17. Pentas Seni

1870 Kata

Esoknya Katia terbangun dengan perasaan bercampur aduk, dikerjapkan matanya beberapa kali silau oleh sinar matahari yang menembus celah di korden kamar. Seth masih nampak tertidur pulas di sampingnya. Dengan leluasa dikaguminya badan berotot yang terbaring telanjang di sebelahnya itu. Keras dan gagah bagaikan patung marmer yang sering ada di musium. d**a bidang Seth bergerak naik turun seirama nafas nya yang tenang. Diliriknya jam dinding yang menempel di tembok kamar. Jam 7:30. Oh tidak, aku akan terlambat. Katia tersentak berdiri dari ranjang sambil mencari cari pakaiannya yang tercecer di lantai. “Seth, bangun. Kita akan terlambat.” Katia mengguncangkan badan Seth beberapa kali sampai pemuda itu membuka matanya. “Apa? Kamu masih mau ke kampus?” tanyanya mengantuk. “Tentu saja, h

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN