Queeny dan Marlina berangkat lebih dulu ke kosan, sementara Nasrul dan Agung menyusul.
Marlina dan Queeny juga mampir ke minimarket untuk berbelanja kebutuhan kosan, sekalian masak untuk teman yang akan kerja kelompok.
"Mar, lo bisa masak?" tanya Queeny seraya memilih sayuran di deretan sayuran minimarket.
"Bisalah, nyokap gue punya rumah makan. Jadi gue sering bantuin nyokap gue. Jangan-jangan lo nggak bisa masak?" tanya Marlina menyelidik.
"Eheh … gue di rumah kan jarang, Mar. Mana ada masak bareng sama Umi," jawab Queeny enteng.
"Emang kalo waktu liburan lo nggak ada acara bantuin Umi lo?" tanya Marlina heran.
"Di rumah udah banyak yang bantu, kalo ada acara pengajian juga kan banyak santriwati ikut masak. Gue tuh ya paling males kalau ngumpul begitu, apalagi kalau banyaknya ibu-ibu tetangga, males diajak ngobrol," cicit Queeny.
"Dih … lo ada-ada aja, emangnya mereka suka ngajak ngobrol apaan ampe males begitu?"
"Ya banyak lah, di pesantren gimana? Rangking nggak di sekolahnya? Apalagi yang terakhir tuh ditanya sudah punya calon? Padahal gue baru lulus SMA ya, males dah ah!" Queeny memperhatikan pada deretan kol dan wortel.
"Mar, lo bisa bikin sop?" sambung Queeny.
"Bisa. Lo mau mau buat sop?"
"Iya, nih lagi pengen sayur sop, bikin ya." Queeny memilih kol dan wortel kemudian ia simpan dalam plastik.
"Beli ayam juga kalau gitu." Marlina membawakan daging ayam bagian d**a.
Selesai berbelanja mereka menuju kasir dan membayar semua belanjaan.
"Gue lupa belum bawa uang cash, dari lo dulu ya. Entar kita hitung-hitungan di kosan," seru Marlina.
"Tenang aja kali!" Queeny membayar sementara Marlina mendorong troli belanjaan.
Drrt!
Drrt!
Queeny merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Ia melihat siapa yang sudah menelponnya itu.
"Siapa?" tanya Marlina.
"Agung!"
"Angkat, kayaknya mereka dah sampai," sahut Marlina.
"Hallo, iya Agung."
"Tadi aku telpon si Marlina tapi nggak diangkat. Ini kita udah sampe kostan, kalian di mana?" tanya Agung.
"Kalian masuk aja deh, kita masih di jalan."
"Ya sudah, ini kita di sebrang kosan kalian, di warung."
Telepon pun terputus.
"Mar, mereka udah sampe, yu cepetan!" Queeny membawa plastik belanjaan dan dengan sedikit berlari mereka ke arah parkiran.
Marlina dengan tergesa-gesa membuka pintu mobil. Sampai di dalam mobil Marlina segera menancap gas, mobil pun melaju.
Sampai di depan kosan, Marlina memasuki halaman kosan dan memarkirkan mobilnya. Sementara, Agung dan Nasrul yang melihat kedatangan Queeny dan Marlina segera jalan mendekat.
Queeny turun dari mobil dan mempersilakan Agung dan Nasrul masuk di ruang tamu. Di kosan mereka disediakan tamu.
"Sudah pada makan belum kalian?" tanya Marlina.
"Belum, kalian mau masak ya?" tanya Agung.
"Iya."
Agung mengambil alih belanjaan yang ada di tangan Marlina dan menaruhnya di atas meja.
"Agung bisa masak tuh, bantuin sama Marlina," sela Nasrul.
"Wah beneran," sahut Queeny tidak percaya.
"Emang kalian mau masak apaan sih?" tanya Agung.
"Lah, cek aja ono di dalam plastik!" jawab Marlina.
"Masak sop ya, gampang dah! Mana dapurnya?"
