Selama hampir 2 minggu bekerja di perusahaan yang sama dengan Baek Hyun, Hana selalu sukses menghindari Baek Hyun juga member lainnya. Pria itu bahkan tidak tahu jika Hana bekerja di bawah atap yang sama dengannya. Hana tak bisa memungkiri, dalam hatinya masih ada ruang yang menyimpan perasaan pada pria itu. Tapi di sisi lainnya, Hana juga terlalu takut untuk berdekatan dengan pria itu lagi. Selain karena aturan, Hana juga memikirkan status hubungan antara Yura dan Baek Hyun.
***
“Dia tidak membalas pesanku beberapa hari yang lalu padahal dia sudah membacanya. Aku bahkan tidak bisa menghubunginya sekarang. Apa mungkin terjadi sesuatu padanya? Apa mungkin ia sudah ke kafe itu dan tahu sesuatu?”
“Kau sedang memikirkan apa?” Suho bertanya sembari duduk di samping Baek Hyun.
“Aku tak bisa menghubungi Hana. Apa mungkin ia sudah tahu sesuatu lalu menghindariku?”
“Kenapa kau tidak mencoba menemuinya saja?”
“Bagaimana kalau ada yang mengikutiku?”
“Aku rasa ketakutanmu itu terlalu berlebihan. Kau hanya perlu hati-hati agar tidak ketahuan bukan? Jika kau merasa akan ada yang mengikutimu, kita masih punya banyak cara untuk mengelabui mereka.”
***
Baek Hyun menarik Hana, dan membawanya duduk di bangku kosong di halaman rumah susun itu. Malam yang telah larut membuat keadaan di sekeliling mereka begitu sepi.
“Kenapa kau tak membalas pesanku? Aku bahkan tak bisa menghubungimu. Ada apa sebenarnya?”
Hana tak bisa menjawab. Sulit sekali baginya untuk mengarang cerita bohong setelah terkejut dengan kehadiran Baek Hyun yang tiba-tiba di sana.
“Kenapa kau diam saja? Apa kau sudah ke kafe itu?”
Hana mengangguk.
“Kau tahu sesuatu?”
“Iya … namaku bukan Zhen tapi Hana. Kau juga teman masa kecilku saat di panti.”
Hana terdiam sejenak lalu menatap Baek Hyun dengan wajah merengut.
“Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?!” Suara Hana meninggi.
“Jadi kau menghindariku karena itu? Kau marah?”
“Ya!” Hana berbohong.
Bagaimanapun sebenarnya dia merasa kesal bila memikirkan kalau Yura benar-benar hamil karena Baek Hyun, dan sekarang pria itu mencoba menggodanya.
Baek Hyun tersenyum geli. “Apa kau tidak penasaran dengan masa kecilmu?”
“Tidak!” jawab Hana pendek.
“Kita pernah pacaran sejak kelas VII SMP, lalu kita berpisah setelah lulus. Tapi bukan berati hubungan kita berakhir begitu saja. Setelah orang tua angkatmu membawamu ke kota ini, aku menyusulmu ke esokkan harinya. Tapi aku tak bisa menemukanmu begitu saja karena kota ini sangat luas. Aku baru menemukanmu setahun kemudian bersama Suho. Kau tahu Ranu bukan? Akh … mungkin kau sudah tidak mengingatnya lagi. Dia aktor yang sangat terkenal, tampan, juga kaya di masanya. Kau salah satu penggemar beratnya. Karena sesuatu hal aku cemburu dan hubungan kita berakhir. Aku lalu menyesal dan mencarimu, tapi tak bisa menemukanmu sama sekali. Kemudian kita bertemu lagi di kota itu. Tapi kau sudah tak mengingatku lagi. Kau malah berubah menjadi penggemarku yang cukup nekat menghampiri dan memelukku.”
Hana terdiam. Cerita itu berputar-putar di pikirannya, namun tak satu pun yang masuk dalam ingatannya kecuali bagian cerita yang paling akhir. Pikirannya saat ini masih dibayangi Yura yang hamil.
“Kenapa? Kau tidak percaya?”
“Aku hanya tidak menyangka.”
“Jadi kau lebih percaya cerita pria yang hampir menikahimu itu dibandingkan diriku?”
“Ceritanya terdengar lebih masuk akal dibandingkan cerita kalau aku berpacaran dengan seorang artis terkenal semenjak remaja. Dokter yang pernah memeriksaku dulu mengatakan. Ingatanku bisa saja pulih, tapi bisa juga tidak. Cepat lambatnya ingatan itu pulih bergantung padaku. Apakah aku berusaha mencari ingatanku, atau melupakan niat itu, dan memulai hidup baru dengan diriku yang sekarang. Tapi tidak menutup kemungkinan ingatan itu kembali sedikit demi sedikit. Sekarang paling tidak aku tahu masa laluku. Aku juga tahu bawa di dunia ini tidak ada tempat di mana ada orang yang akan mencari dan menungguku kembali. Atas dasar itu. Aku memutuskan untuk tidak mencari ingatanku lagi. Apalagi jika isinya hanyalah cerita yang menyedihkan. Jadi lebih baik aku tidak mengingatnya sama sekali. Aku bahagia dengan hidupku yang sekarang.”
Baek Hyun tertegun. “Jadi bagimu tak masalah menghapusku dari ingatanmu.”
Hana terdiam. Gadis itu mengalihkan pandangannya dari Baek Hyun yang menatapnya penuh tekanan. Bayangan Yura yang sedang hamil muda itu lagi-lagi muncul dalam benaknya. Jika benar bayi dalam kandungan Yura anak Baek Hyun, berarti dirinya sudah mengkhianati perempuan yang telah membantunya menemukan pekerjaan itu.
“Tak masalah jika itu yang kau inginkan. Pada akhirnya kau menginginkan aku jadi pacarmu juga dan aku bersedia menerimanya.”
“Kapan aku mengatakan itu?”
“Waktu itu di apartemenku. Kau lupa, atau pura-pura lupa?”
“Itu …”
“Itu apa?”
“Aku pikir kita tidak serius saat itu.”
“Kembalilah ke kamarmu dan istirahat. Aku juga harus pulang.”
“Tunggu!” Hana mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya pada pria itu. Aku akan mencicil utangku setiap bulannya setelah gajian. Terima kasih sudah membantuku.”
“Hana … Jika kau berpikir bahwa di dunia ini tidak ada tempat bagimu untuk kembali, apa kau sadar di mana kau berada sekarang? Kau sedang kembali ke tempatmu yang sebenarnya. Hanya saja kau mencoba mengingkarinya.”
***
“Hana ... untunglah kau lewat di sini. Bisakah kau bantu aku membawa kotak minuman ini ke ruang latihan?”
“Aku bisa,” jawab Hana sembari mengambil satu kotak yang dimaksud tadi.
“Bagaimana? Kau betah kerja di sini?”
“Iya, aku bisa bertemu banyak artis di sini,” ujar Hana seraya berbisik.
“Tak mudah mendapatkan pekerjaan di sini meski hanya petugas kebersihan. Rata-rata orang-orang yang mendapatkan pekerjaan di sini karena bantuan orang dalam. Aku dengar yang membantumu itu Yura?”
Hana mengangguk.
“Banyak yang membicarakannya. Dia tiba-tiba sudah hamil, tapi tidak ada yang tahu jelas siapa ayah dari anaknya. Bahkan kabar pernikahannya pun belum pernah terdengar. Aku dengar, ayah dari anak yang dikandung Yura itu seorang artis terkenal di agensi ini. Karena itu dia merahasiakannya.”
Jantung Hana berdesir. Jadi dugaannya makin kuat sekarang.
“Sudah sampai. Tunggu sebentar aku akan membuka pintunya.”
“Siapa yang akan latihan di dalam?”
“Member EXO. Latihannya masih belum dimulai. Ayo masuk,” ajaknya.
Tubuh Hana seketika menegang. Gadis itu masih berdiri di pintu.
“Sepertinya aku tidak bisa ikut masuk. Zeya ... kotaknya aku letakkan di sini ya,” ujar Hana seraya berbalik, namun ...
“Aaaaarggghh!!!” Hana berteriak sembari menutup mulutnya sendiri. Baek Hyun tiba-tiba ada di hadapannya.
“Kau di sini!? Sejak kapan!?” Tanya Baek Hyun dengan tangan yang terlipat di dadanya. Sorot matanya tajam menatap Hana.
“Sejak … sejak dua minggu yang lalu. Kita bicarakan nanti ya. Aku harus pergi dulu.”
“Aku masih ingin bicara!” Ujarnya seraya menarik Hana pergi dari sana.
“Tunggu! Bagaimana jika ada yang melihat kita!?” Cegah Hana sembari menarik tangannya sendiri dari cengkeraman Baek Hyun.
Di saat yang sama, Zeya yang tidak menyadari kehadiran Baek Hyun dan Hana, muncul dari balik pintu sembari membawa masuk satu kotak minuman yang ditinggal Hana tadi. Tak lama kemudian, perempuan itu keluar lagi dan melihat Hana di sana bersama Baek Hyun.
“Hana, aku pikir kau sudah pergi,” ujarnya tanpa curiga sama sekali.
“Kak Baek, kakak sudah datang?” Sapanya ramah.
“Iya, ada siapa saja di dalam?”
“Hanya teman-teman kakak dalam satu grup saja. Eum … Sepertinya kak Chen dan kak Xiumin belum datang.”
“Baiklah, terima kasih.”
“Sama-sama. Aku pergi dulu ya? Hana … terima kasih sudah membantuku.”
“Iya ...” jawab Hana sembari diam-diam melangkah mundur.
“Kau mau ke mana!?” Tanya Baek Hyun membuat langkah gadis itu terhenti.
“Aku harus bekerja.”
“Kenapa kau tidak memberitahuku soal ini!? Apakah menurutmu nyaman melihatmu bekerja seperti ini!?”
Hana tertunduk. Sementara Baek Hyun melangkah mendekatinya.
“Aku suka jika kau bisa berada di dekatku, tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Jadi tolong hentikan ini!”
“Jangan menyalahkannya. Aku yang membawanya ke sini.” Yura yang semenjak tadi memperhatikan keduanya akhirnya menunjukkan diri.
“Yura, jangan salah paham. Ini tidak seperti yang kau duga,” ujar Hana dengan perasaan khawatir.
“Jika aku salah paham, aku rasa itu hal yang wajar. Mendengar pembicaraan tadi sepertinya kalian memiliki hubungan yang baik.”
“Iya … aku meminta bantuanmu untuk mencarikannya kontrakan waktu itu,” jawab Baek Hyun dengan wajah kesal.
“Oh, benarkah? Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Kami saling kenal karena Hana menolongku. Hana… Aku tidak mengira teman kecil yang dimaksud Baek Hyun itu, kau. Pantas saja dia marah melihatmu bekerja seperti ini.”
“ Kau tenang saja,” Katanya lagi sembari menatap Baek Hyun. “Sepertinya aku menemukan pekerjaan penganti yang tepat untuk Hana. Ayo kita ke dalam, aku akan langsung mengatakannya pada kak Eight dan member lain,” ajak Yura setengah menyeret Hana.
“Kak Eight masih belum datang.”
“Siapa bilang aku belum datang,” jawab manajer Eight yang baru muncul di belakang mereka.
“Ada apa mencariku?” Tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke orang-orang di hadapannya. Tatapannya berhenti pada Hana.
“Kau?! Bukankah kau gadis yang waktu itu!?” Manajer Eight tampak terkejut dengan kehadiran Hana di sana.
“Hana … sepertinya tidak hanya Baek Hyun saja yang mengenalmu,” ujar Yura yang makin penasaran dengan Hana.
“Hana? Bukan… namanya bukan Hana,” seru manajer Eight.
“Dia sudah tahu namanya yang sebenarnya,” jawab Baek Hyun.
“Dia sudah mengingatnya?”
“Hanya namanya saja.”
Tinggal Yura yang kini makin kebingungan dengan pembicaraan mereka. Sepertinya ada banyak hal yang belum ia ketahui selama bersama orang-orang ini.
“Tapi ada apa kau mencariku?” Tanya Eight pada Yura.
“Kita bicarakan di dalam saja. Di dalam ada member lain bukan?”
“Chen dan Xiumin yang belum datang,” jawab Baek Hyun.
“Tak, masalah. Hana … ayo ikut,” ajak Yura sembari menarik gadis itu.
*
“Kalian juga sudah mengenalnya??”
“Ya ... dia penggemar berat Baek Hyun yang kehilangan ingatannya,” jawab Sehun santai.
“Baguslah jika kalian sudah saling mengenal. Meski aku tidak begitu paham bagaimana ceritanya. Intinya, seperti yang kalian ketahui, untuk ke depannya nanti keadaanku sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja sama. Jadi … aku ingin menunjuk Hana sebagai penggantiku. Aku juga yang akan melatihnya selama sebulan ini.”
“Menggantikanmu? Menggantikan apa?” Tanya Hana tak percaya.
“Wuaaaaaa ...” para member itu bersorak mendengar pengumuman itu.
“Sepertinya kalian senang aku akan mengundurkan diri,” ujar Yura dengan wajah merengut.
“Bukan seperti itu. Setidaknya kami lega kau bisa langsung mendapatkan penggantimu yang saaaangat tepat,” goda Kai.
“Sepertinya hanya aku yang tidak tahu banyak hal di sini. Hana tak bercerita apa pun padaku. Tapi ini membuktikan kalau ia bisa dipercaya bukan?”
Para member itu hanya mengangguk sembari tersenyum.
“Hana … lihatlah, kau diterima dengan baik di sini. Ini bukan hal yang biasa.”
“Aku jadi merasa iri,” oceh Sehun sembari melepas topinya. Pria itu berbaring seenaknya di lantai.
“Hana, kau tidak perlu takut. Pekerjaannya sama sekali tidak sulit, hanya butuh kecekatan dan ketelitian. Dengan sering latihan kau pasti bisa. Jika dalam kegiatan seperti konser dan yang lainya, semua member adalah fokus kita. Tapi secara khusus, fokusmu adalah Baek Hyun. Aku akan mewariskan bagaimana menjadi asisten yang baik padamu.”
“A a asisten!?” Hana terkejut.
*
“Yura, kenapa kau memintaku menggantikanmu?”
“Kau tidak lihat kondisiku sekarang? Usia kandunganku sebentar lagi akan memasuki bulan ke 5 dan seterusnya. Aku tidak bisa lagi beraktivitas banyak seperti biasanya. Kau teman masa kecilnya Baek Hyun, dan sepertinya kalian dekat. Member lain bahkan kak Eight sepertinya juga mengenalmu. Kau tak perlu takut. Aku akan mendampingimu sampai kau benar-benar bisa dilepaskan. Aku tidak ingin posisiku digantikan orang lain.”
“Apa karena aku temannya Baek Hyun, jadi Yura mempercayaiku?”
***
Hana terkejut melihat seseorang tengah duduk bersandar persis di depan pintu kamarnya. Pria yang tak lain Baek Hyun menyadari kehadirannya.
“Kenapa kau masih berdiri di sana?” Tanyanya.
“Kenapa kau ke sini?” Tanya Hana sesampainya di hadapan Baek Hyun.
“Apa aku tidak boleh ke sini? Sulit sekali mendatangimu ke sini dan kau menyambutku dengan pertanyaan itu.”
“Maaf … aku tak bermaksud begitu.”
“Apa tak sebaiknya kau membuka pintu itu dulu.”
“Haaa?”
Tanpa bicara Baek Hyun merampas kunci yang dipegang Hana. Pria itu masuk begitu saja ke dalam ruang itu, lalu duduk di sofa seakan itu tempatnya sendiri.
“Baek Hyun … bagaimana kalau Yura tahu kau ke sini?”
“Memangnya kenapa?”
“Kenapa!?” Hana tak sanggup menahan air matanya ketika mendengar pertanyaan konyol itu.
“Hanaaaaa?” Pria itu berdiri menghampiri, namun Hana melangkah mundur dan membuat jarak di antara mereka.
“Yura sedang mengandung, dan kau membuatku merasa seperti w************n yang bisa kau hampiri kapan saja. Aku tak sengaja mendengar semuanya. Tapi kalian bersikap seakan tidak terjadi apa pun. Kau bisa menutupi semuanya, tapi setidaknya jangan memperlakukan Yura seperti ini.” Tangis Hana.
Baek Hyun menahan tawanya dengan menutup mulutnya sendiri setelah mendengar penjelasan Hana. Pria itu melepas jaketnya lalu menyerka pelan wajah Hana.
“Hapus air matamu. Kau terlihat konyol menangisi sangkaanmu sendiri,” ujarnya seraya meninggalkan jaketnya di sana.
“Kau ada makanan? Aku lapar.” Baek Hyun membuka lemari dapur.
“Apa maksudmu tadi?”
“Aku lapar,” jawab Baek Hyun sembari mengambil 2 bungkus mie dari dalam lemari.
“Bukan yang itu! Kenapa kau bilang aku konyol? Apa yang salah?” Tanyanya masih dalam perasaan yang kesal.
“Apa kau pikir Yura mengandung karena aku, lalu kami menutup-nutupinya, dan aku berselingkuh denganmu? Begitukan jalan pikiranmu?” Tanya Baek Hyun sembari mengambil panci dan mengisinya dengan air.
“Ya!” Tegas Hana.
Baek Hyun tersenyum. Sejenak pria itu menyelesaikan aktivitasnya dan membuat Hana terdiam menunggu penjelasan selanjutnya. Pria itu berbalik menatap Hana sembari menyandarkan tubuhnya di sana.
“Bayi dalam kandungan Yura adalah bayi seseorang yang kukenal. Memang benar kami menutup-nutupinya karena Yura dan ayah bayi itu tidak ingin orang lain tahu hubungan mereka. Aku juga tidak sedang berselingkuh denganmu, karena aku tidak memiliki hubungan apa pun dengan Yura.”
Air dalam panci itu mendidih. Baek Hyun kembali sibuk dengan aktivitas memasaknya.
*
Hana meletakkan handphonenya begitu saja di atas meja makan. Perasaannya sudah benar-benar baik sekarang. Kini ia juga sibuk membantu Baek Hyun menyiapkan peralatan makan sampai menghidangkannya di atas meja. Setelah semuanya siap, keduanya duduk berhadapan sembari menikmati makananya. Hana yang sibuk menambahkan sayuran ke dalam mangkuknya tak menyadari mata Baek Hyun tengah berfokus pada handphone yang ia letakan di atas meja itu. Secara tiba-tiba Baek Hyun menyambar dan mengecek handphone itu. Seketika itu pula Hana ingat kalau dirinya belum membuka nomor Baek Hyun yang kemarin ia blokir.
“Apa yang kau lihat!” Tangan Hana mencoba merampas kembali handphonenya, namun gagal. Pria itu berhasil menghindarinya.
“Aku hanya ingin mengecek nomorku.”
Beberapa saat kemudian pria tampak terkejut. “Kau memblokir nomorku?!”