Harum, lusuh, terhiasi berbagai lubang tercecer pada bagian lengan baju putih yang tak menampakkan cerahnya lagi melekat di dekapan d**a Lizzy, mendebat pada kalbu bahwa kekasihnya telah melebur dari angan yang mengunci nama 'Charles' di hatinya. Secercah cahaya terang Charles kini telah redup meninggalkan dirinya sendiri saat iris kehijauan Lizzy meneliti setiap huruf yang tertulis pada selembar kertas.
Air lelehan dari matanya kini telah mengering melingkupi seluruh dunianya, Lizzy baru saja meratapi suatu nasib di mana orang terkasih yang telah melahirkan dirinya pergi meninggalkan kehidupan fana ini. Kini kesendirian Lizzy melanda di setiap waktu yang mengukir sejarah di dalam pikiran.
"Kau ada disini sayang? Ibu mencarimu."
Hamparan ilalang yang terlihat indah di mata Lizzy ter jeda oleh suara ibu tirinya bernama Stephanie Meyer yang merupakan adik dari ibu kandung Lizzy.
Dengan membelai lembut rambut Lizzy yang tergerai sempurna mengibaskan raut wajahnya yang jelita, Stephanie mengabulkan senyum manis palsunya mengajak Lizzy menemui seseorang yang telah menunggu cukup lama di kediaman mereka,
"Bisakah bibi menunda pertemuan ku dengannya?" tampaknya permohonan Lizzy akan sia-sia.
"Panggil aku ibu sayang! Aku sekarang adalah orang terpenting untukmu." dengan intonasi dari seorang penipu, Stephanie kembali memperdaya kepolosan Lizzy.
"Ibu tidak akan memaksakan kehendak mu Liz, biar ibu tanggung semua sendiri tanpa melibatkan hidupmu." kepolosan seorang Lizzy tergugah oleh air mata palsu ibu tirinya, dia memeluk Stephanie sembari menyeka air mata palsu itu.
Dengan anggukan singkat Lizzy seperti peri kecil membuat Stephanie tersenyum menang ' akhirnya kelinci ini menurut juga ' hati Stephanie menari di atas keserakahan.
[...]
Di sebuah jalan setapak terlihat rumah kecil dengan papan yang telah menghitam karena faktor usia terpampang Ferrari F60 America dengan angkuh di depan halaman rumah Lizzy. Mobil mewah edisi terbatas itu milik CEO muda tampan berwajah khas Amerika latin, berusia 34 tahun asal New York bernama Gregory Ed Portman. Ia merupakan pria yang dimaksud oleh Stephanie untuk dinikahkan dengan Lizzy.
Greg segera mematikan ujung tembakau yang menimbulkan kepulan tidak nyaman bagi Lizzy, dan tanpa basa-basi Greg melekatkan tangannya di pinggang kemudian mencium bibir Lizzy yang membuat perasaan Lizzy muak namun tak mampu berbuat banyak.
Alasan Stephanie menikahkan Lizzy hanya karena ia mempunyai sangkut paut masalah hutang piutang mantan suaminya. Dan bukan hanya itu, Stephanie terikat sebuah perjanjian rahasia dengan pria yang berusia bermata cokelat itu dan tidak mampu melunasi serta menepati janjinya. Laku ide Greg muncul dan menyarankan agar Lizzy menjadi istrinya. Rasa serakah Stephanie terbayar dengan melibatkan gadis yang masih berusia 20 tahun itu di pelukan Greg yang tampan, posesif dan arogan.
"Bagaimana Sweet Heart? Kapan kau mau aku menikahimu hm?" tanya Greg ketika ia berhenti mencium bibir Lizzy.
Lizzy merasa tidak suka dengan rengkuhan tangan Greg memeluk pinggangnya erat. Belum sempat lidah Lizzy mengatakan sesuatu, Stephanie yang sedari tadi menunggu momen ini pun menjawab dengan cepat dan mudah.
"Liz meminta waktu satu Minggu Greg, iya kan sayang?" sambung Stephanie tanpa peduli meski itu bukan rencana Lizzy.
Lizzy yang terpuruk atas kepergian ibu kandungnya serta terlengkapi dengan hilangnya keberadaan Charles, membuat Lizzy mengangguk lemah. Ia pasrah karena sudah tidak ada lagi harapan apapun meski batin Lizzy menjerit keras namun semua orang seakan tuli dan hanya menari di atas penderitaan yang dialaminya. Dengan masih menggenggam kertas tergores tinta milik Charles, Lizzy berkata dalam hatinya yang paling dalam 'aku akan menuruti permintaan mu Charl, dan aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku akan melupakanmu untuk selamanya'