"Ayo bareng gue aja! Queeny lo bareng Nasrul cari materi ya!"
"Iya!"
Queeny dan Nasrul akhirnya mencari materi yang akan mereka presentasikan minggu depan. Yaitu mengenai media massa. Nasrul membaca bahan materi dan sumber. Tidak lama kemudian Queeny yang penasaran bagaimana suasana dapur.
"Nasrul, aku ke dapur dulu ya. Penasaran sama mereka berdua," kata Queeny.
"Oh iya."
Di dapur Marlina sedang membersihkan daging dan memotongnya kecil-kecil.
Agung mengupas wortel dan memotongnya menjadi kecil-kecil.
"Wah … kamu lihai banget motongnya, ikutan kelas masak apa?" puji Queeny.
"Dia itu sering masak waktu pesantren, sering ngeliwet bareng nah dia ahli masaknya!" sahut Nasrul dari arah belakang Queeny.
Agung hanya tersenyum tipis, ia meneruskan masaknya, dengan memotong kol, buncis. Lalu, ka memasukkannya ke dalam panci yang airnya sudah mendidih. Marlina menggoreng tempe dan ia menggoreng bahan untuk sambal.
Selesai menggoreng, Agung yang cekatan mengulek sambal terasi.
Queeny dengan sabar menunggu hingga masakannya matang.
"Nah, sudah jadi. Silakan dicicipi!" Agung mempersilakan.
Di ruang tamu aja ya, Queeny membantu membawa mangkuk berisi sayur sop, Marlina menbawakan piring, Nasrul membawakan sambal dan juga goreng tempe.
"Nasinya mana?" tanya Nasrul.
"Nasi?" Marlina malah melongo.
"Yah, kita lupa nggak beli beras!" Queeny mengingat belanjaan. Memang mereka lupa membeli beras.
"Lah, ini kita mau makan pake apa?" tanya Agung.
"Hahah … ngakak dah, niat masak tapi masa lupa sama bahan pokoknya, Marlina … Queeny!" Nasrul terkekeh.
Queeny diam-diam mencomot tempe dan ia menaruh sop ke atas piring, Queeny sangat menikmati sop buatan Agung.
Akhirnya mereka menikmati sayur sop tanpa nasi. Namun, tetap tidak mengurangi kenikmatan masakan Agung.
Queeny sampai berkali-kali menggelengkan kepala dan matanya berbinar.
Makan telah usai, mereka melanjutkan membuat makalah.
"Queeny, nanti kamu mau bagian apa?" tanya Agung.
"Apa aja deh."
"Oke, yang jadi moderator aku, Marlina pendahuluan, terus Queeny dan Nasrul bagian penjelasan ya."
Agung dan Nasrul pun pamitan setelah diskusi beres. Agung dan Nasrul pulang dengan mengendarai motornya masing-masing.
Queeny dan Marlina mengantarkan mereka hingga mereka pergi dan tak terlihat. Queeny dan Marlina melambaikan tangannya, Marlina melihat seseorang yang sedang memperhatikan mereka.
Marlina menyenggol lengan Queeny dan berbisik, "Queeny, bukannya itu Furqon yang di seberang?"
"Astaga! Bener Furqon. Aduh mampus gue, Mar!" Queeny seketika berkeringat dingin.
"Aduh … gue serba salah kalau belain lo nanti malah dituduh ikut campur. Gue maaf ya nggak bisa bantu!" Marlina menggigit jarinya.
Furqon terlihat menyeberangi jalanan. Marlina yang melihat Furqon semakin mendekat, ia memiliki masuk ke kamar kost.
"A-ku …." Queeny belum sempat menyelesaikan ucapannya Furqon menyela, "Siapa tadi?"
"Temen sekelas, habis kerja kelompok," singkat Queeny.
"Hmmm … loh kamu kok belum siap?"
"Baru beres tadi, aku siap-siap dulu sebentar ya!" ucap Queeny seraya berjalan.
Furqon mengikuti langkah Queeny. Queeny memasuki kamar mandi. Furqon menunggu Queeny di ruang tamu, Furqon melangkah dan memasuki kamar Queeny ternyata kamarnya tidak ia kunci. Furqon melihat ponsel Queeny tergeletak di atas nakas, Furqon memeriksa ponsel Queeny.
Queeny selesai bersiap-siap, ia berdandan cantik dengan memakai jilbab berwarna coklat.
Furqon, pacar Queeny, merasa cemburu ketika menemukan nomor ponsel Agung di ponsel Queeny. Dia langsung marah dan mulai mengirimkan pesan kasar ke Agung.
[Kenapa lo hubungi cewe gue Queeny? Lo ngincer dia ya? Kalo lo berani sini berhadapan sama gue, gue pasti banting lo!] pesan yang dikirimkan oleh Furqon dengan nada kasar dalam pesan nomor Queeny yang dia kirim ke Agung.
Queeny menghampiri Furqon dengan tersenyum paling manis. Namun, Furqon menatap Queeny dengan sinis.
"Kita nggak jadi jalan!" Furqon bangkit dari duduknya dan menyerahkan ponsel pada Queeny. Queeny hanya terdiam, karena ia tidak tahu apa yang membuat Furqon membatalkan acara mereka.
"Kamu nggak mau minta maaf?" bentak Furqon.
"Memang aku salah apa?" tanya Queeny polos.
"Heh, lo itu polos apa cuman pura-pura bego. Gue nggak suka lo simpen nomor cowok lain!"
"Cowok siapa sih?"
"Itu yang namanya Agung!"
"Itu temen yang tadi!"
"Gue tetep nggak suka lo simpen nomor cowok mau siapapun itu! Halah buat gue badmood aja!"
Queeny mengintip ke layar ponselnya dan kaget melihat percakapan yang kasar yang dikirimkan kepada Agung.
Queeny sangat terkejut dan merasa sedih ketika mengetahui bahwa Furqon telah melakukan hal tersebut.
"Ya Tuhan, ini orangnya buruk banget! Gak ada sopan santun sama sekali!" ucap Queeny dengan suara kesal. "Kenapa sih ada orang kayak gini, bener-bener bikin emosi aja."
Marlina mendengar hal itu segera menghampiri Queeny.
"Ada apa?" tanya Marlina pesaran.
"Coba lo lihat aja kelakuan cowo sialan!"
Queeny memperlihatkan layarnya kepada Marlina.
Marlina terkejut bukan kepalang, Queeny dan Marlina merasa sedih karena Agung telah menjadi korban dari perilaku kasar tersebut. Dia merasa bahwa siapa pun harus dihormati, dan penggunaan bahasa kasar dan tidak sopan hanya akan menyakiti orang lain.
"Aduh, gak bisa dipercaya sih orang kayak gini. Queeny kamu harus pikir ulang deh pacaran sama cowo kasar macam Furqon. Kok gue jadi ikutan geram ya!" ucap Marlina dengan nada geram.
[Aku minta maaf atas perilaku Furqon yang tidak terpuji.] Queeny mengirimkan pesan kepada Agung.
Queeny sangat berharap bahwa Agung dapat memaafkan kesalahan Furqon dan memahami bahwa itu bukanlah kesalahan Agung. Dia juga berharap bahwa Furqon dapat belajar untuk mengendalikan emosinya dan berbicara dengan sopan santun dalam situasi seperti ini. Queeny berharap bahwa hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan dan semuanya bisa berjalan dengan baik di antara mereka.
Meskipun merasa kesal, Queeny tahu bahwa dia harus tetap tenang dan menanggapi situasi ini dengan bijak. Dia memutuskan untuk melaporkan perilaku kasar tersebut agar Agung bisa merasa aman dan nyaman. Queeny berharap bahwa tindakan ini dapat membantu mengatasi masalah ini dan mencegah terjadinya tindakan serupa.