The Hottest CEO 12 : Sisi Baru

1563 Kata
    “Apa kau gila?!” tanya Luna dengan nada tinggi.     Luna sama sekali tidak mempertahankan sikap profesionalnya di hadapan sang bos besar, walauapun saat ini dirinya dan Dominik masih berada di perusahaan dan masih dalam jam kerja. Luna terlihat begitu marah dengan napas yang terengah-engah. Dominik sendiri duduk bersandar pada meja kerjanya yang luas dan besar. Dominik tampak menikmati ekspresi kemarahan yang saat ini tengah Luna tampilkan di hadapannya. Dominik bahkan terlihat tidak ragu menampilkan ekspresi senang yang tentu saja membuat Luna semakin marah saja.     “Apa kau sama sekali tidak ingin menjelaskan apa pun dengan apa yang terjadi? Kenapa namaku, fotoku, bahkan rencana pernikahan yang sama sekali tidak kuketahui bisa terpampang di berbagai surat kabar bahkan di artikel di internet?!” tanya Luna lagi dengan nada yang masih sama tingginya. Namun, sepertinya nada saat ini lebih tinggi daripada nada yang sebelumnya Luna gunakan.     Ya, apa yang dikatakan oleh Luna memang kenyataannya. Secara tiba-tiba, tadi pagi Luna melihat headline surat kabar adalah nama dirinya dan kabar pernikahannya dengan seorang CEO hot yang tak lain adalah Dominik sendiri. Hal yang membuat marah Luna adalah, kabar tersebut juga dicetak secara resmi dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang tentu saja bisa diketahui hingga negeri asalnya. Luna merasakan kepalanya pening bukan main saat ini.     Dalam artikel yang diterbitkan di internet, Luna bisa membaca bagaimana penggambaran para media mengenai hubungannya dengan Dominik. Mereka menyebut jika Dominik dan Luna saling mencintai, bahkan cinta mereka begitu dalam. Cinta pada pandangan pertama yang membuat keduanya sama sekali tidak bisa membuang waktu untuk segera melangkah pada jenjang yang lebih serius. Bahkan, ada kabar yang mengatakan jikda Dominik ternyata sudah mempersiapkan semua hal yang berkaitan dengan pernikahannya dengan sang kekasih hati.     “Apa yang membuatmu semarah ini? Bukankah kita sudah sepakat dengan pernikahan—ah, maaf. Maksudmu, kau sendiri yang menjanjikan akan memberikan apa pun padaku, asal kau terselamatkan dari Ignor, bukan? Maka ini adalah hal yang aku inginkan sebagai hadiahku. Aku hanya ingin hal itu, dan kau wajib mengabulkannya. Tidak perlu ada hal yang perlu kita bicarakan lagi dalam masalah tersebut, dan marilah kita membangun sebuah rumah tangga yang bahagia,” ucap Dominik membuat Luna benar-benar marah.     Kemarahan itu membuat Luna berderap dan menendang tulang kering Dominik menggunakan ujung sepatu hak tingginya yang lancip. Tentu saja hal itu cukup menyakitkan bagi Dominik. Namun, Dominik tidak meringis atau apa pun. Hal yang terjadi malahan Dominik menangkap tubuh Luna yang hilang keseimbangan, dan membuat Luna jatuh ke dalam pelukannya. Hidung Luna terantuk pada d**a bidang Dominik dan membuat Luna meringis. Luna mengusap hidungnya terasa sakit.     Dominik yang melihat hal tersebut menunduk dan mencium ujung hidung Luna yang memerah. Hal tersebut membuat pipi Luna yang putih bersih dan sehat, memerah dengan cantiknya. Luna menipiskan bibirnya merasa begitu kesal dengan apa yang dilakukan oleh Dominik. Ia mendongak dan berniat untuk menyemprot Dominik dengan kemarahannya lagi, tetapi Dominik sudah lebih  dulu memagut bibir Luna yang terlihat sangat menggoda baginya.     Luna berontak dan mengulurkan tangannya untuk menjambak rambut Dominik. Tentu saja Dominik melepaskan pagutan pada bibir Luna dan tertawa keras karena apa yang dilakukan oleh Luna tersebut. Dominik tampak seperti masokis yang bahagia karena disiksa oleh kekasihnya. Tingkah Dominik tersebut benar-benar membuat Luna semakin kesal dan memperkuat jambakannya pada rambut Dominik. Namun hal tersebut masih saja tidak membuat Dominik merasa sakit dan malah meledakkan tawanya semakin keras, seakan-akan sengaja menggoda Luna.     Harry yang masuk ke dalam ruang kerja tuannya, tersedak saat melihat kegilaan sang tuan. Harry berdeham dan tentu saja membuat Luna serta Dominik menoleh pada sumber suara. Luna yang menyadari posisinya saat ini bisa menimbulkan kesalahpahaman, Luna pun segera melepaskan dirinya secara paksa dari Dominik. Luna pun merapikan tampilannya sebelum ke luar dari ruangan tersebut. Tentu saja, Luna menyempatkan dirinya untuk menghadiahkan sebuah injakan yang terasa menyakitkan bagi Dominik.     “Aku sama sekali belum selesai denganmu, nanti malam kita akan melanjutkan pembicaraan ini,” bisik Luna sembari melewati Dominik.     Begitu Luna sudah ke luar, Harry pun mendekat pada Dominik dan meminta maaf, “Maaf Tuan, saya mengganggu waktu Anda dengan Nona Luna.”     Dominik menatap datar lalu memilih untuk segera beranjak menuju sofa dan duduk dengan nyaman di sana. “Ada apa?” tanya Dominik.     “Klan Bogdan ternyata benar-benar menjadi dalang dalam beberapa penyerangan pada beberapa gudang kita, dan menjadi dalang pada salah satu kekacauan di pesta yang kemarin Tuan serta Nona Luna datangi bersama,” ucap Harry melaporkan apa yang sudah ia dapatkan.     Dominik yang mendengarnya mengangguk. “Siapa lagi yang menjadi dalang dari semua hal yang membuat sakit kepala seperti itu, jika bukan si k*****t Ignor orangnya,” ucap Dominik sembari mengetatkan rahangnya.     “Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Tuan?” tanya Harry.     “Tentu saja serangan balasan. Aku dengar, ada pesanan narkoba dalam jumlah besar yang akan ia kirim tengah malam ini. Berikan informasi tersebut pada polisi. Jangan lupakan untuk menyebut tempat transaksi mereka sedetail mungkin. Ah, aku sama sekali tidak merasa keberatan harus tersingkir untuk sementara waktu dari headline berita, dan digantikan dengan berita mengenai penangkapan anak buah si k*****t itu.”     Harry yang mendengar ucapan Dominik tentu saja mengangguk. Ia sudah menunggu saat-saat seperti ini. Selama ini, Dominik sudah terlalu bersikap sabar dan membiarkan Ignor bertingkah dengan para antek-anteknya yang tidak memiliki otak itu. Harry tentu saja sudah sangat ingin memberikan pelajaran pada mereka yang bersikap meremehkan sang ruang dan seluruh klan. Harry pun menyeringai saat dirinya yakin, jik sang tuan pastinya sudah memiliki banyak daftar mengenai bagaimana caranya untuk memberikan pelajaran pada Ignor.       ***           “Masuk!”     Luna mengatur napasnya sebelum membuka pintu yang barusan ia ketuk. Luna masuk ke dalam ruang kerja milik Dominik, dan melihat sang pemilik ruangan tengah berkutat dengan kertas-kertas yang tentu saja berisi berbagai kalimat dan perjanjian penting yang bernilai jutaan dolar. Namun, melihat jika yang masuk adalah Luna, Dominik pun sama sekali tidak keberatan untuk meninggalkan semua pekerjaannya demi menghadapi Luna yang sudah dipastikan memiliki banyak hal yang ingin dibicarakan dengannya.     “Duduklah,” ucap Dominik dan tentu saja dituruti oleh Luna yang tampak begitu cantik dengan tampilan naturalnya yang memang selalu malas untuk berias jika tengah tidak dalam tugasnya sebagai seorang sekretaris.     “Tunggu dulu, sebelum memulai pembicaraan, biarkan aku menyediakan sedikit kudapan lezat dan teh hangat untuk kita,” ucap Dominik menyela Luna yang semula terlihat akan memulai pembicaraan.     Dominik pun membuat panggilan pada staf dapur dan meminta mereka menyiapkan apa yang Dominik inginkan. Untungnya, karena Dominik sebelumnya sudah mewanti-wanti pada mereka, staf dapur sama sekali tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan apa yang Dominik inginkan. Ada sekitar empat pelayan yang menyajikan berbagai camilan dan set teh bagi Dominik dan Luna yang tampak tenang. Setelah semua tersaji, Dominik segera mengusir para pelayan dan meminta merkea untuk menutup pintu dengan rapat.     Setelah itu, barulah Dominik menatap Luna dan berkata, “Silakan.”     Luna menghela napas dan bertanya, “Aku perlu jawaban yang paling jujur darimu. Apa alasanmu mau menikahiku?”     Dominik terdiam. Meskipun dirinya yang memang sudah terlatih sejak kecil untuk memiliki insting tajam dan sudah memperkirakan jika Luna akan mempertanyakan hal ini padanya, tetapi tetap saja dirinya merasa agak aneh saat ada perempuan yang menanyakan hal ini secara langsung padanya. Dominik menatap Luna yang tentu saja tengah menunggu jawaban darinya. Dominik tersenyum tipis.     “Ada dua alasan. Pertama, alasannya adalah apa yang kamu janjikan padaku. Yaitu, kau yang menjanjikan akan memberikan apa pun yang aku inginkan,” jawab Dominik lagi-lagi membuat Luna ingin merutukki dirinya sendiri.     Jika saja Luna lebih berhati-hati dalam berbicara, pasti hal seperti ini tidak akan terjadi. Dominik tidak akan melakukan hal segila ini. Ya, bagi Luna, Dominik yang mengajaknya menikah adalah hal tergila baginya. Bagaimana mungkin Dominik yang memiliki status yang tinggi dan menjadi incaran begitu banyak wanita dari berbagai lapisan masyarakat, kini malah memilih dirinya untuk dinikahi. Apalagi, mereka saling mengenal tidak dalam rentang waktu yang lama. Rasanya, logika Luna sama sekali tidak bisa menerima semua ini dengan begitu saja.     Namun tunggu, tadi Dominik mengatakan jika dirinya memiliki dua alasan. Luna mengangkat pandangannya dan terkejut saat Dominik sudah berada di hadapannya, hal tersebut membuat Luna secara refleks menempelkan punggungnya pada sandaran sofa. “Kenapa sedekat ini?!” tanya Luna dengan nada yang tidak terkontrol.     “Aku ingin memberitahumu mengenai alasan kedua. Jadi, aku harus sedekat ini,” ucap Dominik dengan mengurung Luna menggunakan kedua tangannya.     Luna tampak gelisah. Dominik yang melihat hal tersebut terdiam untuk beberapa saat. “Alasan keduaku adalah, aku mencintaimu, Luna. Jantungku berdetak dengan gilanya hanya karena melihatmu seperti ini. Dan ketika aku mencium dirimu seperti ini,” ucap Dominik lalu mencium bibir Luna dalam singkat dan membuat Luna terkejut dan merasakan jantungnya berdetak dengan gilanya. “Aku akan semakin menggila. Aku merasa tidak bisa menahan diri untuk menarik dirimu ke atas ranjang dan menggaulimu saat itu juga.”     Luna yang mendengar hal tersebut tentu saja merinding. Apa lagi dengan kondisi Dominik yang sedekat ini dengannya. Luna takut jika Dominik melakukan hal gila saat ini. Hal itu tentu saja terbaca oleh Dominik, dan Dominik pun berkata, “Tapi karena aku mencintaimu, aku sama sekali tidak ingin memaksamu. Aku tidak ingin menodaimu, Luna. Aku ingin mengesahkan hubungan kita dalam sebuah ikatan suci, dan saat itulah aku berhak untuk menyentuhmu, menggaulimu, serta melindungimu.”     Saat itulah Luna merasakan jantungnya berdetak dengan tak karuan. Luna sama sekali tidak bisa menampik rasa bahagia yang memenuhi hatinya. Luna merasa jika Dominik memperlakukannya sebagai seorang perempuan terhormat dengan berusaha untuk menjaga kerhormatannya dan tidak memaksa untuk menyentuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN