17 ➳ Selamat Datang Kegelapan — Welcome Darkness ❦

1849 Kata
◦•●◉✿❦ 2018 ❦✿◉●•◦ ⠀ ❝ Baru kemarin rasanya aku memeluk bulan, bintang dan matahari. Hari ini tiba-tiba gelap yang berganti. Tidak ada cahaya. Tidak ada pelita. Aku bahkan tidak tahu berada di mana. Aku ingin pulang. ❞ ⠀ ➳ [ Ceisya Z. Reyes ] ❦ ⠀ ⠀ ♖ [ Unknown Mansion — Mansion Tak Dikenal ] ♖ ⠀ Suhu yang cukup dingin. Terletak di daerah pegunungan dengan bukit dan lembah hutan pinus hijau yang berjejer membentuk benteng, tampak begitu asri memang. Tapi saat malam tiba, hutan tadi terlihat sangat menakutkan. Dari kejauhan, di bawah sana juga terlihat danau yang lumayan luas. Apa ini villa atau resort pribadi? Tapi tidak ada pengunjung lain yang terlihat di sini. Hanya para pekerja taman dan maid (pelayan) yang hilir mudik membersihkan tempat ini. Resort ini seakan terisolasi dari dunia luar. Berada di puncak yang tinggi. Ataukah di lereng bukit? Terkadang saat pagi hari, entah kabut atau awan sungguhan, membuat resort ini seakan berada di atas awan. ⠀ Ini di mana? Tempat apa ini? Negeri di atas awan? Kenapa aku bisa sampai di sini? Siapa yang membawaku ke tempat ini? Apakah ini prank (gurauan) menjelang hari ulang tahunku? Rasanya tidak mungkin. Mana mungkin ada yang setega itu membuat rencana jahat ini padaku? Ini sama sekali bukan candaan. Ini sangat membingungkan dan mengerikan! Daddy ... Momny .... Apakah mereka panik karena aku tiba-tiba hilang? Apakah aku diculik? Siapa yang menculikku? Apa mereka minta tebusan pada Daddy dan Mommy? Tapi ... penculik mana yang punya resort seindah ini? Apakah ini kerjaan mafia? Apa Daddy pernah terlibat hubungan buruk atau punya hutang dengan mafia? Apa yang akan terjadi padaku? Diperkosa? Dibunuh? Dimutilasi? Dilenyapkan tak berbekas dari muka bumi ini? ⠀ Beribu pertanyaan berseliweran di benak Ceisya. Semuanya hanya menumpuk menjadi tanya yang tak terjawab. Ia tidak tahu sudah berapa lama berada di tempat ini. Ia tidak bisa menghitung hari. Ia bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Tidak tahu harus bertanya pada siapa. ⠀ ◦•●◉✿❦ FLASHBACK ❦✿◉●•◦ ⠀ Tubuh yang bergelung di ranjang itu dibanjiri keringat. Ia menjerit dan meronta dalam lelapnya. Masih begitu terasa sesak di paru-parunya. Sosok bertubuh besar dengan pakaian dan topi hitam, serta wajah yang ditutupi sebo adalah pemandangan terakhir yang ditangkap netranya. Ceisya tersentak. Ceisya mendekap jantungnya yang berdetak sangat cepat. Ia seakan disuruh berlari tanpa henti, tapi syukurlah hanya mimpi. Ceisya menghembuskan napas lega. Ia menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya berulang kali. Berharap detak jantungnya kembali normal. Ia mengusap peluh di dahinya. Punggung dan tubuhnya terasa lengket penuh keringat. Ia harus segera mandi. Ceisya mengingat-ingat lagi kejadian terakhir yang ia alami. Malam indah bersama kedua orang tuanya. Yeah, lalu muncul ingatan lainnya. Ia janjian dengan Qila di taman bermain komplek perumahannya, karena ada bazar di sana. Ia berjalan kaki dari mansion. Lalu ada mobil hitam yang melewatinya, kemudian ... mata Ceisya membulat. Tidak. Tidak mungkin! Pasti hanya mimpi! Ceisya menatap nanar sekelilingnya. Baru ia sadari kalau ia berada dalam kegelapan. Ya, Tuhan! Jangan sampai ketakutannya menjadi nyata. Tangannya meraba-raba sekitarnya. Ia menggeser tubuhnya di ranjang. Tidak ada seberkas cahaya pun yang bisa membantunya menemukan di mana nakas berada. Siapa tahu ada lampu tidur untuk penerang ruangan. Air mata Ceisya bergulir. Kalau ia berada di kamarnya, gelap sekalipun, masih ada cahaya yang masuk lewat ventilasi. Tapi ... saat ini, cuma kegelapan total yang menemaninya. Ranjang apa ini, luas sekali .... Seprainya juga dari bahan yang sangat lembut dengan rimpel teraba oleh Ceisya. Bad cover-nya juga jauh lebih tebal dari yang biasa Ceisya pakai. Perasaan Ceisya semakin tidak tenang. Ia terus bergerak ke samping. Barulah teraba olehnya kayu di sisi kanan ranjang. Yeah, sepertinya inilah nakas. Tangannya mengayun mencari-cari lampu tidur. ⠀ PRAAANGGG ...!!! ⠀ Apa yang sudah ia senggol? Piring? Gelas? Atau lampu tidur? Haduuuh .... Ceisya merengek kesal. Gimana, nih. Kalau benar ia diculik, penculiknya pasti bakal membunuh Ceisya! Tidak! Ia harus keluar dari tenpat ini. Segera! Ia tidak mau lebih menyusahkan Daddy lagi. Orang tuanya pasti sangat ketakutan saat ini. Ia harus kabur, lari dari tempat ini. Penculik itu pasti minta tebusan yang besar pada kedua orang tuanya. Sementara itu perusahaan Daddy sedang kritis! Semangat kembali timbul di benak Ceisya. Ia meraba nakas lebih hati-hati lagi. Kosong. Sial, tidak ada apapun di atas nakas. Ceisya menjambak rambutnya, beralih ke sisi kirinya. Sama, nakas di kiri ranjang juga kosong. Ia menghembuskan napas berat. Tenang ... tenang .... Semua kesulitan pasti akan berlalu. Semuanya pasti akan membaik. Ceisya mengulang-ulang kata-kata yang didapat dari Mommya berkali-kali. Selama ini, setelah mengucapkan hal itu, perasaan Ceisya akan kembali tenang dan ia bisa berpikir jernih. Ceisya menarik napas dalam-dalam, lalu beringsut menuju kaki ranjang. Turun perlahan-lahan dan hati-hati. Semoga ia tidak menabrak atau memecahkan barang apapun lagi. Ceisya merentangkan kedua tangannya, meraba-raba ke segala sisi. Satu langkah, dua langkah, hingga entah berapa langkah lagi, ia masih belum juga menemukan apapun. Tidak pula menabrak benda apapun. Ada apa ini? Ini memang ruangannya yang teramat luas atau Ceisya saja yang tanpa sengaja terdampar ke portal alam gaib? Ia hanya merasa tengah berjalan di atas permukaan yang berbulu lembut. Karpetkah? Saking tebal dan lembutnya, telapak kaki Ceisya seakan terbenam di sana. ⠀ BLITZZZ ...! ⠀ Seketika cahaya terang membuat Ceisya segera menutup matanya. Silau yang menyakitkan netranya. Ia mengusap dan mengerjap-ngerjabkan mata. Irisnya mencoba menyesuaikan dengan cahaya. ⠀ "Nona Zehra, sudah bangun ternyata." Suara lembut seorang wanita membuat Ceisya menengadahkan wajahnya. Wanita muda berumur sekitar tiga puluh atau bawah empat puluhan, berwajah cantik dengan body proporsional tersenyum ke arahnya. Rambutnya yang hitam bergelombang sepunggung, diberi jepit kecil di bagian belakang dan digerai. Wanita itu menenteng kotak yang biasanya dibawa para dokter di tangannya. ⠀ "Kalau begitu, ayo kita kembali ke ranjang. Saya harus memeriksa Anda." Wanita itu menarik Ceisya kembali ke ranjang. "Siapa Anda?" "Saya dokter pribadi di sini, Nona Zehra." Zehra. Wanita itu memanggilnya dengan nama tengahnya? "Kenapa Anda bisa tahu nama saya?" "Tentu saja saya tahu. Anda pasien saya." Ceisya mengernyit. "Pasien? Maaf, saya tidak sakit dan saya sudah punya dokter keluarga. Saya tidak mengenal Anda. Mana mungkin saya menjadi pasien Anda." "Nona Zehra, tenanglah." Wanita itu mendudukkan Ceisya di ranjang. Tersenyum lembut. "Tenanglah. Berbaringlah dan saya akan memeriksa nadi dan tekanan darah Anda dulu." Mana mungkin Ceisya bisa tenang. Ia bahkan tidak tahu nasibnya bakal seperti apa. Apakah ia dalam bahaya ataukah tidak. "Katakan di mana aku berada? Kenapa aku bisa sampai di tempat ini? Siapa yang membawaku ke sini?!" "Kita akan membicarakannya nanti." Wanita itu menarik lengan Ceisya. Tetapi Ceisya menepis tangannya. "Jawab dulu pertanyaanku!" emosi Ceisya langsung menggelegak. Ia merasa di permainkan oleh wanita yang katanya dokter ini. Kecurigaan membuat Ceisya lebih waspada. Siapa tahu wanita itu penipu. Siapa tahu dia g***o dan berniat menjual Ceisya pada Om-Om nakal. Atau malah menjual Ceisya keluar negeri untuk menjadi wanita pengh!bur! Ceisya harus hati-hati. Ceisa melirik kotak yang ditaruh wanita tadi di nakas. Ada banyak botol serum, jarum suntik, obat-obatan dan entah apa lagi. Wanita itu masih begitu tenang memasang stetoskop ke lehernya. Mengambil pen light (senter medis) dan tensimeter. Ia bahkan memeriksa jarum suntik. Mata Ceisya beredar ke sekitar ruangan. Kamar ini luar biasa luas, pantas saja ia bisa berjalan tanpa menyenggol apapun. Ternyata tadi ia persis berada di tengah-tengah ruangan. Di lantai yang ia pijak, juga terhampar karpet bulu lembut berwarna putih s**u. Ceisya berhenti mengagumi kamar mewah ini saat matanya menangkap pintu kamar yang masih terbuka. Kalau wanita ini tidak bisa diharapkan menjawab pertanyaannya, maka Ceisya harus berusaha sendiri. Ini kesempatannya untuk kabur! Ceisya mendorong tubuh dokter gadungan tadi ke ranjang saat wanita itu mencoba memakaikan tensimeter ke lengannya. Dengan cepat Ceisya bergerak melompat, berlari. Namun baru saja ia mencapai pintu, dua sosok pria bertubuh sangat besar menyeretnya kembali ke dalam kamar. Ceisya menjerit dan meronta panik. Ia bahkan berusaha memukul dan menendang kedua pria itu. Tapi mereka tidak mempedulikannya. Cekalan di tangannya semakin kuat. "Pegang dan baringkan dia!" perintah dokter wanita tadi dengan nada tajam. Ia menatap Ceisya penuh kebencian. Tidak ada lagi senyum ramah tadi. Inilah wujud asli wanita iblis ini, umpat Ceisya dalam hati. Wanita itu mengarahkan jarum suntik ke arah Ceisya. Ceisya menggeleng dan berteriak panik. Memohon wanita itu untuk menghentikan perbuatannya. Ia tidak lagi bisa melawan. Tubuhnya terbaring di ranjang dengan kaki dan tangan di terikat di rangka kelambu ranjang. Dua pria berbadan besar tadilah yang mengikatnya sebelum mereka berdua keluar dari kamar. Air mata Ceisya bergulir deras. "Tolong jangan lakukan ini. Aku punya salah apa padamu? Kenapa melakukan ini padaku?" isaknya tak berdaya. Wanita itu mendengus. "Harusnya kamu patuh saja, jadi kamu tidak akan mendapat perlakuan kasar seperti ini." "Itu suntikan apa? Apa kamu g***o? Apa kamu sindikat perdagangan wanita?" "Sindikat perdagangan wanita?" wanita itu tergelak suram. "Seandainya saja aku bisa menjualmu, pasti sudah kulakukan," desisnya membuat Ceisya bergidik. Dokter gadungan itu mengusap permukaan kulit lengan Ceisya. "Kubilang, aku dokter karena aku memang dokter." Wanita itu menatap Ceisya tajam, membungkuk ke arah Ceisya. "Seandainya saja dulu aku membiarkanmu mati, aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini," bisiknya. Ceisya membelalak. Dulu? Apa wanita ini pernah mengenalnya dulu? Jangan-jangan wanita ini adalah salah satu wanita yang dipermainkan oleh Daddy. Apa Daddy pernah mengecewakannya? Wanita itu memutar-mutar jarum suntik di tangannya. Sangat senang menakuti Ceisya. Putri Adam Channing Reyes. Pria penuh kuasa kegelapan yang membuatnya harus menerima hidup yang mengerikan seperti ini. Terlempar dari pangeran kegelapan yang satu dengan yang lain. "Apa Daddyku punya salah padamu?" tanya Ceisya lirih. "Aku minta maaf atas apapun yang dilakukan Daddy padamu." "Maafmu tidak akan bisa memperbaiki semuanya, gadis kecil. Tapi tak apa. Sama seperti aku yang kehilangan impianku, kamu juga akan kehilangan segalanya saat bertemu dengannya. Dia Pangeran Kegelapan yang jauh lebih mengerikan dari Adam Chunning Reyes. Tugasku adalah membuatmu sehat, sebugar dan sesubur mungkin sebelum bertemu dengannya." "Siapa?" Ceisya meringis saat jarum suntik menusuk kulitnya. Wanita itu sepertinya tidak berkeinginan melakukannya dengan perlahan. "Siapa maksudmu?" ulang Ceisya kembali. "Kenapa aku harus memberitahumu. Kamu nikmati saja eksekusimu nanti. Aku harap dia menyakitimu lebih dari dia menyakitiku." Wanita itu tertawa jahat. Suaranya memantul-mantul di dalam ruangan. Dendam apa sebenarnya yang membuat Ceisya harus terperangkap di tempat seperti ini? Ceisya mengerjabkan mata. Bayangan wanita itu mulai memburam. "Satu saranku, Tuan Putri. Ketika kamu terjaga lagi nanti, bertingkah baiklah. Jangan memberontak atau berusaha kabur. Kecuali kalau kamu mau berhadapan denganku lagi. Jangan sampai tanganku terpeleset memberimu serum s*dium thi*pental, pancur*nium br*mide, bahkan p*tassium chl*ride❦ ke nadimu!" Suara wanita itu mendenging di telinganya. Mata Ceisya semakin redup. Tapi ia sadar satu hal. Apa yang terjadi pada dirinya saat ini, adalah akibat orang-orang yang membenci Daddynya. Ceisya yang harus membayar kemarahan mereka semua. Ceisya juga tahu, wanita tadi masih menyeringai menikmati penderitaan Ceisya. ⠀ "Daddy ...," desis Ceisya lirih. Air mata mengalir di sudut matanya. "Help ... help me ..., Daddy ...." . . . ◦•●◉✿❦♛❦✿◉●•◦ ⠀ STICKY NOTES ============== ❦ S*dium thi*pental, Pancur*nium br*mide dan P*tassium chl*ride adalah adalah serum suntik mati atau lethal injection yang dianggap sebagai yang paling manusiawi untuk terpidana hukuman mati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN