Bab 8

1015 Kata
#8. Perempuan itu termenung di depan cermin meja rias di dalam kamarnya, sementara salah satu tangannya memegang ponsel yang baru saja dibuka. Bahkan di layarnya masih menampilkan pesan yang dikirimkan oleh sang ayah yang belum dia balas sama sekali. [Claudia, ayah begitu rindu denganmu! Bisakah kamu dan Reza pulang ke Surabaya untuk beberapa hari ke depan, sekalian ada sesuatu yang ingin ayah bicarakan dengan kalian.] Tulis ayah Claudia di dalam pesan yang baru saja dibaca oleh Claudia. Claudia menghembuskan nafas panjangnya yang terdengar begitu berat dengan berbagai macam hal yang saat ini sedang mengganggu pikirannya. 'Entah kenapa Ayah memintaku pulang ke Surabaya di saat aku sedang banyak masalah seperti saat ini,' gumam Claudia, mendadak hatinya merasa gusar dan dilema. Dia memang tidak akan keberatan untuk pulang ke Surabaya untuk menemui ayahnya dan keluarganya yang lain sebab dirinya pun juga merindukan mereka, akan tetapi Claudia hanya merasa keberatan kalau dia harus bersikap baik dan berpura-pura seolah pernikahannya begitu bahagia dengan Reza di depan sang ayah serta ibunya. Claudia tidak ingin lagi membohongi hati dan perasaannya sendiri yang memang sebenarnya tidak bahagia bersama dengan Reza, pernikahannya terasa hambar. Tidak ada perhatian di dalamnya dan tidak ada cinta, apalagi dengan perjanjian yang mereka buat sebelum menikah. Claudia juga merasa pernikahan yang sedang dijalaninya ini hanya terlihat seperti sebuah permainan yang dimana kedua pemerannya akan bersikap baik dan romantis saat di depan orang-orang yang disayanginya, sementara di belakang mereka, dia dan Reza akan beri ah menjadi dua manusia asing yang tidak pernah saling mengenal sebelumnya. [Baiklah, Ayah! Secepatnya Clau akan pulang ke Surabaya untuk menemui kalian,] balas Claudia setelah beberapa saat memikirkan jawaban apa yang pantas untuk dia berikan kepada ayahnya yang baru saja mengirimkan pesan, tidak ingin membuat sosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu menunggu kepulangannya seolah dia sedang berada di tempat yang sangat jauh dan tidak bisa pulang. Claudia tahu apa artinya rindu, dan dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya memendam rindu terhadap putrinya itu terlalu lama, padahal jarak yang harus ditempuh untuk pulang ke rumah tidaklah terlalu jauh. Setelah membalas pesan yang dikirimkan oleh ayahnya, perempuan itu kemudian mengarahkan tatapannya menghadap ke cermin untuk melihat pantulan dirinya sendiri di dalam benda berkilau itu. Melihat bayangan dirinya sendiri yang tampak begitu menyedihkan! "Aku juga tidak kalah cantik dari Bianca, status ku pun adalah seorang istri sah sedangkan Bianca hanyalah seorang kekasih yang tidak dinikahi oleh Reza. Aku juga adalah seorang wanita yang diberikan Restu oleh keluarga Reza untuk menjadi istrinya, akan tetapi kenapa Reza tetap saja tidak mau menatap ke arahku aku barang sedikitpun?" "Apakah karena aku memang tidak semenarik itu di matanya? Atau memang Reza yang tidak ingin belajar untuk menerimaku dalam hidupnya," ucap Claudia bertanya-tanya dengan tatapan lurus menetapkan bayang dirinya di dalam cermin. Sungguh malang nasibnya, dia dapat memiliki segalanya dengan mudah di dunia ini. Semua yang dia inginkan dapat dengan mudah dia dapatkan dari ayahnya ataupun dari hasil kerja kerasnya sendiri, akan tetapi kenapa dia tidak bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang dari suaminya? Apa semua itu karena pernikahan itu hanya terjadi karena sebuah perjodohan? "Aku tahu pernikahan ini karena sebuah perjodohan, akan tetapi tidak bisakah dia mulai belajar untuk menerimaku sama seperti aku yang juga berusaha menerima dia dalam hidupku peserta statusnya sebagai seorang suami?" "Aku tahu tidak ada cinta yang tercipta diantara kami sebelum pernikahan terjadi, tetapi apakah kebersamaan kita selama beberapa bulan ke belakang ini tidak ada artinya untuk Reza? Apakah kebersamaan yang sudah kita jalin setiap harinya ini tidak berhasil membuatnya melupakan Bianca dan berpaling kepadaku?" Raut wajah perempuan itu terlihat begitu sendu saat ini, terlihat dengan jelas kesedihan yang tercipta di dalam kedua bola matanya itu, bahkan Claudia sangat yakin siapapun yang melihatnya saat ini pasti akan berpikir bahwa dia adalah seorang wanita yang paling menyedihkan di dunia ini. "Entah kenapa sekarang aku mulai berpikir untuk menyudahi pernikahan ini, aku tidak ingin lagi terlihat seperti seorang wanita yang menyedihkan karena mengharapkan perhatian dan cinta dari suaminya sendiri. Lagi pula pernikahan di antara aku dan Reza terjadi karena ini adalah keinginan kakeknya, Jadi untuk apa aku terus berusaha mempertahankan pernikahan yang sama sekali tidak bisa membuat aku merasa bahagia?" Ya, kali ini kalau Claudia mulai berpikir untuk menyudahi pernikahan di antara dirinya dan Reza. Biar bagaimanapun juga dia pun berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya tanpa terikat dengan ikatan palsu yang dibungkus dengan dalih sebuah pernikahan. Lagi pula, Reza sendiri juga tidak mencintainya. Dia hanya mencintai Bianca, hanya Bianca! Keberadaan Claudia di dalam hidupnya hanyalah sebuah hiasan yang hanya digunakan untuk menghiasi hari-harinya seperti sebuah pajangan yang tidak berarti, tidak ada alasan yang lainnya. Tidak ada cinta dan kebahagiaan yang dia dapatkan dari pernikahan itu, lantas untuk apa lagi dia mempertahankannya? Satu-satunya alasan yang membuat Claudia merasa enggan menyudahi pernikahan tersebut ialah hanya karena dia merasa sungkan dengan kakek Reza, bukan karena yang lainnya. Pria paruh baya itulah yang membuatnya menikah dengan Reza, pria paruh baya itulah yang sangat menginginkan dirinya menjadi istri dari cucunya, padahal dia sendiri tahu kalau Reza sudah memiliki kekasih. Satu hal yang disadari oleh Claudia saat ini, kakek itu memang berhasil mendapatkan dirinya sebagai seorang menantu dalam keluarganya. Akan tetapi tidak dengan Claudia yang memiliki seorang suami dan pendamping dalam hidupnya, kakek Reza memang menginginkan dia, tetapi tidak dengan Reza itu sendiri. "Kakek, maafkan aku kalau aku akan membuatmu kecewa dengan keputusanku ini. Tetapi aku tidak punya pilihan lain, aku tidak ingin terus berada dalam ketidakbahagiaan ini selama sisa hidupku!" Perlahan Claudia mulai bangkit dari duduknya, berniat untuk mencari keberadaan Reza untuk menyampaikan keputusannya. Dia benar-benar ingin menyudahi pernikahan antara mereka berdua, tidak ingin lagi semakin dalam terluka dan kecewa karena pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh Reza. 'Aku mungkin bisa menerima pernikahan ini perlahan-lahan, akan tetapi tidak dengan Reza! Dia tidak akan bisa menerima pernikahan ini, jadi daripada kita sama-sama terus saling menyakiti, bukankah akan lebih baik kalau kita saling melepaskan saja?' Langkah kaki perempuan itu beranjak turun dari tangga, menuruni setiap undakannya agar segera sampai di lantai bawah dan segera menemukan Reza. Semua permasalah yang ada dalam kehidupan mereka harus diselesaikan saat ini juga, bukankah lebih cepat lebih baik? Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN