Episode 8 : Keandra?

1347 Kata
Ponsel Fina masih saja berdering, padahal kasus pesan mesra terhadapnya sudah diurus tuntas oleh pihak kepolisian. Anehnya, meski bukan dari nomor yang biasa mengiriminya pesan, tetapi pesan-pesan dari nomor tersebut juga nyaris sama dengan pesan-pesan mesra sebelumnya. +628xxx : Mari kita bertemu. Aku benar-benar rindu. Jangan alihkan teleponmu. Aku sunggh ingin mendengar suaramu. Fina mendengkus di antara rasa kesal yang membuncah. Hati dan ubun-ubunnya menjadi terasa sangat panas hanya karena membaca pesan itu. Jadi, Fina yang baru saja menyaring dawet berwarna orange di saringan yang diletakan di atas wastafel, segera memindahkannya ke dalam wadah kotak berbahan kaca, lantaran nomor tersebu juga sampai telepon. "Oke, ayo kita selesaikan!" gumam Fina yang telanjur geram. Fina langsung meraih ponselnya dan segera menjawab telepon tersebut. "Hallo?" jawab Fina cepat. "Hai, Fin ...?" balas suara seorang pria yang langsung membuat Fina terkesiap. Fina hapal suara itu. Suara yang selalu Fina dengar di setiap musik yang Rina putar saben hari. Ya, Fina mengenalinya sebagai suara Keandra. Namun, kenapa juga Keandra pelakunya? Kenapa artis yang sangat Fina benci itu sampai mengetahui nomor ponsel Fina dan bahkan menggoda Fina? "Apakah kamu, ... mengenaliku?" lanjut Keandra dari seberang. "Tentu. Kamu Keandra, kan?!" balas Fina yang sampai mengumpat. "Hebat. Kamu bisa mengenaliku dengan sangat cepat. Aku benar-benar enggak salah pilih kamu." "Apakah hobimu memamang mengganggu wanita yang sudah bersuami?!" omel Fina tanpa pikir panjang. "Jadi maksudmu, aku harus segera menikahimu?" balas Keandra dari seberang yang terdengar begitu tenang. "Kamu benar-benar ingin kita menikah secepatnya?" tegasnya lagi memperjelas. "Gila kamu!" umpat Fina yang telanjur muak. Terlebih jika menengok kejadian selama dua hari terakhir. Keandra yang sampai menerornya dengan pesan mesra bahkan dari nomor ponsel yang berbeda. "Jangan galak-galak. Nanti aku tambah kangen." Balasan Keandra semakin membuat Fina merasa muak. "Sekali lagi kamu ngomong begitu, aku pastikan, semua surat kabar akan memajang wajahmu dengan berita p****************g yang suka mengganggu istri orang!" ancam Fina. Fina mendengar di seberang sana, Keandra sampai tertawa kecil. Tawa kecil yang mungkin hanya akan membuat pria itu tersipu, seolah-olah, Keandra tidak berdosa atau sebagainya. Kenyataan yang Fina yakini akan membuat fans Keandra tanpa terkecuali Rina dan Mey, semakin mencintai pria itu jika sampai melihatnya.  "Ayo, berbicaralah lebih banyak lagi." Keandra mengatakannya dengan kenyataannya yang terdengar masih tertawa. Balasan Keandra sukses menohok Fina yang juga refleks merengut setelah mendengarnya. "Si Keandra memang gila, ya?" pikirnya. "Ayo jangan diam saja. Aku suka kalau kamu sedang marah-marah," pinta Keandra lagi. Suara Keandra yang kali ini sampai terbilang intens tak beda dengan ketika Rafael sedang berbicara serius sekaligus manja kepada Fina, sukses membuat Fina merinding. Fina semakin ngeri kepada Keandra yang bisa saja menjadi duri di antara hubungannya dengan Rafael. "Fina ... ayo kita menikah. Pernikahan kita akan disaksikan oleh seluruh dunia. Tolong katakan 'iya'," pinta Keandra dari seberang yang kali ini sampai terdengar sangat serius. "Jangan pernah menghubungi apalagi berbicara seperti itu kepadaku lagi, karena suamiku bisa langsung mengirimmu ke neraka. Ingat, jangan pernah menghubungiku lagi!" tegas Fina yang kemudian langsung mengakhiri sambungan telepon mereka tanpa pamit apalagi meminta persetujuan Keandra. Fina langsung mengantongi ponselnya ke dalam saku sisi celana kulot warna putih yang dikenakan di tengah kenyataannya yang masih dikuasai emosi. "Sabar-sabar, Fin. Ini bulan puasa." Fina yang awalnya baru mengembuskan napas pelan melalui mulut bersamaan dengan kedua matanya yang sampai terpejam, menjadi terperanjak lantaran ponsel yang baru saja ia simpan, justru kembali berdering. Dering tanda panggilan masuk dan kembali sukses membuat ubun-ubun Fina panas.  Meski yakin telepon tersebut masih dari Keandra, Fina pun segera memastikannya. Beruntung, telepon tersebut berasal dari Rafael dan membuat emosi Fina menjadi cukup terobati. "Assalamualaikum, By?" sapa Fina yang langsung menjawab telepon dari Rafael. "Walaikum salam, Mih. Mih, kok WA-mu enggak aktif. Aku mau telepon video ke kamu, susah banget enggak nyambung-nyambung dari tadi? Semuanya oke, kan?" balas Rafael dari seberang yang terdengar cukup mencemaskan keadaan Fina. Fina menghela napas dalam seiring tubuhnya yang sampai membungkuk loyo. "Begini lho, By ...." Fina segera menutup dawetnya dan kemudian menyimpannya ke dalam lemari. "Iya. Beneran ada yang serius?" balas Rafael semakin penasaran. Fina langsung menceritakan semuanya. Perihal Keandra yang menjadi dalang dari pengirim pesan mesra terhadapnya. Keandra yang juga baru saja menelepon Fina dan Fina marahi habis-habisan. Dan mungkin, karena tadi Fina sedang telepon dengan Keandra juga, Rafael jadi sulit menghubungi Fina melalui sambungan telepon video. "Nah itu, Mih. Aku juga mau kasih tahu kamu. Polisi enggak bisa usut kasus ini karena ternyata, Keandra dan rumah produksi yang menangani, memilih kamu menjadi pasangan Keandra untuk acara mereka." Balasan dari Rafael cukup membuat Fina yang baru duduk di salah satu kursi yang ada di dapur, menjadi mengernyitkan dahi. Fina benar-benar bingung. Apa sebenarnya mau Keandra? "Gila banget mereka. Tapi barusan sudah kasih surat peringatan ke pihak mereka melalui pengacara." "Tapi demi Alloh, lho, By ... aku enggak ada hubungan apa-apa dengan Keandra. Sumpah!" sergah Fina cepat lantaran takut Rafael sampai berpikir macam-macam mengenai hubungannya dengan Keandra. "Dan mengenai kenapa Keandra bisa tahu nomorku, aku juga enggak tahu, By. Serius!" Fina masih berusaha meyakinkan Rafael. Terlebih, ia sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Keandra bahkan meski untuk menjadi fans pria itu. "Ya, aku juga tahu itu, Mih. Meski aku sempat merasa sangat cemburu, tapi pas tahu ternyata Keandra meminta nomormu ke pihak hotelku, rasanya enggak adil kalau aku langsung marah bahkan curiga ke kamu." "Kan ... kamu sampai mikir macam-macam!" rengek Fina merasa sebal dan sampai nyaris menangis. "Harusnya enggak boleh asal curiga begitu, dong, By. Kamu harus bahas dulu ke aku, baru kamu boleh ambil keputusan. Ipul saja enggak segampang itu percaya sama berita-berita tentang aku!" "K-kamu, menyamakanku dengan Ipul lagi, Mih?" "Ya! Terserah kamu mau ceburu bahkan marah. Aku enggak peduli. Toh, kamu sudah tega ke aku." "I-iya, deh ... aku minta maaf, Mih. Serius, aku minta maaf. Aku enggak akan mengulangi apalagi sampai curiga lagi sama kamu." Mendengar balasan dari Rafael, Fina yang sampai menitikkan air mata pun merasa jauh lebih lega. "Ya sudah, By. Aku sudah maafin kamu kok, sebelum kamu minta maaf. Apalagi, aku juga enggak bisa marah sama kamu," balas Fina yang kemudian beranjak dari duduknya. "Serius, Mih ... aku beneran minta maaf." Dari seberang, Rafael terdengar sangat menyesal. "Iya, By. Sudah jangan dibahas lagi. Kalau gitu, aku mau lanjut bikin keperluan dawetnya, ya?" balas Fina yang tiba-tiba merengek, "malam ini kamu jadi pulang, kan?" Terdengar Rafael yang bergumam sebelum berkata, "iya. Ini saja mau ke mobil nyusul papa. Kami mau langsung pulang biar bisa buka puasa di rumah!" Balasan Rafael sukses membuat hati Fina menjadi berbunga-bunga. Karena meski hanya berpisah selama tiga hari dua malam, tetapi Fina merasa jika perpisahan mereka sangat lama. Bahkan meski hampir setiap waktu, mereka selalu berbagi informasi mengenai kabar masing-masing. Rasa rindu Fina terhadap suaminya tetap menggebu. Fina tidak bisa lama-lama jauh dari Rafael, meski Fina belum berani mengatakan kenyataan tersebut kepada yang bersangkutan lantaran merasa malu. "Ya sudah, By. Aku tunggu. Aku sudah siapin keperluan es dawet rasa sunkist spesial buat kamu!" Fina mengatakannya dengan hati yang masih sangat berbunga-bunga kendati kedua matanya masih merah dan bahkan basah. "Wah ... serius, Mih? Ya ampun, Mih. Aku sampai jadi nelen ludah begini. Aku minta lima porsi, lho, Mih! Lima mug paling besar di lemari!" "L-lima porsi nanti perutmu meledak, By!" tegur Fina. Dari seberang, Rafael terdengar tertawa lepas. "Lima porsi sama buat sahur, Mi. Soalnya semenjak puasa, hawanya pengin menum yang seger-seger terus. Bahkan enggak makan juga enggak apa-apa asal minum yang seger biar tenggorokan sama d**a, enggak begitu terasa panas." Fina tersipu. Merasa sangat tersentuh atas usaha keras Rafael yang hingga detik ini begitu bersemangat menjadi mualaf yang baik. Salat lima waktu yang tak pernah absen. Juga solat sunah malam termasuk duha yang akan sebisa mungkin suaminya itu laksanakan, selain puasa ramadan untuk kali pertama kalinya. Dan rencananya, selain belajar hafalan doa, Rafael juga akan belajar membaca alquran kepada Fina. "Semoga, hubungan kita berkah, ya, By? Ya sudah. Tetap semangat ibadahnya. Hati-hati juga di jalan." Fina mengatakannya dengan hati yang terenyuh. Antara terharu, tetapi juga sedih, lantaran Fina ingat perjalanan hidupnya, hingga akhirnya ia bertemu dengan Rafael.  Perjalanan yang jauh dari mudah bahkan sangat sulit, tetapi semenjak bersama Rafael, Fina merasakan kebahagiaan yang begitu luar biasa. "Ya sudah, jangan lupa sempatkan waktu untuk istirahat. Ini masih pukul dua. Ambil waktu untuk tidur sore, ya?" balas Rafael. "Iya, By. Habis ini aku langsung istirahat, kok." Dan sambungan telepon mereka, berakhir dengan ungkapan cinta satu sama lain. Ungkapan cinta yang mereka yakini akan semakin memperkokoh ikatan hubungan mereka. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN