10. Belum Tahu

1026 Kata
Perut Gladys sudah semakin membesar. Jelas saja, kehamilannya sekarang sudah memasuki minggu ke-30 dan itu cukup membuatnya kesulitan dalam melakukan ini dan itu. Bahkan untuk memakai sepatu saja, Gladys kesulitan. "Aku pulang," ucap Gladys pelan saat dia baru saja membuka pintu rumah Marsel. Di rumah tidak ada siapa-siapa, itu yang Gladys tahu. Semua orang rumah sedang pergi berlibur ke Jogja, kecuali Gladys dan Yudha. Pihak keluarga sudah mengajak mereka, tapi Gladys tidak bisa karena dia merasa pusing apabila berkendara jauh. Begitu pula Yudha yang sebenarnya ingin ikut, tapi tidak diperbolehkan sama Marsel dan Alexa dengan alasan Yudha harus menemani Gladys di rumah. Gladys berjalan ke arah kamar Yudha berada. Tanpa Gladys sadari ternyata Yudha ada di dalam kamar sedang belajar. Yudha menoleh sebentar ke arah Gladys karena refleks. "Lo udah makan?" tanya Yudha tanpa menatap Gladys dan terus terfokus pada buku-bukunya. "Udah," jawab Gladys seadanya. Gladys meletakkan tas dan buku-bukunya ke tempatnya. Rasanya melegakan saat dia bisa merebahkan punggungnya yang terasa pegal dan sedikit nyeri. "Nggak usah bohong kalau emang lo belum makan. Nanti gue dimarahin Ayah sama Bunda kalau semisal gue nggak merhatiin kesehatan lo." Yudha kembali menanyakan hal yang sama, tapi kali ini dia sekaligus memberikan alasan kenapa dia bertanya. Dari tempatnya, Gladys melihat punggung Yudha yang terlihat kokoh. Entahlah, ada perasaan aneh dalam diri Gladys saat dia tahu bahwa Yudha sengaja menuruti permintaan Marsel untuk berhenti latihan renang selama keluarga tidak ada di rumah. "Gue beneran udah makan," jawab Gladys lagi. Tidak ada suara dari Yudha, lelaki itu tetap diam. Gladys pun tak menghiraukan Yudha lagi, dia lebih fokus pada materi tugasnya tadi. Benar-benar kamar Yudha sekarang berubah jadi lebih sepi setelah Gladys ikut menghuninya. Yudha menatap buku-bukunya, pikirannya kacau setelah kedatangan Gladys. Seperti ada yang ingin Yudha katakan, tapi masih di tahap pertimbangan. Yudha menutup bukunya, menghela napas panjang dan menoleh ke arah Gladys. "Lo mau gimana?" tanya Yudha ambigu. Gladys pun balik menatap Yudha. Menunggu apa yang akan Yudha katakan setelahnya. Mungkin bisa jadi Yudha akan mengajaknya makan atau malah menanyakan hal yang lain. "Apa? Ada yang may lo omongin?" Gladys memusatkan pandangannya ke arah Yudha. Yudha membalikkan kursinya dan duduk di menghadap ke arah Gladys. Dia memikirkan baik-baik apa yang ingin dia sampaikan. "Apa yang akan lo lakukan kalau lo udah melahirkan nanti?" tanya Yudha pelan. Gladys sedikit kaget saat dia mendengar pertanyaan Yudha. Tidak menyangka hari ini dirinya akan mendapatkan pertanyaan seperti ini dari lelaki yang notabenenya tiga tahun lebih muda darinya itu. Pertanyaan Yudha benar-benar di luar dugaannya. Sepertinya dari sekian banyak pertanyaan yang Yudha berikan selama dia menjadi bagian dari keluarga Fabiano, ini pertanyaan yang paling membuatnya berpikir keras. Sampai-sampai otaknya sulit diajak berpikir dengan cepat dan tepat. "Kalau semisal lo belum kepikiran, lo boleh pikirin dulu dan kasih jawaban nanti kalau semisal lo udah tahu jalan apa yang bakal lo pilih?" Yudha memberi waktu untuk Gladys memikirkan keinginannya. "Apa lo bakal kasih pilihan kalau semisal gue minta pilihan dari lo?" Gladys malah balik bertanya. Yudha terdiam, ketika dia diberi pertanyaan begini malah balik bingung harus bagaimana. Mereka saling tatap dan berkecimpung dengan pemikiran masing-masing. "Apa pilihan yang lo pengen dari gue?" Seolah tidak ada hentinya, keduanya malah saling melempar pertanyaan yang tidak ada habisnya. Sekarang Gladys diam lagi. Benar-benar buntu, seakan tidak bisa memikirkan jalan ke luar. "Lo mau tetep sama gue, atau lo mau pergi dari gue?" tanya Yudha mantap. Gladys lagi-lagi tidak menyangka kalau Yudha memberi pilihan untuk tetap bersamanya. Tadinya Gladys mengira, Yudha bakal memintanya untuk pergi dan tidak ada pilihan lain. "Ya gimanapun lo udah jadi bagian dari hidup gue. Meski gue nggak bisa janji, gue bisa ngasih perasaan lebih dari ini ke lo." Yudha mengatakan yang sebenarnya. "Gue belum tahu untuk ke depannya harus gimana. Mungkin untuk saat ini, gue belum pengen memutuskan buat bareng sama lo, tapi nggak tahu untuk ke depannya. Kita nggak pernah tahu, apa yang terjadi di kemudian hari. Mungkin bisa aja kita bener-bener pisah dan nggak pernah berhubungan lagi, tapi bisa juga kita bakal jadi pasangan yang serasi sampai tua nanti," ucap Gladys panjang lebar. Yudha mengerti apa yang dimaksud Gladys, tidak salah juga perkataannya. Tidak ada yang tahu apa yang bakal mereka lalui nanti. "Untuk saat ini, gue cuma mau bilang ke lo kalau semisal nanti kita jadi pasangan setelah lo melahirkan, gue pesan supaya lo tahan-tahan menghadapi semua sikap dan sifat gue yang memang seperti ini. Untuk sekarang, gue memang belum ada rasa buat lo dan malah sama sekali nggak ada perasaan suka gue buat lo, tapi seperti yang lo bilang tadi kalau mungkin aja di kemudian hari gue bisa suka sama lo." Yudha mengerti dan memahami perkataan Gladys. Mendengar apa yang dikatakan Yudha, Gladys paham. Lagi pula, dirinya juga belum ada rasa pada Yudha. Maka dari itu, Gladys tidak akan menuntut apa-apa dari lelaki di depannya itu. "Untuk sekarang gue nanya dulu, semisal nanti kita beneran jadi pasangan, apa lo bakal nyesel karena udah punya pasangan kayak gue?" Gladys memberanikan diri menanyakan ini terlebih dahulu. "Kayak yang gue bilang di awal, kalau gue belum tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Gue cuma mau ngomong kalau semisal nanti lo nggak pengen bareng sama gue dan lo milih untuk sendiri, gue bakal terima pilihan lo itu." Yudha memberikan senyuman tipis untuk Gladys, tapi hanya sekilas. Gladys menganggukkan kepalanya. Sejauh ini, dia sudah paham dengan apa yang dikatakan Yudha. Gladys akan menyimpan apa yang dikatakan Yudha kali ini. "Gue ngerti, bakal gue inget sampai nanti." Gladys menganggukkan kepalanya. Karena melihat jam sudah menunjukkan pukul empat sore, Gladys memilih mandi. Dia tidak boleh mandi terlalu sore, itu yang dikatakan dokter kandungannya Gladys. Pernah sekali Gladys mandi pukul setengah enam sore, dia langsung demam sampai esok harinya. "Lo mandi dulu, gue mau nyari makanan di luar. Lo pengen makan apa?" tanya Yudha sambil meraih jaketnya yang tergantung. "Terserah lo aja, gue nggak lagi pengen apa-apa," balas Gladys. Yudha mengangguk dan pergi begitu saja. Sementara Gladys, dia merutuki Yudha yang memberinya tawaran saat dia sedang tidak ingin apa-apa, tapi kalau Gladys ingin dibelikan oleh Yudha, lelaki itu tidak memberinya penawaran. Seandainya saja Gladys bisa marah kepada Yudha seperti pasangan pada umumnya. Sayangnya Gladys tidak berani melakukan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN