang harusnya dia nikmati melegakan tenggorokannya malah membuat tubuh depannya terasa lengket semua.
Orang-orang sekitar sudah mencuri-curi pandang, mencari tahu apa yang terjadi diantara sita dan pria yang entah siapa ini.
Pria tersebut menarik lengan sita, sehingga melepaskan fokus sita yang sedang sibuk mengaduk isi tasnya.
"Eh, apa-apaan kamu!" Sita panik ketika pria itu membawanya entah ke mana. Sita menyentak tangannya kuat sehingga genggaman pria tersebut terlepas, pria itu tampak terkejut. Sita berubah siaga. "Jangan macam-macam ya, saya bisa teriak!" Ancamnya.
Pria tersebut mengangkat tangannya sekilas. "Saya hanya mau bertanggung jawab, mari ikut saya untuk mengganti baju anda."
Sita enggan berurusan dengan orang yang tidak dia kenal, bukan hal mudah mempercayai orang yang tidak dikenal akhir-akhir ini. Bukan bermaksud berprasangka buruk, tapi sita hanya mengantisipasi kemungkinan kejahatan yang merajalela akhir-akhir ini.
Sita segera membalikkan badannya berniat pergi dari pria tersebut, namun langkahnya terhenti ketika tangannya kembali dicekal.
"Tunggu, Saya kan sudah bilang mau bertanggung jawab." Pria itu memaksa.
Sita menoleh, melirik tangan pria tersebut yang masih berada di lengan atasnya "lepaskan, tidak perlu. Terima kasih” Ujarnya dingin.
“lain kali lebih perhatikan langkah agar tak merugikan orang lain" lanjut sita yang mampu membuat pria itu menurunkan tangannya, melepas cekalannya lalu sita kembali melangkah menuju mobilnya biar nanti dia menghubungi yang lain bahwa dia memilih pulang duluan.
Pria itu masih setiap menatap punggung sita yang perlahan menjauh dari pandangannya, menghela napasnya lalu bibirnya tersenyum kecil. ”menarik” gumamnya.
***
"Re, sampaikan sama yang lain gue balik duluan" ucap sita begitu masuk ke dalam bangku kemudi mobil sebelum menghidupkan mesinnya..
"Ta lo baik-baik aja? Kenapa?" Rere jelas khawatir mendapat telepon sita yang mengabari memilih langsung pulang padahal niat mereka akan melanjutkan makan sop durian yang terkenal tak jauh dari tempat mereka sekarang
"Ada insiden, tapi gue baik-baik aja cuman baju basah dan lengket"
"Ko bisa?"
"Nanti gue jelaskan, udah ya, gue sudah tidak tahan re, lengket ini tidak enak!" ucapnya gusar
Rere menghela napas. "Penasaran sih gue, tapi ya sudah lo hati-hati.”
"Oke" jawab sita. telepon berakhir, Sita memutar kunci mobil dan melaju pulang ke apartemennya.
[to be continued]