Bulan keenam. Hujan. Jam menunjukan pukul sepuluh pagi. Rahma memangku[D1] wajahnya bosan dengan tangan sebelah kanan. Nenek Saj sedari tadi pergi ke pasar dan sebentar lagi akan pulang Ia meniup anakan poni yang jatuh di dahinya. Dirinya sedang menatap rintikan hujan dari jendela kamarnya seraya mengelus perutnya yang makin membesar. Tepat empat bulan yang lalu, Rahma bertemu dengan Agra. Setelahnya, tepat jam tujuh ia selalu menunggui Agra di pinggir jalan hingga jam sembilan. Namun, mobil yang selalu dikendarainya tidak pernah muncul lagi. Bahkan, ia rela berjalan kaki memutari perumahan agar dirinya bisa melihat Agra di gerbang utama perumahan itu. Ia memegang perutnya yang terus berbunyi. Bayinya tiba-tiba menendang. Rahma tertawa pelan dengan perlakuan anaknya ini. “Kamu lap