Bukan Rumah

1517 Kata
Ike Rania Wardani seorang perempuan cantik berumur dua puluh delapan tahun, ia memilih menjadi ibu rumah tangga atas permintaan suaminya yang menginginkannya untuk tidak bekerja meniti karir dan fokus menjadi ibu rumah tangga. Ike merupakan mahasiswa berprestasi di Universitasnya. Ia berhasil menjadi lulusan terbaik di angkatannya dan juga dikagumi karena kecantikannya . Sebenarnya Ike sempat bekerja di sebuah perusahaan, namun ketika Andi melamarnya saat itu atas nama cinta, ia akhirnya menerima lamaran Andi dan memilih untuk mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja. Pernikahan Ike dan Andi telah berlangsung selama enam tahun lebih dan saat ini Ike sedang mengandung buah hati mereka yang kedua yang akan lahir sekitar dua bulan lagi. Ike dan Andi sebelumnya telah memiliki seorang putri yang cantik bernama Andara Ayu Antara yang saat ini berumur lima tahun. Kehidupan Ike terlihat sangat sempurna dari luar, semua kerabat dan sahabat Ike menganggap Ike sangat beruntung karena memiliki suami seorang pengusaha. Pada hal hidup Ike di kediaman orang tua suaminya tidaklah mudah, karena ibu mertuanya dan adik iparnya serta keluarga suaminya tidak menyukainya. Ibu mertuanya, adik iparnya dan juga istri adik iparnya selalu membuat masalah di Rumah ini hingga membuat Ike pusing. Ibu mertuanya merupakan wanita sosialita yang selalu ingin tampil glamor sama seperti adik iparnya Mutia. Hidup di kediaman Subiantoro, membuat Ike bukan diperlakukan seperti seorang menantu, tapi diperlakukan seperti pembantu dan ia sering sekali menerima perlakuan kasar dari mereka. Apalagi keluarga Ike bukanlah kalangan orang yang kaya raya, hingga ia dan keluarganya dianggap remeh dan tidak berkelas seperti mereka. Memiliki menantu sederhana bukanlah impian Melati mertua Ike, hingga ia selalu bersikap kasar pada Ike dan sering kali berteriak atau memukul Ike jika Ike tidak segera melaksanakan perintahnya. "Ike jangan lupa kamu masakin saya steak, uang belanja dari Dimas kan banyak kalau ada sisa tiap bulannya, kamu harus mengembalikan sisanya kepada saya. Kamu harus ingat ya Ike, walau kamu hamil bukan alasan kamu bermanja-manja dan tidak mau membantu mengerjakan urusan rumah tangga. Walau kamu istri Dimas , kamu harus ingat saya belum sepenuhnya menerima perempuan udik kayak kamu menjadi menantu saya!" Ucap Melati dingin dan ia seperti biasanya selalu menujukkan rasa bencinya kepada Ike. Ike menghela napasnya, setiap hari yang ia dengar hanyalah keluhan ibu mertuanya, mengenai dirinya yang tidak diterima menjadi menantu di keluarga ini. "Kamu itu beruntung menikah dengan orang kaya seperti anak saya jika tidak, kamu hanya akan jadi gembel. Sebenarnya kamu lebih cocok menikah sama tukang kebun kita," ejek Melati. Ike selalu menahan dirinya untuk tidak matah dan sabar adalah obat untuknya demi bertahan di Rumah ini. Ike memilih untuk diam dan ia seolah tidak memperdulikan ucapan Melati karena ia ingin menghindari konflik yang hanya akan membuatnya bertengkar, dengan suaminya jika membahas prilaku ibu mertuanya ini. Ike bertahan di rumah ini karena ia sangat mencintai Dimas dan juga putri kecilnya Dara. Suaminya Dimas selalu memintanya bersabar dan memaklumi sikap Melati, Mutia dan Mela kepadanya selama ini. "Mbak Ike buatin nasi goreng dan nggak pakek lama!" Ucap Mela tiba-tiba datang mendekati mereka. "Biar bibi saja Non yang buatin Non nasi goreng!" Ucap salah seorang maid bernama Bibi Yati membuat Mela menatap Yati dengan kesal. Bi Yati merasa kasihan dengan Ike yanh sedang hamil namun memiliki perkerjaan rumah tangga yang banyak layaknya maid di Rumah ini. "Aku bukan mintanya sama Bibi, tapi sama Dia!" Ucap Mela. Ike menghela napasnya dan ia segera mengambil bahan di kulkas, namun tiba-tiba Melati menarik rambut Ike dengan kasar. "Kamu punya mulutkan? Kenapa diam saja? Dasar nggak berguna, Andi..Andi kenapa dia tidak menikahi Atika yang jelas bibit...bebet...dan bobotnya," ucap Melati. "Sakit Ma," ucap Ike. "Kenapa kamu masih bertahan di rumah ini? Kamu itu nggak bisa apa-apa, keluarga kamu itu miskin nggak seperti keluarga Atika. Apa yang bisa saya banggakan memiliki menantu dungu seperti kamu!" Ucap Melati menatap tajam Ike dengan tajam. "Atika dari keluarga terpandang dan dia itu tamatan luar negeri sedangkan kamu, hah... kamu itu nggak ada pantas-pantasnya jadi istri Andi. Saya sampai aneh kenapa anak laki-laki saya menikahi kamu, kamu pasti sudah menjebaknya atau kamu guna-gunain dia sama orang pintar," ucap Melati, sungguh ucapan Melati sangat menyakiti hati Ike. Sabar Ike, ingat kamu harus bersabar demi Mas Andi dan juga Dara. Sudah beberapa tahun ini kamu kuat dan bersabar. Semoga suatu saat Mama Melati bisa menerima kamu... Batin Ike. "Aku hanya ingin menjadi istri yang baik Ma dan aku akan berusaha menjadi menantu dan ibu yang baik," ucap Ike. "Kamu tidak cocok untuk putra kebanggaan saya, setiap melihat kamu ada di Rumah ini saya sungguh muak, saya merasa sangat direndahkan ketika saya memperkenalkan kamu sebagai istri Andi kepada teman-teman saya. Kamu harus tahu diri tentang siapa kamu dan posisi kamu di Rumah ini!" Ucap Melati dingin. "Saya hanya ingin menjadi menantu dan istri yang baik Ma!" Ucap Ike. "Kamu selalu menjawab aku hanya ingin menjadi menantu yang baik, Ma,"ucap Melati menirukan nada bicara Ike yang baginya sangat menjijikkan. "Dan itu sangat menjijikkan," ucap Mawar kesal. Ike memilih untuk diam dan ia kembali mengambil bahan masakan dalam kulkas namun tiba-tiba kepala Ike ditarik dengan kasar hingga mengenai pintu lemari es. Beberapa pembantu yang bekerja di Rumah ini hanya bisa menatap sendu melihat sikap Melati kepada menantunya. Ike mengerang kesakitan dan ia mengelus kepalanya mencoba meredakan nyeri dikepalanya dan Ike menghela napasnya, inilah konsekuensi yang harus ia terima karena menikah tanpa restu ibu suaminya. Ike mengelus perutnya dengan lembut dan mencoba meredakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Sebenarnya ia ingin menangis saat ini juga karena kehamilannya ini membuatnya sangat sensitif dengan perilaku ibu mertuanya. Melati melangkahkan kakinya menjauh meninggalkan Ike yang sedang memasak nasi goreng sesuai keinginan Mela adik bungsu Andi. Ike kemudian fokus memasak dan setelah selesai memasak, Ike menuju kamar putri kecilnya. Malam ini suaminya Andi memang tidak pulang ke Rumah, karena lembur dan Andi memang sering dari lembur beberapa bulan yang lalu. Andi yang merasa lelah dan ia memutuskan untuk bermalam di rumahnya yang lain yang berada didekat kantornya. Ike tersenyum lembut menatap putrinya kecilnya yang masih terlelap dan ia tidak ingin menujukkan ras sedihnya didepan putri kecilnya ini. Putri kecilnya ini bernama Andara Ayu Subiantoro buah hatinya bersama suaminya Andi Subiantoro. Dara adalah kebahagiaannya, ketika putri cantiknya itu tersenyum padanya dan memeluknya, kesedihan yang Ike alami hilang sudah. Ike menggoyangkan lengan Dara dengan lembut namun putrinya itu tak kunjung membuka matanya dan tetap saja tertidur pulas. Ike mencium dahi Dara dan ia mengelus kepala Dara dengan lembut. Jika saja saat ini ia sedang tidak hamil, biasanya ia akan menggendong Dara dan membawa Dara menuju kamar mandi. Ike bisanya akan memercikan air ke wajah Dara hingga Dara membuka matanya. Tapi kali ini ia hanya bisa berbisik dan mencium Dara berkali-kali agar putrinya itu bangun. "Bangun kesayangan Mama," ucap Ike berbisik ditelinga Dara. Dara kecil menggeliat namun ia belum juga membuka matanya. "Dara sayang nggak pergi sekolah ya nak?" Tanya Ike dan ia mencium pipi Dara. Ike lagi-lagi kembali mencium pipi Dara dan ia tersenyum mengingat kelemahan Dara yaitu menggelitik bagian leher Dara atau telapak kaki Dara dan benar saja, mata Dara terbuka karena merasakan rasa tidak nyaman yaitu geli pada bagian lehernya. "Mama..." tangis Dara membuat Ike memeluk Dara. "Dara kan mau sekolah, apa nggak usah sekolah aja? Katanya ibu guru mau ngajarin menggambar loh nak," jelas Ike. "Darah mau pergi sekolah Ma," ucap Dara membuat Ike memganggukkan kepalanya. "Ayo kita mandi sayang!" ajak Ike, ia menuntut Dara menuju kamar mandi. Seperti biasanya Ike memandikan Dara sambil bernyanyi membuat Dara ikut bernyanyi bersama Ike. "Lihat kebunku, penuh dengan bunga ada yang putih dan juga yang merah. Setiap hari..." Ike menyanyikan lagu khas anak-anak yang membuat Dara ikut bernyanyi riang. Setelah selesai memandikan Dara mandi, Ike segera menyiapkan bekal untuk Dara di dapur sedangkan Dara, biasanya akan berbincang bersama sang Kakek diruang makan. Ike sebenarnya menghindari duduk di meja makan bersama keluarga ini, ketika sarapan pagi karena ucapan mertuanya yang sering kali menyakitinya. Apalagi saat ini suaminya tidak berada di Rumah ini dan pasti ibu mertuanya akan merasa diatas angin karena tidak ada yang membela Ike. "Mama, Dara mau rotinya Ma!" Pinta Dara membuat Ike segera mendekati Dara dan duduk disamping Dara. Ia segera mengoleskan selai di roti lalu memberikan roti itu kepada Dara. Tatapan sinis Melati membuat Ike menahan diri seperti biasanya agar keributan tidak terjadi pagi ini. Ia ingat ketika ia mencoba membela diri seminggu yang lalu dengan menjawab ucapan Melati, piring yang ada dihadapan Melati mertuanya itu dilemparkan kearahnya hingga pecah. "Kenapa ya tiap hari aku pusing melihat dia, kapan Andi menceraikan dia!" Ucap Melati dan saat ini ia menatap Ike dengan tatapan menjijikkan. Ike sudah tidak tahan lagi dan ia mengangkat wajahnya lalu menatap Melati dengan berani. "Ma ini sudah beberapa tahun aku jadi istri Mas Andi, aku mohon hargai aku Ma!" ucap Ike membuat Melati kesal dan ia melempar gelas ke arah Ike hingga mengenai wajahnya. Prang....gelas pecah mengenai lantai setelah mengenai dahi Ike. Darah mengalir didahi Ike dan tangis kencang Dara membuat Ike memeluk Dara. "Hiks...hiks...Mama..." tangis Darah. Ike berbisik kepada Dara "Mama nggak apa-apa nak," ucap Ike. "Mama...cukup! Jangan buat keributan dan kamu Ike bawa Dara ke atas!" Ucap Heri Subiantoro yang kesal karena Melati istrinya telah membuat cucunya menangis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN