Episode 16

1501 Kata
“yang… bangun.” Suara lembut yang didengar dan tak asing di telinga Nathan, membuat dia sadar dan membuka mata. “Syukurlah hanya mimpi.” Katanya perlahan. “Ambilkan aku air putih.” Pintanya. Diteguknya segelas air mineral kemudian Mathan menghela nafas dalam-dalam. "Kamu ngimpi apa yank?" "Mimpi buruk." Jawab Nathan singkat kemudian meneguk air itu sampai habis. Nathan berdiri menghampiri fresher, mengambil air kemudian kembali duduk samping Icha. Melihat calon suaminya penuh keringat dia mengusapnya perlahan. Icha tidak memaksa untuk mendapat jawaban dari Nathan, ia hanya terus menyekanya. "Sudah sayank, aku gak apa. Cuman mimpi buruk saja. Emang sayank mau kemana?" Katanya balik tanya. Seperti biasa si Icha kalau yayang gantengnya uang bertanya selalu diceritakan dari awal. tapi sejak mereka bertunangan si Athan/Nathan belajar setia mendengarkan semua yang Icha katakan tanpa berusaha untuk memotongnya. Sebaliknya si Ichapun berusaha untuk mempersingkat setia jawaban yang ditanyakan oleh sang pujaan hati. "Sejak kecil aku gak pernah menghabiskan uang saku, jatah dari kedua orang tuaku, sampai aku masuk perguruan tinggi. Apalagi sekarang aku sudah bekerja. Sehingga mereka berinisiatif memberikan bentuk saham. Ah.. gak jadi cerita dah." Icha merasa gak enak.takut ceritanya kepanjangan "Terusin saja sanyang." Kata Nathan "Anter Icha. Ketemu anak-anak yang Icha biayai sekolah mereka." "Kenapa kok gak dibukanan rekening biar repot danmenggu waktu." "Bukan sekedar biaya, tujuan utama." Kata Icha. Sepanjang perjalanan, Nathan tak berani bertanya kepada kekasih hatinya, dia hanya mengikuti saja kemana Icha membawa. saat berada di lampu merah ia memilih intrumen yang melow sedikit keras. Icha tau bahwa si ganteng yang selalu berada dipelupuk mata saat dia memejamkan mata itu, sedang kehabisan kata untuk mengisi waktu hingga sampai tujuan, itulah sebabnya dia juga gak kepengen mengajaknya untuk bicara, sesampainya di daerah cukup kumuh, dan baunya cukup menyengat karena kiri-kanan sepanjang jalan itu yang terlihat hanyalah tumpukan sampah. saat mobil icha berhenti, segerombolan anak-anak menyambutnya dengan riang, berdesakan mengitari mobil Icha, berebut membukakan pintu. Atan hanya memandangi tingkah anak-anak. “Selamat siang kak Icha,” mereka berebut mencium tangan Icha. “hmmm,... satu persatu dong kakak kan bingung jadinya. ayo berbaris baru salim sama kakak.” Perintah yang disampaikan oleh Icha perlahan itupun didengar oleh mereka, setelah semua mendapat kesempatan cium tangan, ada beberapa anak yang tanpa risih dirangkulnya. Saat sampai di sebuah rumah terbuat dari bahan seadanya, yang pasti dari bahan yang sudah tak terpakai, triplek, seng, asbes yang ditempel keliling hingga menjadi sebuah tempat tinggal. Nathan yang mengikuti belakang hanya melihatnya. “Ayo yank, ikut masuk. kok bengong.” Sapa Icha. betapa terkejutnya Nathan, ketika melihat di dalam ruangan itu, bersih, rapi dan kotras dengan penampakan luarnya, terdapat puluhan laptop dan beberapa komputer ada di sana. ternyata tempat anak-anak yang kurang beruntung itu sedang belajar. “Okey, selama seminggu ini, kakak kepengen lihat kasil kalian semua.” Di Gubuk pertama yang dikunjungi adalah kumpulan anak-anak kreatif yang kurang beruntung, namun punya keinginan kuat untuk mandiri, namun rata-rata yang ada malas untuk bersekolah, harena banyak faktor. itulah sebabnya diperkenalkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan bisa menghasilkan uang, dan salah satunya adalah melalui dunia maya. karena untuk menghasilkan uang tidak harus berpendidikan, yang penting menguasai apa yang dikerjakan. “Hanya modal copy paste dan menyertakan link sumber kemudian diupload mereka semua sdah punya penghasilan.” Jelas Icha kepada sang pujaan hati. “Dan Icha kesini adalah memberikan gaji dari hasilnya setiap bulan, bahkan mereka yang ada disini, sudah bisa membantu teman-teman mereka yang sama-sama kurang beruntung.” Tambahnya. kemudian Icha membisikkan: “ Mereka yang ada disini rata-rata tabungannya sudah mencapai sembilan digit. “Yang itu, Panjol, Boncel, Sanji, Aji, Komar, Dira, Ayi Cantik, dan kelima cewek itu dijuluki wartawan copas, mulai berita terkini sampai berita selebritis semua hasil copas dan diedit sana sini menurut kreasi mereka kemudian di upload di konten mereka. jadilah duid. yang lain bertindak mencari hal baru yang menarik untuk dikumpulkan pada editor-editor cilik setelah selesai kemudian ada bagian eksekutor.” “Hmmm, baru tau sekarang, ternyata konten- konten yang berkeliaran di dumay sebagian hasil postingan mereka disini?... siapa yang menggagas ide seperti ini.” Tanya Nathan. Icha hanya tertawa. “eeeeee.. jangan salah, kalau ita suka mendengar lagu, laku atau instrumentalia, mereka juga ikut andil, untuk memperkaya ragam musik. sekarang silahkan melihat-lihat bagaimana cara kerja mereka.” Tak habis-habisnya dia kagum terhadap anak asuh Icha calon isrinya. “Bagaimana cara menuntun, sempai mereka bisa serperti ini. memang benar persaingan di dunia pendidikan cukup sengit dan membutuhkan biaya yang gak sedikit, tapi tigdak menjamin mereka untuk bisa mendapatkan kerja. itupun harus ditempuh dalam waktu yang lama. tapi dengan mengasah kemampuan, dalam dunia digital gak harus berpendidikan tinggi.” Pikir Nathan. Setelah sepasang sejoli ini mengunjungi tempat, tempat binaan Icaha, yang telah dirintisnya sejak ia duduk di bangku SMA dulu. NAthan protes. “Yang kita jadian sudah cukup lama, kenapa baru kali ini aku baru dikasih tau?” si Icha hanya tersenyum. “Hmmm … kok cuma tersenyum?” “Lha dulu kita kan masih pdkt, itupun putus nyambung. Sekarang Icha sudah menjadi belahan jiwa yang sesungguhnya, jadi perlu dan wajib tau semua kegiatan yang Icha lakukan.” “Berarti termasuk Mantan boleh tau kan?” Saut nya. “Yeee, ya itu juga wajib tau. biar nanti saat malam pertama, kemudian enak-enaknya, eeeeee tanya.. yang kalau sama mantamu dulu apa caranya seperti ini juga ya? … kan gak asik terganggu. emang di jalan raya? lagi asik-asiknya mengendara tiba-tiba harus berhenti karena lampu merah?” Canda Icha manja. kemudian mencium pipi si ganteng pujaan hatinya. "Kita kerumah Olien yuk, kali aja mereka lagi ngumpul di sana. Akhir-akhir ini Icha kangen ngumpul sama mereka." Pinta Icha "Kalo sama yang disamping ini gak kangen?" "Males." Jawabnya singkat. "Ya, sudah gak apa. Sak welase ae lah." "Males kangen tayank, pengenya disampingmu terus menerus, setiap hari, setiap waktu, setiap detik." Jawab Icha sendu. "O … … gak boleh itu bahahahaya… anak orang bisa hamil di luar kandungan itu." "O ya. … Tetanggaku kok setahun malah bisa tiga kali hamil, padahal tanpa nikah?" "Wooou." "Iya namanya si Manis dan Buny. Kucing lepunyaan tetanggaku." "Hmmm… ya sudah telepon saja mereka lagi ngumpul dimana." "Gak seru jadinya." "Yank, coba minggir sebentar saja si sana." "Tuh ada rambu dilarang berhenti. Tunggu sebentar. Tak cari tempat yang aman. Nah itu dia." Saat Nathan berhenti, diciumnya pipi Nathan. Kemudian Icha berkata: "Sudah ayo lanjut." "Lho kan sudah tayank, sekarang ayo jalan lagi." Pinta Icha "Lho?" "Kan Icha cuma bilang berhenti sebentar." Sementara itu di rumah Olien memang sedang membicara ingin camping ke Kintamani, atau Batu Asah tujuan mereka memang cuman pindah tidur, bukan ingin mendaki gunung, karena memang hampir semua Gunung di Indonesia sudah pernah mereka daki, selama kurun waktu sepuluh tahun. Sementara itu disisi lain dalam waktu yang sama. Annisa duduk di balkon, memandangi pepohonan yang tertiup semilirnya angin dan menikmati secangkir cappucino, yang diseduhnya dengan teh panas. Semenjak melihat Rara tatapannya terlihat dingin, tak seperti kala pertama perjumpaan dan langsung mendengar suara Rara ketika satu pesawat, waktu itu. Dia mulai berusaha memendam keinginannya untuk bersama. dan berusaha melupakan pertemuan dengan Rara selama ini. kembali kenegara dimana Annisa tinggal selama ini mengambil pensiun, tapi belum tau akan menghabiskan masa tuanya dimana. Annisa meninggalkan sepucuk surat hanya buat Lia, singkat. “Terima Kasih untuk tumpangan di apartemen ini, dan maaf saya sudah banyak merepotkan nak Lia. teriring kasih. Annisa. dengan gambar jantung serta beberapa lembar uang. hal ini dilakukannya, biar mereka semua menganggap bahwa, Annisa, tidak pernah mengingat pernah tinggal di villa mereka yang sangat mewah, alias masih terkena amnesia.bahkan tidak menyebutkan satu nama pun kecuali Lia. Annisa juga tidak membawa barang satupun, termasuk uang yang ditinggalkan rara saat itu. kecuali hanya surat-suratnya. dan satu setel pakaian yang dikenakan. Sementara itu mabes / Markas Besar, pesta syukuran karena sejak grand Opening Villa Impian sampai akhir tahun Desember tahun ini penuh. "Berkat JM kita yang luar biasa." Kata Nico. "Enggak Lah yang pasti kita semua. Mari kita bersulang. … Tunggu anggota kita sudah satu ekor.. o dua ekor." Kata Dirga. Terdengar suara mobil Nathan Dil luar. "Panjang manuke.. dirasani muncul." Kata Lia. "Hello everyone … ada kegembiraan hari ini?" Munculnya Nathan beserta pasangannya Icha, dengan senyum khas mereka berdua. "Sorry kami berdua terlambat." Sambil memegang kedua pipi Icha, mata Nathan melotot kemudian meraba perut Icha lalu berkata: "lho say, kan aku belum ngapa-ngapain kok dikau sudah terlambat sayank!!, Memang terlambat berapa bulan?" Canda Nathan Icha cuma melotot. Lalu mencubit hidung Mathan. ”Iiiiiiiich, nakal.” "Okey, semua sudah pada berkumpul mari kita bersulang untuk kesuksesan bisnis baru kita. Sebab, sudah terbooking penuh hingga akhir tahun ini. “Wah, promosi kita memang luar biasa.” Di mabes pesta syukuran karena sejak grand Opening Villa Impian sampai akhir tahun Desember tahun ini penuh. "Berkat JM kita yang luar biasa." Kata Nico. "Enggak Lah yang pasti kita semua. Mari kita bersulang. … Tunggu anggota kita kurang satu ekor.. o dua ekor." Kata Dirga. Terdengar suara mobil Nathan Dil luar. "Panjang manuk'e.. dirasani muncul." Kata Lia. "Hallo every one … ada kegembiraan hari ini?" Munculnya Nathan beserta pasangannya Icha, dengan senyum khas mereka berdua.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN