Obsesi Gila Kakak Iparku

1006 Kata
"Papa mama kenalkan ini Gerald kekasihku, " ucap Thalisa memperkenalkan Gerald pada kedua orang tuanya. Mata Sierra terbelalak saat melihat pria gila tempo hari yang tiba-tiba saja mengajaknya untuk menikah. Orang gila mana yang mau menikahi pria yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya. Gerald mencium tangan kedua orang tua Thalisa secara bergantian lalu dia berdiri tempat di hadapan Sierra sambil menyodorkan tangannya. "Hai kamu Sierra kan? Thalisa sudah menceritakan banyak hal tentangmu, " sapa Gerald begitu ramah. Sierra jelas terlihat ketakutan saat ini. Pria ini benar-benar sudah gila sekali. Karena tidak enak Sierra terpaksa menjabat tangannya. "Iya kak salam kenal, " balas Sierra lalu kembali menarik tangannya. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Gerald. Kenapa pria itu tiba-tiba saja ingin menikahi kakaknya? Sebulan kemudian pernikahan Gerald dan Thalisa digelar begitu mewah. Banyak tamu yang hadir dari kalangan kelas atas. Kedua orang tua Thalisa begitu bangga putri mereka menikah dengan pria kaya yang hartanya tidak akan habis tujuh keturunan. Siapa yang tidak mengenal Gerald Edric Nathaniel Gultom. Dia adalah pengusaha kaya yang memiliki banyak bisnis dari mulai sektor perbankan, pertanian, tambang, dan masih banyak lagi. Thalisa seperti mendapatkan durian runtuh ketika Gerald tiba-tiba melamarnya. Tanpa pikir panjang dia langsung menerimanya begitu saja. Diam-diam Gerald menatap adik iparnya yang begitu cantik malam ini. Padahal istrinya Thalisa tak jauh beda cantiknya dengan Sierra. Mungkin kesombongannya membuat Gerald sangat ingin memilikinya. "Sayang? apa kamu mendengarku? " tanya Thalisa menyadarkannya. "Maaf apa yang kamu bicarakan sayang? aku agak kurang fokus? " tanya Gerald dengan lembut. Ekor matanya melihat Sierra sedang duduk bersama dengan seorang pria tampan berambut cokelat. Dia tidak percaya Sierra malah memilih pria yang jauh lebih miskin darinya. "Lihat saja aku akan mendapatkanmu Sierra. Kamu akan menjadi milikku, " batin Gerald. *** Thalisa begitu bahagia setelah Gerald memboyongnya mansion mewah. Dia langsung menjadi nyonya kaya dalam waktu sekejap mata. Tapi Thalisa tidaklah sendiri. Dia memaksa Sierra adik bungsu kesayangannya untuk ikut bersamanya. Awalnya Sierra menolak tapi dia terus memohon pada adiknya untuk ikut karena dia takut akan kesepian di mansion sebesar ini. Tentu saja hal ini menguntungkan bagi Gerald. Dia tidak susah payah lagi untuk membawa Sierra ke sisinya. Thalisa memang benar-benar bisa diandalkan pikirnya. "Ayo masuk Sierra kamu akan suka dengan kamar barumu, " Thalisa sangat antusias menuntun Sierra masuk ke dalam mansion. Sierra sampai terbengong-bengong melihat keindahan arsitekturnya yang elegan dengan desain kontemporer di dalamnya. "Sierra anggap saja seperti rumah sendiri, " ucap Gerald. "Iya kak, " sahut Sierra sedikit takut. Dia tidak tau apa yang sebenarnya yang direncanakan oleh Gerald. Tapi dia harus pandai menjaga dirinya disini. Thalisa membawanya masuk ke dalam sebuah kamar yang tiga kali lebih luas dari kamarnya. Di sisi kanan kamarnya semuanya terbuat dari kaca sehingga Sierra bisa menikmati indahnya pemandangan perbukitan hutan pinus yang begitu indah. "Ini kamarmu Sierra kamu pasti betah tinggal disini. Kamu bisa bersantai sambil melihat pemandangan di atas balkon," ujar Thalisa. "Ehm terima kasih kak, " sebenarnya Sierra menyukai kamar lamanya. Meski tidak luas tapi dia merasa nyaman disana. Tapi sekarang dia harus bisa beradaptasi disini. "Yasudah kakak tinggal dulu ya. Kalau kamu butuh apa-apa ketuk saja kamar kakak di lantai dua ya. " Setelah Thalisa pergi meninggalkannya Sierra melihat sekitar kamarnya. Dia tertarik saat melihat lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci yang terpajang di salah sudut kamarnya. Sierra tidak tau jika di mata lukisan Mona Lisa ada kamera mikro yang amat kecil hingga tidak terlihat sama sekali oleh mata telanjang. Kamera mikro itu terus bergerak-gerak mengambil gambar disekitarnya. Ternyata Gerald sudah menyabotase kamar yang sedang ditinggali oleh Sierra. Ada beberapa kamera mikro dan alat penyadap suara yang dia pasang disana. Termasuk di dalam kamar mandi. Katakan saja Gerald sudah gila. Dia memang sudah tergila-gila dengan Sierra sejak gadis itu masih berumur 10 tahun. Entah ini cinta atau obsesi tapi Gerald sangat menginginkan Sierra menjadi miliknya. Gerald menahan nafasnya ketika melihat Sierra melepaskan pakaian yang dikenakannya hingga semua lekuk tubuhnya yang indah terlihat jelas di matanya. Gadis itu berjalan ke kamar mandi lalu membasuh tubuhnya di bawah shower. GLEK Gerald menelan ludahnya kasar. Tubuhnya memanas dan gundukannya mengeras dibalik celananya. Dia merasa b*******h dan butuh pelampiasan saat ini. Terpaksa dia mencari Thalisa untuk memuaskan hasratnya. Kebetulan Thalisa sedang berada di dalam kamarnya. Tanpa babibu lagi dia langsung mencumbunya dan mendorongnya diatas ranjang. Tentu saja Thalisa dengan senang hati melayaninya. "Ahh mas" desah Thalisa menikmati hujamannya. Saat ini dia membayangkan sedang menyetubuhi Sierra adik iparnya sendiri. Bayangan tubuh Sierra masih terekam jelas dalam ingatannya sampai membuatnya mencapai puncak yang paling tinggi. Dia tidak sabar menunggu hari untuk memiliki Sierra seutuhnya. Malam harinya seperti biasa Sierra akan menelpon kekasihnya Andrew. Sudah satu minggu ini mereka tidak bertemu karena kesibukan Andrew pada pekerjaan barunya. "Bagaimana disana apa kamu nyaman? " tanya Andrew. "Iya sayang tapi aku lebih suka kamar lamaku. Kapan kita akan bertemu lagi? " tanya Sierra merindukan kekasihnya itu. "Minggu depan aku libur kita bisa kencan sepuasnya. Aku akan menuruti kemanapun kamu mau pergi, " jawab Andrew. "Kalau begitu bagaimana kalau kita makan malam di restoran biasa? lalu setelah itu kita berjalan-jalan mengelilingi kota? " usul Sierra. "Baiklah kalau begitu. Apapun yang kamu inginkan sayang. Sekarang tidurlah besok kan kamu kuliah, aku juga harus bekerja untuk mengumpulkan uang demi pernikahan impian kita. " Sierra tersenyum tak sabar menyandang nama belakang Andrew suatu hari nanti. "Iya sayang selamat malam aku mencintaimu, " ucap Sierra malu-malu. "Iya sayang aku juga mencintaimu good night. " balas Andrew di ujung telepon "Good night too. " Setelah panggilan telepon berakhir Sierra menaruh ponselnya di sampingnya dan mematikan lampu tidurnya. Kemudian dia memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya. Tiba-tiba hujan turun dengan deras dan petir menyambar-nyambar diatas langit. Terlihat bayangan seseorang memperhatikan Sierra yang sedang tertidur. Ternyata orang itu adalah Gerald. Gerald melangkah mendekati Sierra perlahan-lahan dan memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah. Paha mulus gadis itu terekspos jelas sampai membakar kembali gairahnya. "Kamu sangat cantik Sierra, aku tidak akan membiarkan kamu menjadi milik orang lain, " ucap Gerald sambil menjilat bibir bawahnya. Tangan Gerald bergerak untuk menyentuhnya tapi tiba-tiba saja Sierra mengeluarkan suaranya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN