"Jangan mengatakan apapun lagi Jason! Aku sudah bosan mendengar semua kelakuannya itu." Ucapan Charles menegaskan perasaan muak terhadap saudaranya.
Jason membungkukkan badan memberi tanda kepada dirinya bahwa semua penerangan mengenai Clark hanya mendapat ekspresi malas dari Charles, ia berlalu pergi meninggalkan tuan nya agar terhubung dengan hati serta fikiran melalui proses kesendirian.
Charles menyelipkan kedua tangannya ke dalam sela saku celana Secret Circus nya, melayang pandang ke arah luar gedung apartemen di kawasan Municipio I, Roma. Bangunan itu berjejer rapi menampakkan bahwa dunia ini begitu egois mewakili sifat kakak kandungnya, raut wajah suram tersirat merasakan lelah apa yang sedang terjadi, semua konflik yang menderu di telinganya dan rasa curiga dengan ciri ras musuhnya telah membuat ulah di Casino Allighiero.
Insting kuat Charles mempengaruhi kerja otak kirinya dalam mencurigai Kiniro Clan milik George, alisnya menyatu menepuk batinnya agar lebih waspada mengenai tiga tahun lalu serta melibatkan dimana kekasihnya akan menjadi bumerang baginya.
Tiga tahun sebelumnya...
Charles melangkah cepat, mengendap serta diiringi larian kecil menuju bongkahan batu besar, ia menelungkup kan tubuhnya bersembunyi dibalik kejaran para orang tak dikenal. Indra penglihatannya terfokus pada bidikan laras panjang M-16 Amerika nya, mengatur secara otomatis dan dengan gerakan hampir tak terdengar Charles mengangkat kedua tangannya memberi isyarat kepada lawannya 'ras Asia' itu.
Salah seorang dari mereka dengan ciri dua tanda yang tertinggal luka di wajahnya, menahan semua orang untuk menghentikan arah tembakan.
Charles melangkah pelan seraya menepuk pundak laki-laki dengan kernyih licik penuh waspada ' Joseph Stalin ', "hentikan basa-basi mu ini Charl, kau tidak mungkin menyerah begitu saja."
Laki-laki berkepala plontos pemimpin para bandit itu memandang sekeliling dimana Charles menunjukkan alibinya, "kau terlihat seperti orang ketakutan Joseph? Kau takut jika aku menyembunyikan sesuatu di balik batu besar itu?"
"Kau bisa membohongi seluruh dunia, tapi tidak dengan ku Charles Emanuele Allighiero." Senyum tipis menghiasi wajah Joseph, ia memberi kode kepada anak buahnya untuk meneliti sesuatu apa yang menghuni di batu besar itu. Saat anak buah Joseph menapakkan kaki menuju tempat itu Charles memberi jeda membuang waktu.
"Bukankah kita tidak seharusnya seperti ini Joseph? Kau sama sekali bukan seorang b******n. Dan siapa yang menyuruhmu mengusik ketentraman klan ku?" Sergah Charles pasti.
"Senang rasanya mendapat permohonan dari si Rubah, tapi aku akan sangat menyesal jika tetap merengek di sini tanpa peduli wanitaku." 'Lizzy?' Hatinya merasa tertipu, kini kekasihnya sedang menjadi sasaran empuk komplotan Joseph. Charles memutar kepalanya melihat ke arah senapan serbu nya, ia tersenyum licik kearah Joseph lalu merebahkan diri dengan d**a kebawah dan muka menelungkup, Joseph pun mengerti atas tingkah Charles kemudian melakukan apa yang dilakukan oleh Charles.
suara tembakan berkali-kali pun terdengar, puluhan peluru melesat cepat pada seluruh anak buah Joseph, semuanya terkapar mendekapi d**a penuh luka tembakan mengalirkan cairan merah kental.
Charles dengan sigap meraih leher Joseph lalu menjerat menggunakan senapan milik Joseph yang menjadi alat jeratnya.
"Kita akan berjumpa kembali Joseph! dan saat kau melihatku, bersiaplah maut akan menjemputmu!" Joseph tersedak dan hampir kehabisan napas, matanya seakan hampir keluar menahan rasa sakit pada uratnya. Charles pun menambahkan kekuatan ototnya untuk membuat Joseph pingsan, dengan segala cara Joseph membebaskan diri namun hasilnya hanya menambah rasa sakit di lehernya sendiri.
Terdengar 'krekk' retakan melumpuhkan dari gulatan itu, Joseph pingsan seketika lalu kemudian Charles meraih senapan milik Joseph dan menganmbil M-16 Amerika miliknya. Ia melangkah menuruni bukit terjal menuju apartemennya yang tengah menjadi tempat berlindung Lizzy.
________
Charles menarik ponsel yang menyusup di dalam kantong jasnya, ia melakukan panggilan untuk Jason agar segera menemuinya kembali.
Selang beberapa menit orang kepercayaannya datang menghadap, "ada apa tuan Emanuele memanggil saya?"
"Kau tahu dimana George berada sekarang, Jason?" Tanpa morfem bermakna Charles secara terang menanyakan hal itu secara langsung membuat Jason sedikit tidak mengerti.
"Saya tahu tuan. Sekarang Kiniro mempunyai banyak markas di Amerika tepatnya di Los Angeles."
Mata indah gelap dari seorang Charles terbelalak seketika menampilkan kesan sulit percaya mengenai apa yang telah ia dengar, ' sial! ' hatinya memekik keras, seolah sedang memikirkan tentang satu cara mengenai taktik George.
Ia tahu betul bagaimana cara berpikir rekannya ini, George adalah pria yang terkesan harmonis namun Charles menegakkan kebenaran dalam rasional nya bahwa George bukan rekan yang membutuhkan kepuasan dari sekedar pertemanan.
Seseorang yang terdidik dalam clan asal Jepang mempunyai perangai buruk, mereka akan melakukan tindakan yang terlalu berani tanpa berfikir keras akan akibatnya, bagi George masalah itu adalah makanan nikmat untuk Kiniro Clan. Namun rasa takut tak pernah ada dalam dekapan Charles, ia tetap harus menciptakan kewaspadaan agar tak mengulangi satu kesalahan fatalnya.
Charles menatap wajah Jason serta berfikir kuat untuk rencananya ini. "Siapkan dokumen perjanjian lama itu Jason, cari tahu siapa saja yang menempati markas di Amerika. Dan...," lisannya berhenti untuk memberikan sedikit rasa yakin pada nalurinya. "Aku akan ke Amerika."
Jason mengangkat kepalanya yang masih tertunduk ' mengapa? ' tanda tanya besar mengenai pernyataan Charles. "Apa tuan Emanuele yakin akan ke Amerika? Bagaimana jika...,"
Mendengar keraguan tersirat di wajah Jason, Charles tersenyum sinis agar Jason mengurungkan niat untuk melanjutkan keingintahuannya serta meyakinkan kepada Jason setiap kemauan dirinya tidak ada yang tidak mungkin dan harus terlaksana.
Tanpa kata bantahan Jason pergi dengan rasa enggan untuk kedua kalinya memberi pertanyaan, Charles kembali menatap ufuk dengan semangat menyertai kemauannya yang membara ' Lizzy, aku akan menepati janjiku padamu. Syarat itu akan aku musnahkan dan kembali mendekap tubuh mu dengan erat '.
Saat terlalu indah mengenai semua angannya, Charles melirik kearah lain yang sedikit mencurigakan perasaannya dan terlihat seseorang ' sniper ' bersembunyi dibalik tanaman hias di atas gedung lain. Merasa target telah menyadari keberadaannya, sniper dengan cepat berusaha menghindari Charles.
Merasa sering dipermainkan oleh musuh yang tak bisa ia pahami, Charles membuka panel jendela balkon dan berlari mengejar sniper itu. Ia melompat pada satu titik atap gedung yang lebih rendah serta tatapan beringasnya tidak lepas dari sosok pria berpakaian jas rapi tengah melarikan diri.
Kini langkahnya sejajar dengan sniper yang juga berusaha lebih cepat dengan jejaknya, meski jarak antar gedung terlalu jauh namun otak dari Si Rubah berputar dengan cepat agar dapat mencengkeram tubuh pria itu. Suara tembakan terarah pada tubuhnya namun itu hanya sia-sia dan membuat Charles semakin geram, dengan sedikit tertunduk menghindari peluru yang melesat ia kembali melompat pada satu gedung yang lebih tinggi.
Charles memegang pipa air yang melilit di bagian atap gedung lainnya, menyadari akan pipanya tak mungkin bertahan lama menahan berat ia mengangkat tubuhnya dengan kekuatan otot lengannya menuju ke atas.
Merasa targetnya sudah mulai dekat, laki-laki itu kembali melayangkan pelurunya namun kecewa kembali ia dapatkan, Charles berhasil lolos dari tembakan kesekian kalinya.
Merasa mendapat olokan Charles menambah kecepatan dalam berlari, kini tinggal satu gedung yang memisahkan jaraknya dengan sniper itu. Ia berhenti sejenak menatap jarak dalam permeter, memberi aba-aba pada otak kanannya agar dapat mencapai gedung tempat singgah sniper itu.
Melihat sniper itu berhenti, Charles menatap tajam ' kau seharusnya tetap berlari ' dengan semua triknya Charles berlari sangat cepat agar kakinya dapat melompat dengan jarak panjang dan menapak dengan sempurna di atas gedung tempat sniper itu berhenti.
Tubuh Charles sedikit lebih rendah ketika telah mendarat di atas penutup bangunan, ia terus mengejar penembak jitu yang tidak dapat ia tahu apa motifnya.
Charles mendorong kuduk pria itu hingga terjatuh ke depan, ia meraih laras panjang lelaki itu, merebut dan memukulkan bagian tumpulnya ke kepala pria itu.
Darah dari hasil luka lebam menetes di pelipisnya, ia meronta berusaha terbebas dari jeratan tangan Charles yang kuat. Tapi sekali lagi, cengkeraman tangan si Rubah akan sangat menyakitkan jika mendapat perlawanan berarti. Pria itu mengepalkan tangannya memukul-mukul dasar atap gedung berusaha menahan rasa sakitnya,
"Siapa kau? Dan mengapa berani mengarahkan peluru ini kepadaku hah?! Apa kau tidak tahu siapa aku?" Jeratan tangan Charles sedikit di pudar kan agar tenggorokan pria itu dapat menghasilkan suara dengan frekuensi jelas.
"Aku hanya sedang mencari uang, lepaskan aku!" Sniper itu mencoba merangkum perlawanan.
"Jangan membuatku marah, aku akan membayar lebih jika kau mau memberi tahu siapa yang menyuruhmu." Lengannya kembali mencekal menciptakan rasa sesak di tenggorokan pria itu, matanya membesar melalui pelupuk mata serta suara khas dari cekikan yang tercipta. Charles mengarahkan lubang peluru di rongga mulut pria itu dan seketika sang pemiliknya merasa ngeri.
"O--oh... Ja--jangan Tuan, ampunilah saya!" Charles menarik pelatuk agar saat telinganya bosan mendengar rengekan pria itu, Charles sangat mudah memusnahkan gelombang itu dengan luapan emosi yang memuncak. Pria itu kembali mengulang perkataan basinya.
"B-baik s...saya, saya akan mengatakan yang sebenarnya." Mendapatkan kepuasan hasil tawaran ini Charles mengendurkan pegangan di leher pria yang hampir mati olehnya.
"Katakan sekarang! Atau peluru ini yang akan menjawab ku!" Dengan sedikit terbata namun berusaha untuk jelas pria itu mengambil nafas disertai batuk.
"Bersiaplah menyambut kedatangan atas kekalahan Allighiero Company."
'terdengar suara tembakan' Charles menarik pelatuk laras panjang milik pria itu, lelehan darah segar keluar dengan cepat menggenangi dasar atap gedung, lubang luka pada pelipis pria itu membuat Charles kurang puas karena tak mendapatkan informasi lebih.
"Jangan menantang ku! Karena aku akan sangat bersemangat dengan tantangan."
Lutut Charles berusaha menopang tubuhnya sendiri untuk bangun dan meninggalkan mayat sniper yang tergeletak, ia menunduk sambil melihat kain jasnya yang terkena percikan darah. Langkahnya pelan dengan sedikit perasaan murka atas raut pria itu seakan dirinya telah diancam, bukan! Lebih tepatnya sedang memberikan pengaruh agar ia lalai dalam balutan emosi.