Prolog
Titik memanglah akhir dari sebuah kalimat. Namun tidak akan ada kalimat baru jika kalimat sebelumnya tidak diakhiri dengan tanda titik.
***
Satu-satunya yang menarik dalam perjalanan commuter line di siang hari adalah beberapa kursi yang tampak kosong, tanpa desakan, tanpa unjuk rasa protes juga tanpa dorongan kuat dari segala arah. Gerbong umum masih menjadi favorit, walaupun gerbong khusus wanita juga Nampak sepi namun hanya ada sedikit kursi kosong disana. Tentu saja harus siap-siap berdiri untuk memberi kursi prioritas ke penumpang yang butuh. Bagi penumpang yang butuh ketenangan dan tempat peristirahatan yang nyaman, gerbong umum cukup nyaman. Apalagi bagi penumpang wanita, karena jika ada penumpang prioritas tentu saja penumpang pria yang akan lebih dulu berdiri, kecuali mereka yang suka pura-pura tidur atau mendadak rabun.
Dan bagi kalian yang sering menaiki commuter line, kalian pasti akan tau keganasan para wanita di gerbong khusus kan? Jadi untuk menghindari desak-desakan yang mungkin akan terjadi, gadis berseragam putih abu-abu itu memilih untuk duduk di gerbong umum alias gerbong campuran antara pria dan wanita. Meski gerbong umum memiliki kekurangan tersendiri, tapi di saat sepi begini sepertinya akan aman-aman saja duduk di gerbong umum. Kalo sore apalagi menjelang jam pulang kantor ... jangan harap.
Salah satu penggemar gerbong umum adalah Novi, gadis remaja dengan seragam putih abu-abunya yang setiap hari menghabiskan tiga jam kehidupannya di dalam kereta. Tentu ini jadi pilihan terakhirnya akibat pria yang ia cintai selama seumur hidupnya ini mendadak disabotase oleh wanita asing sejak dua tahun terakhir. Membuatnya kini bergantung pada transportasi umum dengan alasan, wanita harus belajar mandiri. Padahal memang saja wanita itu sirik jika sedikit saja Ayahnya memanjakan dirinya. Apalagi semenjak wanita itu mengandung anak dari Ayahnya, sikap manjanya semakin menjadi. Sekarang entah siapa anak dan siapa orangtuanya. Wanita yang bahkan tidak rela Novi panggil sebagai Mamah.
Iklan-iklan yang lewat di setiap layar dalam gerbong memecah pikirannya soal wanita yang tak pernah diundang masuk ke kehidupannya itu. Iklan yang sedang gencar hampir satu bulan terakhir ini. Soal masker, soal cuci tangan yang benar, bahkan cara batuk yang baik. Hampir saja ia lupa akan terlewat dari gerbong tujuannya jika saja suara masinis pria yang mengudara di sepanjang gerbong kereta ini terdengar. Ia pun bersiap untuk turun dengan tubuh yang terasa ringan.
Hingga saat Novi turun dari kereta dan berjalan ke arah pintu keluar, barulah ia merasa bawaannya ringan sekali. Ia merasa jika tadi ia membawa tentengan tas laptopnya. Panik pun segera melandanya, tapi sayang kereta yang baru saja dinaikinya tadi sudah pergi sebelum ia sempat masuk ke sana lagi. Setidaknya terlewat satu stasiun tidaklah berarti dibanding kehilangan laptop kesayangannya. Laptop pemberian mendiang Ibunya tiga tahun yang lalu.
"Mampus gue!" Novi menepuk jidatnya. Ingin menangis tapi percuma. Kereta bukanlah transportasi umum seperti bus yang bisa seenaknya berhenti apalagi hanya karena tas salah satu penumpangnya ketinggalan. Untung-untung jika tas itu ditemukan petugas keamanan yang suka keliling gerbong, kalo ditemukan orang lain yang tidak bertanggung jawab, lenyap sudah laptop beserta>Gadis itu akhirnya duduk di pelataran stasiun, tak memperdulikan lalu lalang orang yang memperhatikannya hingga seorang security menghampirinya. Dikira Novi sedang tidak enak badan. Untung gak langsung dibopong ke ruang kesehatan. Bisa-bisa ia makin menjadi sorotan hari itu.
"Kalo gitu saya buatkan laporan nanti biar di setiap stasiun diumumkan. Semoga masih rejeki kamu," ucap security itu akhirnya setelah Novi berusaha menjelaskan kesialannya hari ini.
Merasa sedikit lega, Novi akhirnya memilih untuk pulang, berharap besok ada kabar baik dari salah satu petugas di stasiun ini sembari menunjukkan tas abu-abu yang berisi laptopnya. Ya, semoga saja.
............
Pria berambut kecoklatan dengan bola mata yang sama disertai hidung mancung dan bibir tipis kemerahan yang membuat setiap wanita iri melihatnya karena tanpa memoles lipstick atau liptint, bibir Zafran sudah kemerahan. Tangan kirinya menenteng tas abu-abu yang ditemukannya tadi di gerbong kereta. Setelah turun dari kereta, ia sempat mendengar pengumuman perihal tas yang ia temukan, namun ia memilih untuk tidak melapor. Bukan bermaksud jahat, ia hanya punya niat baik untuk mengembalikan langsung ke si pemilik berseragam putih abu-abu yang sempat menarik perhatiannya tadi saat mau naik ke gerbong yang sama. Gadis itu Nampak manis, duduk anteng sambil memainkan ponselnya yang menyambungkan airpods ke telinganya. Sekali lagi, niatnya hanya ingin mengembalikan langsung.
Kejadian tak umum diantara mereka yang ternyata berpengaruh besar di masa depan, terutama pada hati seseorang yang telah lama dimatikan sebelumnya. Karena ia tidak ingin berharap besar, takut harapannya sendiri yang akan menjatuhkannya.