Brak!
Nadia maju ke samping Aryan dan menggebrak meja makan tersebut tanpa sadar karena tersulut emosi.
"Kau bilang aku apa?" tantang Nadia.
Aryan bangkit dan menendang kursi makannya menjauh. Ia menatap Nadi dengan tatapan tajam dan menunjuk gadis itu dengan wajah geram.
"Kau menantangku?" tanya Aryan.
Nyonya Sharee melirik ke arah Hendrawan yang masih tak percaya dengan adegan di hadapan mereka. Baru umum ada seorang gadis yang mampu menantang seorang Aryan Khan.
Nadia baru sadar ia baru saja menantang Tuan Muda di rumah ini. Gadis itu mulai merasakan tubuhnya gemetar.
Pria itu melangkah menghampiri Nadia. Kepala gadis itu langsung menunduk dan tak berani menatap lelaki yang kini berada di hadapannya itu.
Aryan menyentuh dagu gadis itu dan mengangkat wajahnya sampai ia temukan bola mata cokelat dengan bulu mata lentik gadis itu.
"Kenapa kau diam, bukannya tadi kau menantangku?" tanya Aryan seraya menelisik wajah gadis itu.
"Ta-tadi itu, ummm… maksudku, Andaseharusnya tidak menghina seorang perempuan apalagi tadi Anda bilang saya itu jelek," ucap Nadia.
"Anda?"
"Ma-maksud saya, Tuan."
"Kau punya cermin kan di kamarmu?" tanya Aryan.
Nadia menganggukkan kepalanya sampai sentuhan tangan Aryan di dagu itu terlepas.
"Kalau kau punya cermin harusnya kau tau kalau wajahmu ini tak menarik untuk dilihat," ucap Aryan mencibir gadis itu.
Kedua tangan Nadia mulai mengepal. Kesabaran gadis itu mulai hilang lagi saat terus-terusan mendengar cibiran dari Tuan Muda menyebalkan itu.
Jiwa tomboi gadis itu mulai muncul dan teringat kalau waktu di sekolah dulu dia juga berkelahi dengan para murid laki-laki yang menyebalkan. Nadia mencengkeram kerah Aryan tiba-tiba sampai membuat pria itu terlihat tersentak dan mundur beberapa langkah.
Ia tak menyangka kalau gadis mungil di hadapannya itu akan bertindak nekat di hadapan para asisten rumah tangga bahkan di hadapan sang nenek.
"Belum pernah, ya, itu roti sandwich masuk ke mulut kamu sama piringnya sekalian," ancam Nadia dengan wajah geram.
Wajah gadis itu sudah mendekat ke arahnya dan membuat jantung pria itu berdegup kencang. Perasaan aneh yang menggelitik ke dalam tubuhnya seolah ada kupu-kupu yang ingin ke luar dari tubuh pria itu.
Aryan langsung menepis kedua tangan gadis itu dan mendorongnya karena tak ingin larut dengan adegan barusan. Ia langsung menghampiri Pak Hendrawan dan berucap dengan tegas, "pecat gadis itu!"
"Enggak usah dipecat, saya ke luar dari rumah ini sekarang juga!" bentak Nadia.
Nyonya Sharee bangkit dari kursinya dan berusaha menenangkan Nadia. Dia tau gadis itu telah membuat sosok Aryan berbeda barusan. Oleh karena itu, ia ingin menahan gadis itu agar jangan pergi dari rumahnya. Lagipula ada sesuatu juga yang seolah membuatnya tak ingin gadis cantik itu pergi.
"Nadia tetap di sini, cuma Nenek yang bisa pecat dia," ucap Nyonya Sharee.
"Tapi, Nek—"
Aryan makin tajam menatap ke arah Nadia.
"Dia tetap di sini, dan dia juga yang akan menjadi model menggantikan Nabila," ucap Nyonya Sharee tersenyum hangat pada Nadia.
Hendrawan melangkah menghampiri Nyonya Sharee dan Nadia.
"Kau hendak berbuat apa?" tanya Aryan.
"Saya mau menyiapkan Nona muda ini, Tuan, sesuai perintah Nyonya besar," jawab Hendrawan.
Aryan makin geram dengan menendang kursi di hadapannya. Akan tetapi, ia terantuk kaki kursi tersebut dan hampir saja jatuh saat hendak melangkah menuju mobilnya.
Semua yang melihat kejadian itu berusaha untuk menahan tawa melihat kelakuan Aryan barusan. Pria itu tetap bersikap tenang dan gagah saat melanjutkan langkahnya.
"Hahaha… bukankah dia lucu sekali," ucap Nyonya Sharee.
"Bagiku tetap menyeramkan, Nyonya," jawab Nadia seraya tertawa.
*
Setelah mengirimkan foto Nadia dengan menjadi model tas kain untuk Tuan Egan, Hendrawan kembali meminta Nadia untuk ikut ke kantor bersamanya.
Nadia menoleh ke arah Nyonya Sharee yang mengiyakan ajakan Hendrawan dan mempersilakan gadis itu untuk pergi mengikuti asisten Tuan Aryan tersebut.
"Enggak ada mobil lain, Pak?" tanya Nadia saat melihat Aryan duduk di kursi belakang mobil jaguar warna hitam itu.
"Ini memang mobil yang akan saya kendarai, Nona, silakan masuk!" ucap Hendrawan.
"Jangan panggil aku Nona, panggil saja Nadia," ucap gadis itu dengan senyum hangat.
Aryan memperhatikan senyum gadis itu sekilas. Tampilan gadis itu juga berbeda. Ia terlihat lebih cantik dan anggun. Akan tetapi, hatinya berusaha untuk tak larut terpesona oleh penampilan gadis itu.
"Suruh dia duduk di depan, aku tak mau dia duduk di sampingku!" titah Aryan.
"Siapa juga yang mau duduk di samping kamu, ih…" cibir Nadia.
"Kita berangkat, ya," ucap Hendrawan yang fokus menyetir.
Satu jam kemudian, mereka sampai di Egan Company. Rupanya pemilik perusahaan itu sudah menunggu bersama seorang wanita bernama Maria. Ia sedang mencari model gadis belia untuk dijadikan bintang iklan produk skincare terbarunya yang dikhususkan untuk kaum remaja.
"Selamat datang Tuan Aryan, senang akhirnya bisa bekerja sama dengan Anda," sapa Tuan Egan menjabat tangan Aryan.
"Terima kasih, Tuan Egan, saya juga senang bekerja sama dengan Anda," jawab Aryan.
Tuan Egan juga memperkenalkan Maria pada Aryan. Lalu kemudian, pandangan wanita itu mengarah pada sosok gadis yang berdiri di belakang Aryan.
"Wah, cantik sekali, benar- benar wajah baru yang pas untuk ikut audisi produk terbaru nanti," ucap Maria saat melihat Nadia.
Seorang pria dengan gaya gemulai menghampiri Nadia.
"Bagaimana kalau kita minta dia daftar, Nona Maria?" tanya pria gemulai itu.
"Aku setuju, daftarkan dia!"
Maria menunjuk ke arah Nadia.
"Aku? daftar apa?" tanya Nadia tak mengerti.
"Itu."
Pria gemulai itu menunjuk pengumuman iklan mencari model gadis belia pada layar besar di hadapannya.
Aryan langsung tertawa dengan ide yang menurutnya konyol barusan.
"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Nadia menatap pria di hadapannya itu kini dengan pandangan sinis.
"Ya, habisnya kau lucu, bagaimana mungkin gadis sepertimu bisa menjadi model, hahahaha," sahut Aryan masih menertawakan ide konyol itu.
"Hei—"
Hendrawan langsung menahan Nadia agar bersikap tenang. Pria itu juga menatap tajam ke arah Aryan agar bersikap tenang di hadapan para rekan bisnis tersebut.
"Baiklah, aku akan mendaftar," ucap Nadia dengan yakin.
"Tapi, bukannya dia akan menjadi model untuk produk tas kain milikku, kan?" tanya Tuan Egan.
"Iya, betul Tuan, ini model untuk Anda," ucap Hendrawan.
"Nah, kalau begitu, ayo kita mulai bisnis kita nanti setelah itu dia mendaftar untuk produk iklanmu," ucap Tuan Egan pada Maria.
"Baiklah, aku tunggu kedatangan gadis ini di kantorku," ucap Maria lalu pergi pamit bersama pria gemulai itu di sampingnya.
Rupanya Maria merupakan sepupu dari Tuan Egan. Gedung tersebut juga digunakan untuk kantor bersama.
Setelah melihat Nadia melakukan pemotretan untuk Tuan Egan, Aryan pergi ke ruangan yang sudah disiapkan untuknya. Aneka makanan dan kopi sudah disiapkan, tetapi bukan yang sesuai dengan yang Aryan mau.
"Saya akan membelikan kopi dan kue yang Anda mau, Tuan," ucap Hendrawan lalu pamit.
Tak lama kemudian, Nadia masuk ke ruangan tersebut. Aryan sedang duduk di sofa dengan mata terpejam. Gadis itu mendekat ke pria tersebut dan memandangnya lebih dekat.
"Kalau lagi begini sebenarnya dia ganteng juga," batin Nadia.
Kedua mata Aryan langsung terbuka menatap gadis itu.
"Apa yang mau kau lakukan, mau menggodaku, ya, atau berbuat kurang ajar kepadaku?" tanya Aryan menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya
"Percaya diri sekali Anda, oh… apa mungkin Tuan mau digoda, ya, apa ia saya tak bisa menggoda untukmu?"
Timbul rasa usil pada Nadia untuk menggoda Aryan. Ia maju beberapa langkah mendekat ke arah pria itu. Kedua tangan Nadia mengunci pria itu.
"A-apa yang akan kau lakukan?" tanya Aryan mulai salah tingkah.
"Menggodamu..."
Kedua tangan Nadia kini mendarat di bahu Aryan.
Wajah gadis itu mulai mendekat. Aryan segera menutup bibirnya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba dia merasa takut jika Anda akan nekat menciumnya di ruangan itu.
Gadis itu menurunkan kedua tangan Aryan dari bibirnya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kiri Nadia mulai berpindah ke pipi pria itu. Kini, tangan gadis itu memajukan wajah si pria mendekat ke wajahnya.
Deg...
Detak jantung Aryan berdetak lebih kencang. Jantungnya terasa melompat keluar dari rongga dadanya kala wajah gadis itu makin mendekat.
Kedua hidung mereka sudah bertemu. Nadia menahan tawanya mengerjai Tuan Muda yang terlihat pasrah itu.
"Bbuuuahhh!"
Semburan napas Nadia sampai ke wajah Aryan yang kedua matanya sudah menutup itu.
"Apa-apaan barusan itu?"
Hardik Aryan dengan nada kesal dan tatapan sinis.
"Hahaha… ngarep tuh dicium sama aku," ucap Nadia yang mendaratkan bokongnya di sofa seraya meraih kue di meja dan air mineral dalam kemasan botol.
Aryan meraih botol air mineral dari gadis itu dan membantingnya ke lantai.
"Kalau bukan karena Nenek, sudah kuhabisi kau!"
Aryan pergi melangkah ke luar ruangan meninggalkan Nadia sendiri.
"Wah, serem juga tuh cowok," gumam Nadia.
*
To be continue…