1.Sarapan
"Mas, aku udah siapin sarapannya." Reyea memanggil suaminya yang tengah menyisir rambut. Erick menoleh, menatap Reyea yang berdiri di ambang pintu lalu tersenyum.
"Iya, kamu duluan aja nanti Mas nyusul." Erick berkata dengan senyum mengembang di bibirnya
Reyea mengangguk, lalu berjalan menuju meja makan. Kepergian istrinya membuat Erick langsung melakukan aksinya. Apalagi kalau bukan menghubungi Sarah di pagi hari.
Jam tujuh pagi, biasanya wanita itu masih tidur. Dan sudah menjadi kebiasaan Erick untuk membangunkannya.
Ponsel bermerek itu terus menempel di telinga Erick. Berharap, ada jawaban dari sebrang sana.
Namun tetap saja operator yang menjawab, walau sudah tiga kali dirinya mencoba menghubungi. Pria itu tertawa sendiri membayangkan Sarah yang tertidur nyenyak dengan raut wajah lucu pasti wanitanya kelelahan karena semalam.
Tak ingin ketahuan, Erick memutuskan untuk mengirim pesan kepada Sarah dan menyusul Istrinya.
"Aku udah buatin nasi goreng Mas." Tutur Reyea lembut
"Terima Kasih." Balas Erick tanpa menatap Reyea, wanita itu tersenyum kecut merasakan kesedihan karena ia benar-benar tak suka dengan perubahan sikap Erick
Reyea merasa memang ada yang salah dari suaminya. Ahkir-ahkir ini Erick sedikit tak peduli dengannya. Tetapi ia mencoba untuk berpikir positif mungkin saja suaminya itu kelelahan bekerja.
Erick melirik sekilas kearah Reyea, dilihatnya wajah istrinya yang muram. Ia merasa bersalah telah bersikap dingin dan jujur selama ini ia takut ketahuan
"Tambah lagi dong nasinya, dikit banget sayang hmm?" Erick mengambilkan nasi goreng untuk Reyea. Wanita itu tersenyum merasakan kehangatan walau sebenarnya Erick sedang berakting
"Aku lagi diet mas." Jawab Reyea
"Diet?" Erick tertawa
"Iya kenapa sih mas?, Malah ketawa."
"Sayang, diet itu atur pola makan. maksudnya semua asupannya harus seimbang harus benar-benar ketat bukannya kamu yang harus kurangi makan."
Reyea nyengir kuda. "Emang gitu ya mas?" Suaminya itu mengangguk
"Jangan siksa diri kamu sendiri ya, aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu kurus, gendut ataupun montok aku tetep milih kamu." Tutur Erick yang membuat pipi Reyea bersemu-semu wanita itu lalu mengangguk.
Walau sebenarnya yang dikatakan Erick penuh kebohongan, hanya itulah cara agar segala kelakuan di balik sikapnya tak ketahuan. Erick akan terus berpura-pura.
Pasangan suami istri tersebut lalu melanjutkan makan. Baru beberapa suap, ponsel di meja milik Erick berbunyi. Pria itu meliriknya sebentar ternyata balasan pesan dari Sarah.
Mys:
Jemput aku.
"Siapa Mas?"
Erick tergagap, lalu memasukan ponselnya di dalam saku kemeja.
"Pak Sean, aku harus datang lebih awal karena ada pertemuan mendadak." Pria itu memasang Jasnya
"Mendadak banget." Reyea membantu suaminya menyiapkan diri
"Entahlah. Kamu jaga diri ya, kabarin aku kalau mau kemana-mana." Reyea mengangguk, lalu mencium punggung tangan suaminya
"Hati-hati Mas." Erick tersenyum lalu pergi meninggalkan Reyea yang melanjutkan makannya.
°°°°
Mobil sedan berwarna merah sudah terparkir dihalaman depan rumah minimalis bergaya Eropa. Erick keluar dari dalam mobil, lalu masuk begitu saja kedalam rumah karena memang ia sudah terbiasa mengunjungi rumah Sarah. Lagi pula tak ada siapapun kecuali wanitanya itu.
Ia memilih duduk di sofa ruang tamu menunggu Sarah selesai dengan kegiatannya.
"Eh, udah sampai?" Sarah terkejut melihat Erick yang tengah duduk santai di sofa berwarna merah tersebut, pria itu menoleh mendapati Sarah yang masih memakai piyama lengan panjang.
"Iya, kok belum siap-siap?"
Sarah mendekat duduk di samping Erick.
"Masih jam berapa."
"Terus kenapa suruh jemput?" Tanya Erick penasaran.
"Kangen." Jawab Sarah terdengar menggoda. Sungguh, Sarah memang berbakat menjadi pelakor.
Atmosfer seolah tak mendukung pria itu, ia menatap Sarah tanpa kedip.
"Pinter banget sih godain aku?" Pria itu menjawil hidung mungil nan mancung milik Sarah. Wanitanya itu tersenyum.
"Istri kamu, bikin aku cemburu." lirih Sarah terus terang. sebagai wanita simpanan sebenarnya ia tak berhak mengatakan itu. tapi tak jarang, ia juga memaksa Erick untuk segera menceraikan Reyea tetapi Erick selalu mengatakan untuk Sarah sabar dulu atau paling tidak siap untuk di madu meski opsi itu bukanlah hal yang dapat di benarkan.
Jelas Sarah tidak setuju dengan opsi yang kedua. Ia Egois ingin memiliki Erick seutuhnya dan satu-satunya yang Erick perjuangkan.
"Aku mau sarapan nih." Kata Erick mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Aku belum masak." Jawab Sarah malas karena merasa di abaikan
Erick tersenyum melihat ekspresi wajah Sarah, bibirnya cemberut karena marah.
"Bukan sarapan itu, sarapan yang lain." raut wajah nakal tercetak jelas di wajah Erick. Sarah tersenyum seolah paham
"Aku belum mandi dear." Sarah mencoba menepis tangan Erick.
Sekarang giliran Erick yang cemberut seperti anak kecil tak di belikan mainan. Tapi sungguh ia mencoba tak peduli.
"Ayolah sayang, please." Mohonnya. merengek seperti anak kecil
"Tapi aku belum mandi." Kata Sarah mencoba memberi tahu lagi
"Kamu belum mandi ataupun sudah tak masalah bagiku."
Sarah mencubit perut Erick pria itu memekik kesakitan. "Dasar tukang gombal!"
Tak sabar, pria itu mendekati Sarah. karena perlakuan Erick membuatnya sulit mengendalikan sesuatu. Erick benar-benar membuatnya tak karuan. Sarah tak bisa menemukan dirinya, pria itu mudah sekali mengendalikannya.
kini sarapan pagi itu berubah, menjadi sesuatu yang mungkin akan membuatnya lupa terhadap status mereka. lupa akan orang-orang terkasih yang mempercayai mereka berbuat baik-baik saja.