"Ada yang tidak dimengerti?" tanya Permana pada Divya. "Sudah mengerti, Pak." Divya mengangguk paham. Hari ini ia resmi berada di balik meja kasir. Semua transaksi antara pelanggan adalah tanggung jawabnya. Namun, meski begitu Divya tidak ingin menjadikan sebagai tekanan. Tanpa beban, ia akan menjalani hari dan memberikan senyum terbaik pada para pelanggan. Sungguh, Divya sangat tidak sabar menerima pelanggan pertama. "Ngomong-ngomong, Div, kayaknya ada yang mau kamu omongin ke saya." Permana mengatakan itu dengan alis terangkat. Ditatap oleh pria tampan, membuat Divya menjadi gagap. Meskipun ia sudah bersuami, tetapi jika lawan bicara adalah orang sekeren Permana, maka wanita mana pun akan salah tingkah. "E-eh, nggak ada, Pak," jawab Divya. "Yakin?" Divya mengulum bibir, kemudian