22

1167 Kata

Senja sudah datang bersama dengan burung-burung yang kembali pada sarangnya. Namun, nampaknya senja itu tidak membuat seorang gadis yang tengah terduduk di kursi taman itu untuk kembali ke rumahnya. Zenna duduk termenung di kursi taman bercat coklat itu dengan tenang. Angin nampak bertiup kencang menerpa anak rambunya, namun tidak menggoyangkan tubuhnya sama sekali. Matanya setengah menyipit untuk menghalau angin yang datang agar matanya tidak terasa perih. Nampaknya di akhir hayatnya harapan yang selama ini dimimpikan dan dirancang sedemikian rupa hanyalah semu. Zenna meringis ketika merasakan pinggangnya kembali berdenyut nyeri. Zenna kembali menitihkan air matanya ketika bayangan masa lalu menghantui pikirannya. Kejam! Sangat kejam memang lelaki itu. lelaki yang seharusnya membela

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN