Chapter 1

1175 Kata
Malam yang semakin gelap tidak membuat Ara dan Fanya merasa mengantuk. Mereka tengah bersiap, karna besok Ara akan pergi ke negara Jepang, sendirian. "Akhirnya aku bisa ke Jepang juga, setelah sekian lama menabung," Ujar Ara bahagia sembari menata barangnya. "Setelah sampai di sana jangan lupa untuk memberi kabar padaku!” Titah Fanya. "Siap bos!" Kata Ara sembari hormat. Fanya menyeringai melihat sikap Ara, dia merasa akan merindukan Ara ketika sahabatnya itu berada di Jepang. Namun, Fanya tidak melarang Ara pergi ke Jepang karna sahabatnya itu sangat menantikan saat ini. "Andai saja kamu bisa ikut," Ujar Ara sedikit sedih. "Maaf, karna aku tidak bisa ambil libur jadi aku tidak bisa ikut bersamamu," Ujar Fanya. Ara melihat ke Fanya kemudian dia tersenyum, dan berkata "tidak masalah. Kita bisa ke Jepang bersama lain kali." Fanya mengangguk mengiyakan, dia membantu Ara menata barang. Ara yang sudah menganggap Fanya seperti saudara kandungnya, walaupun mereka hanya berteman sejak di bangku sekolah. "Jangan lupa jaga kesehatanmu selama di sana, dan jangan terlalu lama," Ujar Fanya. "Iya." Sahut Ara. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka selesai menata barang, lalu Fanya dan Ara pun beristirahat. Namun, karna Ara merasa bersemangat jadi dia belum bisa tidur. "Fan!" Panggil Ara. "Hmm ... " sahut Fanya. "Kenapa? kamu tidak bisa tidur?" "iya." Jawab Ara. Fanya akhirnya mengajak Ara berbincang sembari menungggu hingga salah satu dari mereka merasa mengantuk dan ingin tidur. "Kamu besok berangkat jam berapa?" Tanya Fanya. "Siang," Jawab Ara. "Maaf ya aku tidak bisa mengantarmu," Ujar Fanya. "Tidak apa-apa. Aku bisa berangkat sendiri," Ujar Ara. "Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku besok, jadi aku tidak bisa mengantarmu," Ujar Fanya. "Tidak masalah, aku bisa sendiri kok," Ujar Ara meyakinkan Fanya. Wajah Fanya terlihat sedih, namun Ara mengatakan pada sahabatnya itu supaya tidak merasa bersalah atau sedih. Malam semakin larut, Fanya dan Ara akhirnya terlelap tidur. *** Pagi yang cerah, matahari bersinar. Fanya bangun lebih dulu, dan menyiapkan makanan, sedangkan Ara masih di dalam dunia mimpinya. Setelah Fanya selesai menyiapkan makanan, dia membangunkan Ara. "Ara, ayo bangun!" Ujar Fanya menggoyangkan tubuh Ara. Ara merenggangkan badannya, kemudian dia membuka matanya. "Jam berapa sekarang?" Tanya Ara. "Jam setengah tujuh pagi," Jawab Fanya. "Ini masih terlalu pagi, Fanya," Gumam Ara. "Ayo bangun! Temani aku sarapan sebelum kita berpisah," Ujar Fanya. Ara yang malas beranjak dari kasur, akhirnya di ganggu oleh Fanya. "Ayo bangun!" Ujar Fanya. "Ah ... Tidak mau," Rengek Ara. "Bangun! Ayo bangun!" Ujar Fanya sembari menarik tangan Ara supaya dia bangun. “Tidak mau,” ujar Ara. “Apa kamu tega tidak menemaniku sarapan pagi ini? Padahal kamu nanti akan berangkat ke Jepang untuk beberapa hari,” ujar Fanya. “Tapi aku malas bangun, Fanya,” gumam Ara. “ayolah!” pinta Fanya. Setelah berusaha, Fanya akhirnya bisa membuat Ara bangun dari kasurnya. Ara akhirnya masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Tidak lama Ara pun keluar dari kamar mandi. Dia berjalan ke meja makan, lalu dia menemani Fanya untuk sarapan pagi. Tigapuluh menit kemudian. "Sampai bertemu lima hari lagi ya," Ujar Fanya sembari memeluk Ara. "Iya. Sampai bertemu lagi," Balas Ara. Setelah itu pelukan Fanya terlepas, lalu dia beranjak. "Jangan lupa menghubungiku!" Teriak Fanya mengingatkan Ara seraya keluar rumah. "Oke." Balas Ara. Setelah itu Ara membereskan meja makannya, kemudian dia mengecek persiapannya kembali. "Apa ya yang belum?" Gumam Ara. Selesai memastikan barangnya, Ara akhirnya bersantai sejenak. Dua jam berlalu. Ara bersiap untuk pergi ke bandara Incheon, dia keluar dari rumah membawa tas kopernya. Lalu berjalan ke halte untuk naik bus hingga bandara Incheon. "Kenapa rasanya aku akan merindukan kota ini?" Gumam Ara heran. Dalam perjalanan menuju ke bandara Incheon, Fanya menghubungi Ara. Sahabatnya itu memastikan keberadaan Ara sebelum meninggalkan Korea. "Halo, Fan," Ujar Ara. "Kamu dimana? Apa sudah sampai di bandara?" Tanya Fanya. "Belum. aku masih dalam perjalanan ke bandara," Jawab Ara. "Jangan lupa menghubungiku ketika sampai di sana," Ujar Fanya mengingatkan. "Iya, Fanya," Jawab Ara malas. "Baiklah, kalau begitu aku lanjut kerja dulu ya," Ujar Fanya. "Oke. Aku tutup teleponnya," Ujar Ara. Setelah panggilan teleponnya berakhir, Ara memandangi jalan lagi sembari menunggu sampai di Bandara. Beberapa menit kemudian Ara sampai di Bandara Incheon. Dia langsung membawa tas kopernya, dan tas ranselnya, lalu berjalan masuk ke dalam. Ara mencari tempat check-in tiketnya karna ini adalah pertama kalinya Ara pergi ke luar negeri sendirian. "Permisi, tempat check-in tiket di sebelah mana ya?" Tanya Ara pada salah satu petugas. "Di sebelah sana," Jawab petugas sembari menunjuk ke salah satu arah. "Oh ... Terima kasih," Ujar Ara. Setelah itu Ara berjalan ke arah yang di tunjuk oleh petugas yang ditanyainya. Ketika sampai, Ara langsung mencari maskapai yang akan dia naiki. "Ah! Sebelah sana!" Gumam Ara. Dia berjalan ke maskapai tersebut, kemudian berdiri mengantri gilirannya. Satu per satu orang check-in tiketnya, hingga beberapa saat akhirnya Ara pun maju ke depan. "Selamat siang," Ujar pegawai maskapai. "Siang," Balas Ara sembari memberikan paspor, dan identitasnya. Pegawai maskapai itu mengecek dari kartu identitas Ara. "Apa ada bagasi?" Tanyanya. "Ada," Jawab Ara mengangguk. Ara langsung meletakan kopernya di atas timbangan untuk masuk ke dalam bagasi pesawat. Setelah selesai check-in tiket, Ara pergi ke Imigrasi untuk pengecekan berkasnya sebelum terbang ke Jepang. Beberapa saat setelah dari Imigrasi, Ara menunggu di ruang tunggu hingga pengumuman boarding. Sembari menunggu, Ara mendengarkan musik dan melihat orang-orang yang berjalan melewatinya. Banyak orang yang berjalan di depan Ara, dan dia merasa seakan-akan kesepian. "Andaikan saja Fanya bisa ikut," Gumam Ara sedih. Kenyataan yang ada, Ara berangkat sendiri karna Fanya tidak mendapatkan libur cutinya. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ada panggilan boarding untuk nomor pesawat yang akan dinaiki Ara. Dia pun beranjak dari ruang tunggu menuju ke pintu gate. Banyak orang yang tengah berbaris untuk masuk ke dalam pesawat. "Silahkan," Ujar petugas tiket mempersilahkan Ara lewat. "Terima kasih," Balas Ara. Ara berjalan di lorong sembari melihat pesawat yang begitu besar, dan beberapa pesawat yang tengah terisi dengan penumpang yang lain. "Selamat datang, silahkan," Ujar Pramugari pesawat. Ara berjalan masuk ke dalam, dan mencari tempat duduknya. "Permisi, boleh saya lihat tiketnya?" Tanya salah seorang pramugari. "Ah! Iya," Ujar Ara sembari memberikan tiketnya. "Silahkan di sebelah sini," Ujar Pramugari seraya mengantar Ara ke tempat duduknya. "Terima kasih," Ujar Ara. Setelah duduk di kursinya, Ara langsung memakai sabuk pengamannya. Kemudian dia menunggu hingga pesawat take-off. Tempat duduk pesawat tidak terisi penuh, ada beberapa tempat duduk yang kosong, dan kebetulan satu kursi di sebelah Ara juga ada yang kosong. "Syukurlah tempat duduk ini kosong," Batin Ara. Beberapa menit kemudian pesawat mulai bergerak. Ara melihat keluar jendela, dan jantungnya berdegup kencang. "Waktu penerbangan ini cukup untuk aku bisa beristirahat hingga mendarat," Gerutu Ara. Setelah pesawat sudah mengudara, Ara memejamkan matanya. Karna pagi tadi dia dibangunkan oleh Fanya, jadi sekarang dia masih merasa mengantuk. Tidak butuh waktu lama untuk Ara berada di alam mimpinya. Dua jam kemudian. Pesawat yang di naiki Ara mendarat di Bandar Udara Internasional Narita. Setelah mengambil barang di atas tempat duduknya, dan mengecek barang bawaannya, Ara pun turun dari pesawat. Kemudian dia menuju ke tempat pengambilan barang bagasi pesawat. Terlihat sudah banyak orang yang tengah menunggu barang. Satu per satu barang dari bagasi pesawat keluar, dan Ara tengah mencari kopernya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN