8 | cinta lama udah kelar

1977 Kata
Dua minggu telah berlalu sejak hari dimana Harlan menolong Gema yang mabuk. Dan setelah hari itu, mereka tidak pernah bertemu lagi, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Harlan pun tidak bisa lagi menghubungi Gema karena kontaknya benar-benar sudah diblokir usai Gema mengirimkan uang padanya dan sepertinya, Gema pun tidak memiliki niat untuk membuka blokirannya dalam waktu dekat.   Jujur saja, Harlan kesal sekali dengan sikap Gema yang seperti itu. Bisa-bisanya Gema memblokirnya sehari setelah Harlan menolongnya. Tapi Harlan juga tidak bisa menyalahkan Gema sepenuhnya sih, Harlan sadar kalau dirinya sendiri sudah bersikap menyebalkan terhadap Gema.    Apa yang terjadi di kelab itu tentu saja membuat Gema malu, dan yang dilakukan Harlan justru semakin memalukannya. Padahal, Harlan sendiri cuma bercanda dan bermaksud menggoda Gema saja. Karena sejak dulu, menggoda Gema merupakan sesuatu yang baginya menyenangkan untuk dilakukan.   Tapi biarlah saja kontrak Harlan diblokir untuk sekarang. Toh, nanti mereka pasti akan bertemu lagi, Harlan yakin. Terutama pada acara perayaan selesainya series Harlan yang akan dilaksanakan tak sampai satu minggu lagi. Gema turut diundang disana dan menurut Harlan, kecil kemungkinan jika Gema menolak untuk datang, terlebih lagi Gema masih bisa dibilang artis pendatang baru yang tentunya harus tampil di banyak tempat guna membangun image-nya.    Dan juga, lagu soundtrack yang dinyanyikan oleh Gema telah dirilis dan membuat popularitas series Harlan semakin tinggi. Sebab lagu soundtrack berjudul Jika Itu Kamu yang dinyanyikan oleh Gema sukses memuncaki tangga lagu dan disenangi oleh banyak orang. Bisa dibilang, lagunya menjadi viral, seperti lagu Gema yang sudah. Dan dimana-mana, Harlan jadi sering mendengar lagu itu.   Bahkan sekarang, di saat Harlan sedang mengunjungi rumah ibunya yang ada di Bandung, ia juga kembali mendengar suara Gema mengalunkan lagu itu. Diputar oleh Lara, keponakan Harlan yang merupakan anak dari kakak laki-lakinya.   "Suka sama lagunya?" tanya Harlan. Ia menghampiri Lara yang sedang berbaring di sofa ruang keluarga. "Sampe keras banget lagunya diputer."   Lara nyengir pada Harlan. "Suka banget Om, lagunya enak, suara yang nyanyi juga enak banget! Tapi sayang...series-nya Om Harlan malah jelek. Cringe abis."   "Heh!" Harlan langsung protes pada keponakannya itu. "Emangnya kamu udah nonton sampe abis? Itu seriesnya bagus ya."   "Aku nggak nonton sih, tapi dari trailer-nya aja udah keliatan kalau ceritanya bakal cringe," ejek Lara. "Kalau kataku sih, itu series rame karena modal gantengnya Om Harlan doang. Biasalah, fans setia Om kan banyak, mulai dari cabe-cabean sampe ibu-ibu."   Harlan hanya bisa tersenyum masam saja karena di-roasting oleh keponakannya sendiri yang baru berusia lima belas tahun. Baru masuk SMA. Dasar bocah sok tau! pikir Harlan. Setidaknya, Lara bisa lah sedikit memuji Harlan walau pencitraan doang. Sebagai balas budi karena dulu Harlan sering jadi tukang ceboknya Lara dan juga saudara kembarnya waktu mereka masih kecil.   Tapi ya, Lara sendiri bisa berkomentar sepedas dan sejujur itu karena dirinya dan Harlan memang sangat dekat. Harlan hanya punya dua keponakan yaitu Lara dan Jala, saudara kembarnya, dari kakak laki-laki Harlan yang usianya hanya tiga tahun lebih tua daripada Harlan.   Jangan tanya kenapa Hamdan, kakak laki-laki Harlan, bisa memiliki sepasang anak kembar berusia remaja di saat usianya sekarang baru mencapai usia kepala tiga. It's another long story to tell. Yang pasti, Harlan sangat dekat dengan keponakannya karena sejak mereka kecil, ia sering membantu Hamdan yang merupakan seorang single daddy untuk mengurusi mereka.   Harlan menyentil pelan kening Lara. "Kurang-kurangin nge-roasting orang, jangan kayak papi kamu."   "Bodo amat wleeee." Lara menjulurkan lidahnya pada Harlan. "Aku kan emang anak Papi."   Harlan hanya mendengus dan memutar bola mata.   Tidak lama kemudian, Harlan dikejutkan dengan kemunculan Jala, saudara kembar Lara, yang bergabung dengan mereka di ruang keluarga rumah kediaman ibu Harlan sekaligus omanya Jala dan Lara.   "Look what I just found!" seru Jala heboh sembari mengacungkan sesuatu yang ada di tangannya ke udara.   Harlan dan Lara pun menoleh pada Jala, bahkan Lara sampai bangkit dari posisi berbaringnya.   "Apaan, Kak?" tanyanya pada sang kakak yang hanya lebih tua sepuluh menit darinya itu.   Jala menunjukkan selembar foto pada Lara, yang mana langsung membuat Lara memekik geli  dan tertawa keras setelahnya.    Merasa curiga, Harlan pun merebut foto yang ditertawakan oleh dua keponakannya itu. Dan ternyata, foto yang ditertawakan oleh mereka adalah foto Harlan ketika masih kecil, tepatnya sewaktu Harlan masih SD. Di foto itu, Harlan terlihat beda dari sekarang. Pipinya gembul, rambutnya berantakan dan berponi hingga hampir meniutupi mata, dan kulit Harlan saat itu pun tidak secerah sekarang karena dulu Harlan hobi bermain di bawah sinar matahari.   "Om Harlan dulu dekil banget!" ejek Lara. "Kayak jamet!"   "Iya, jauh gantengan aku waktu masih SD," sahut Jala.   Berbeda dengan fokus dua keponakannya yang tertujupada penampilan Harlan waktu itu, fokus Harlan justru tertuju pada siapa yang sedang bersamanya dalam foto itu. Seorang perempuan yang juga sama-sama memiliki pipi gembul, rambut terurai berantakan, dan cengiran yang menunjukkan gigi ompongnya. Di foto itu, perempuan tersebut merangkul Harlan dan keduanya sama-sama tersenyum lebar.    "Dapat foto ini darimana?" tanya Harlan pada Jala.   "Dari kamar Om Harlan, nyelip di bawah ranjang. Biasalah, aku kan tiap kesini pasti ngubekin kamar Om Harlan buat nyari harta karun, siapa tau kan bisa nemu jaket keren lagi. Lumayan," jawab Jala.   "Kirain foto ini udah ilang. Foto sama artis nih."   "Oh ya? Sama siapa?"    Harlan kembali menunjukkan foto itu kepada Lara yang bertanya. "Perhatiin deh."   Lara pun sekali lagi memerhatikan foto itu dengan seksama. Butuh waktu beberapa detik bagi Lara hingga pada akhirnya menyadari siapa yang ada di foto itu bersama Harlan.   "Ini yang nyanyi soundtrack series Om Harlan ya?! Gemani itu, kan?!" Seru Lara heboh setelahnya.   "HAH MASA? ITU PENYANYI BARU YANG CAKEP ITU KAN?" Jala ikut-ikutan heboh.   Secara bersamaan mereka pun bertanya pada Harlan, "KOK BISA FOTO SAMA OM SIH?!"   Harlan tersenyum sombong pada dua keponakannya itu.   "Mantan Om tuh."   "Sumpah?!"   "Sumpah."   "Kok bisa sih?!"   "Tanya aja Oma atau Papi kalian kalau nggak percaya."   Jala dan Lara sama-sama tercengang. Saudara kembar tidak identik itu cukup tidak menyangka jika sosok Gemani Danakitri, penyanyi pendatang baru yang namanya sering diperbincangkan akhir-akhir ini memiliki foto masa kecil dengan om mereka, bahkan diklaim sebagai mantan pacarnya.   Jala bahkan sampai bertepuk tangan takjub. "Kalau foto itu aku kirim ke Nyai Lambe, kira-kira bisa serame apa ya, Om?"   Harlan langsung melotot pada Jala. "Jangan coba-coba ya!"   Jala melirik Lara yang dengan sigap langsung mengambil foto itu dan menyembunyikannya.   "Kalau nggak mau foto ini dikirim ke Nyai Lambe, gopek ceng dulu, Om. Hehehe." Harlan menghembuskan napas dan memutar bola mata.    Terkadang, keponakan-keponakan manisnya memang bisa berubah jadi semenyebalkan dan selicik ini.   ***   "Kamu udah ketemu Gema? Kenapa nggak diajak kesini?"   Pertanyaan itu diutarakan oleh Ratna, ibu kandung Harlan, ketika mereka sedang makan siang bersama Jala dan Lara di rumah. Hanya mereka berempat, sebab Hamdan sedang memiliki pekerjaan di luar kota sehingga anak-anaknya dititip disini, saudara Ratna yang juga tinggal di rumah ini sedang pergi, sementara ayah kandung Harlan tidak ada karena memang sudah meninggal lebih dari sepuluh tahun yang lalu.   Mendengar pertanyaan itu diutarakan oleh oma mereka, Jala dan Lara langsung memandang Harlan dan Ratna secara bergantian dengan penuh minat. Mereka menunggu jawaban Harlan.   "Ngapain diajak kesini coba?" tanya Harlan dengan nada protes.    "Ya, nggak apa-apa. Ibu kan pengen ketemu Gema lagi, udah lama banget nggak ketemu dia sama keluarganya. Banyak yang mau Ibu tanya tentang kabar mereka."   "Minta langsung aja si Gema kesini, kalau aku yang ngajak dia nggak akan mau. Kontak aku aja diblokir sama dia."   Ratna berdecak dan menggelengkan kepala. "Kamu pasti gangguin Gema ya?"   "Kok mikirnya begitu? Ibu ini sebenernya ibu aku atau ibunya Gema? Malah langsung belain Gema gitu."   "Ibu kalian berdua, kalau kamu sama Gema nikah."   "Hah? Apaan sih, Bu? Aku sama Gema cuma ketemu doang, Ibu mikirnya jauh banget!"   Ratna tertawa kecil. "Ibu cuma bercanda Harlan."   "Eh, tapi kalau Om Harlan mau nikah sama Tante Gema nggak apa-apa sih, aku setuju. Biar nanti aku bisa pamer ke temen-temen kalau tante aku penyanyi yang lagi viral itu," celetuk Jala.   "Iya, aku juga setuju," angguk Lara. Kemudian dirinya menoleh pada omanya. "Tapi Oma, emangnya Om Harlan sama Tante Gema beneran mantanan?"   Ratna menganggukkan kepala menjawab pertanyaan cucu perempuannya. "Iya, mantan waktu SD."   "Hah? Pas masih SD? Itu nggak diitung kali!" Seru Jala.   "Tetap diitung lah, namanya juga udah jadian," protes Harlan.   "Idih, itu cinta monyet namanya, Om."   "Walau cinta monyet, tapi tetap diitung."   "Emangnya Tante Gema mau gitu ngitung Om sebagai mantannya?"   Sial, lagi-lagi Harlan di-roasting oleh keponakannya sendiri. Kali ini oleh Jala yang berhasil menohoknya dengan telak.   Selama ini memang Harlan selalu menganggap Gema sebagai mantannya, tidak peduli jika kisah mereka sendiri terjadi sewaktu mereka masih SD dan bisa dibilang sebagai cinta monyet. Menurut Harlan, mau bagaimana pun juga, namanya cinta monyet ya tetap cinta. Ada kesepakatan untuk jadi pacar satu sama lain antara Harlan dan Gema waktu itu, walau mereka masih sama-sama anak kecil. Dan Harlan tidak mau melupakannya karena itu tetaplah bagian dari cerita hidupnya. Terlebih lagi, Gema adalah cinta pertamanya. Harlan mengakui itu.   "Tapi kok bisa sih Oma? Terus kenapa Oma juga kayaknya tau banget sama Tante Gema?" Lara kembali bertanya pada omanya, di saat sebenarnya ia bisa langsung bertanya saja pada Harlan yang. mengalaminya sendiri.   Ratna pun menjelaskan, "Sebelum pindah ke rumah ini, waktu papi dan om kalian masih kecil, kami tetanggan sama rumah keluarganya Gema. Om kamu sama Gema seumuran, lahirnya cuma beda tiga hari dan lahir di rumah sakit yang sama lagi. Dari lahir, mereka udah main bareng, sampe sekolah SD pun bareng, selalu sekelas. Terus malah cinta monyet, sama-sama cinta pertama ya, Lan?"    Harlan hanya mengangkat bahu menanggapi pertanyaan dari ibunya, padahal memang kenyataannya begitu.    "Tapi nggak tau kenapa malah berantem gede sebelum Gema dan keluarganya pindah ke Melbourne. Sejak saat itu, nggak pernah ketemu lagi. Harlan sama Gema juga nggak pernah kontakan lagi," lanjut Ratna.   "Ohhh, berarti cinta lama belum kelar nih ya, Om?" Goda Jala.   Harlan mendengus. "Apaan deh, bocil sok tau. Nggak ada yang namanya CLBK, tapi CLUK."   "CLUK apaan?"   "Cinta Lama Udah Kelar."   "Masa?"   "Iya."   "Tapi Tante Gema cantik, Om," ujar Jala. "Aku aja suka."   "Gebetan Om lebih cantik," jawab Harlan tanpa berpikir dua kali.   "Siapa?" Ratna langsung bertanya dan menatap Harlan serius. Betulan ingin tahu.   Harlan langsung melengos dan memilih untuk kembali fokus pada makanan yang masih tersisa di piringnya. "Ada lah, Bu," gumam Harlan yang kini telah menyesali omongan asalnya tadi.   Karena apa? Sang ibunda tentu akan memperpanjang pembicaaan ini.   "Kenalin sini sama Ibu, jangan ngomong doang. Ibu udah pengen banget punya mantu."   Tuh, kan. Harlan betul-betul menyesal telah menanggapi omongan Jala tadi dengan asal. Seharusnya tadi ia berpikir dulu, karena mana mungkin juga kan jika Harlan memberitahu kalau gebetannya adalah Valerie yang menjadi lawan mainnya di series? Bisa-bisa ibunya malah jantungan.   Karena Valerie jauh lebih muda dari Harlan. Dibanding menjadi gebetan Harlan, akan jauh lebih masuk akal jika Valerie menjadi gebetannya Jala, keponakannya Harlan. Sial, Harlan jadi teringat kembali dengan salah satu alasannya yang tidak ingin membuat perasaan maupun hubungannya dengan Valerie berkembang lebih jauh lagi. Semua karena Valerie yang jarak usianya tidak sampai tiga tahun lebih tua dari Jala dan Lara.   Jika bersama Valerie, yang ada Harlan hanya akan terlihat seperti bersama keponakannya sendiri. Memikirkan itu pun membuat Harlan jadi malu sendiri sekarang. Bisa-bisanya...   "Tapi kan Ibu udah punya cucu dua," elak Harlan kemudian.   "Ya memang Ibu udah punya cucu dua yang cakep-cakep dan pintar-pintar," jawab Ratna sembari tersenyum pada dua cucu kesayangannya. Namun ketika kembali menatap anak bungsunya, senyuman Ratna hilang berganti dengan raut wajah masam. Ia melanjutkan, "Tapi kan Ibu nggak punya menantu dan Ibu pengen punya menantu. Jadi, tolong disegerakan ya, Harlan."   "Ta-"   Belum sempat Harlan mengutarakan kata-kata untuk protes, sang ibu sudah terlebih dahulu memotongnya. "Nggak usah bawa-bawa Hamdan, karena Ibu mintanya dari kamu."   Benar-benar tepat sasaran sehingga Harlan pun hanya mampu bungkam dan berujung ditertawakan oleh dua keponakannya.   "Makanya Om, buruan nikah," goda Lara.   Jala menyambung, "Biar nggak dimarahin Oma."   Harlan hanya mampu menggerutu di dalam hati.   Mau nikah sama siapa coba?!   Saat itu Harlan tidak tahu saja jika sebentar lagi, ia akan berhasil mengabulkan keinginan sang ibu yang menginginkannya untuk menikah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN