Luna menepuk-nepuk rambutnya yang basah. Ia memang baru saja selesai mandi keramas demi menghilangkan semua hairspray yang membuat rambutnya kaku, dan terasa tidak nyaman. Saat ini, Luna hanya mengenakan sebuah kimono handuk, karena pakaiannya masih berada di atas ranjang. Namun, begitu ke luar dari kamar mandi, Luna terkejut dengan Dominik yang tengah duduk bertelanjang d**a di tepi ranjang.
Bukan, bukan keberadaan Dominik yang setengah telanjang yang membuat Luna merasa terkejut. Namun, apa yang tengah dilakukan oleh CEO hot itu saat ini. Dominik tengah mengangkat celana dalam dan bra milik Luna ke udara, dengan kedua netra yang tertuju pada kedua benda tersebut. Dominik menampilkan ekspresi yang sangat serius, seakan-akan dirinya tengah menganalisa kedua benda tersebut. Tentu saja, hal itu membuat wajah Luna merah padam.
“Apa kau memang sudah benar-benar berubah menjadi gila?” tanya Luna sembari berderap dan berniat untuk meraih kedua benda keramat yang seharusnya tidak dilihat atau disentuh seperti itu oleh Dominik.
Namun, Dominik sudah membaca apa yang akan dilakukan oleh Luna dan memilih untuk melemparkan kedua barang tersebut hingga jatuh ke sisi ranjang yang lain. Luna yang melihat tingkah Dominik tentu saja menggeram kesal dan berkata, “Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan di sini?! Keluar, jika kau hanya ingin menggangguku saja.”
“Kenapa aku harus ke luar dari kamarku sendiri? Lalu, kenapa kau semarah ini? Apa karena sepasang pakaian dalam tadi?” tanya Dominik seolah-olah tidak merasa bersalah atas apa yang sudah ia lakukan, dan jelas hal tersebut membuat Luna semakin kesal saja.
Luna pun malas untuk menanggapi Dominik dan berniat untuk melangkah menuju sisi ranjang yang lain untuk mengambil pakaian dalamnya. Hanya saja, Dominik tiba-tiba meraih tangannya dan membuat Luna jatuh terlentang di atas ranjang. Belum selesai sampai di situ, Dominik naik ke atas tubuh Luna dengan posisi mengangkangi, dan kedua tangan yang menahan tangan Luna yang memberontak. “Lepas, jangan bertindak seenaknya Tuan Yakov!” seru Luna mulau merasa cemas dengan situasi ini.
“Aku sama sekali tidak melakukan tindakan seenaknya, Luna. Aku melakukan apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin baru di malam pertama mereka. Jangan lupakan fakta, jika saat ini kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri, Luna. Dan aku berhak untuk menyentuhmu, kapan pun dan di mana pun. Jika kau menolakku, itu berarti kau tengah menantangku untuk memberikan sebuah hukuman yang membuatmu mengerang sepanjang malam,” bisik Dominik tepat di depan bibir Luna yang seidit terbuka.
Mengerikan. Sungguh mengerikan. Di mata Luna saat ini, Dominik tak ubahnya seekor serigala jantan yang tengah menatap mangsanya. Luna ketakutan, ia takut jika Dominik bersikap kasar padanya. Luna tidak memungkiri, jika dirinya enggan untuk memberikan hak Dominik sebagai seorang suami. Namun, Luna sendiri sadar jika dirinya memang harus memberikan hak Dominik, agar dirinya juga mendapatkan hal yang seharusnya. Ini memang bukan pernikahan yang diharapkan oleh Luna, tetapi ini pernikahan yang ingin Luna pertahankan selama hidupnya. Luna tidak ingin ada perceraian dalam hidupnya.
Namun, Luna tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia takut dengan apa yang akan ia lakukan bersama dengan Dominik beberapa saat lagi. Semua teman Luna rata-rata sudah menikah dan memiliki anak. Tentu saja, bukan hal tabu bagi Luna mendengarkan kisah-kisah temannya perihal pengalaman di atas ranjang. Dan semua teman Luna berkata, jika pengalam pertama selalu menyakitkan. Ya, Luna takut dengan hal itu, apalagi mengingat Dominik yang sedikit pemaksa.
Rupanya, kekhawatiran Luna saat ini dengan mudah dibaca oleh Dominik. Pria itu pun melepaskan kedua tangan Luna dan memilih untuk menangkup wajah manis istrinya itu. Dominik menunduk untuk menanamkan sebuah kecupan hangat di kening Luna. “Aku tidak akan bertindak kasar. Aku tau, ini adalah pengalaman pertamamu. Aku akan sangat berhati-hati, karena aku sama sekali tidak akan melukai istriku sendiri,” bisik Dominik membuat hati Luna sedikit tenang.
Dengan sedikit anggukkan, Dominik pun mendapatkan izin dari Luna untuk memulai saah satu acara sakral bagi pasangan suami istri muda. Dominik menggendong Luna agar istrinya itu bisa berbaring dengan lebih nyaman di tengah ranjang luas tersebut. Dominik sama sekali tidak menghias kamar pengantin seperti para pengantin lainnya. Dominik merasa itu tidak penting. Hal yang terpenting adalah seberapa intensnya kegiatan panas di atas ranjang, dan seberapa puas pasangan kita.
Dominik memberikan ciuman yang rupanya dibalas dengan ragu-ragu oleh Luna. Dominik sedikit menyeringai saat menyadari jika Luna memang sudah membuka dirinya. Dominik mengulurkan tangannya dan melepas simpul kimono handuk yang dikenakan oleh Luna. Lalu melepaskan ciumannya untuk melihat keindahan tubuh sang istri. Dominik pun berdecak kagum. “Tuhan benar-benar tengah tersenyum saat menciptakanmu, Luna. Kau benar-benar indah,” bisik Dominik penuh kejujuran dan melahap sesuatu yang membuat Luna tak kuasa untuk menahan lolosan erangan yang seumur hidupnya tak pernah ia keluarkan.
Jemari kaki Luna menekuk ke dalam, seolah-olah menahan diri untuk tidak mengekspresikan perasaan yang saat ini menghantam dirinya seperti gelombang ombak yang membuatnya berulang kali terhempas. Namun, Dominik sama sekali tidak memberi kesempatan bagi Luna untuk bertindak malu-malu. Dominik menyerang Luna bertubi-tubi dengan sentuhannya yang berpengalaman hingga punggung Luna melengkung dengan indahnya. Dominik menyeringai saat melihat bagaimana tubuh Luna mengekspresikan pencapaiannya.
Dominik kembali menindih Luna dan menyeka keringat yang membasahi kening sang istri. Dominik menyempatkan diri untuk menanamkan sebuah kecupan pada keningnya sebelum membuat jejak demi jejak di leher dan d**a bagian atasnya. Saat ini, kulit putih bersih Luna sudah benar-benar dihiasi oleh bercak-bercak merah keungunan yang jelas tidak akan hilang satu atau dua hari saja. “Luna, kita akan memulai hal yang paling penting. Ini mungkin akan terasa sakit, tetapi itu hanya akan terasa di awal saja. Aku harap kau bisa menahannya sesaat,” ucap Dominik lalu bersiap dengan posisinya.
Namun, tiba-tiba Luna terhempas dari gelombang gairah yang sebelumnya menenggelamkannya. Luna menggeleng dan menutup dirinya. Luna tampak takut dan cemas. Dominik menghela napas panjang. “Aku tidak akan membuatmu terluka, ini rasa sakit yang wajar dirasakan oleh para gadis di malam pertama mereka. Jadi, percayalah padaku, oke?”
Luna menggigit bibirnya, dan mengangguk pelan. Ia menggenggam keua pergelangan tangan Dominik sebelum berkata, “Tapi tolong pelan-pelan. Jika aku memintamu berhenti, kau berjanji untuk menghentikannya?”
Dominik mengangguk. “Ya, aku berjanji. Tapi, aku tidak yakin jika kau akan memintaku untuk berhenti melakukan kegiatan yang akan membawamu—ah, maksudku akan membawa kita pada surga dunia,” bisik Dominik lalu jeritan penuh kesakitan Luna memenuhi sepenjuru kamar mewah tersebut. Namun, jeritan penuh kesakitan tersebut tak lama kemudian sudah digantikan oleh erangan demi erangan kenikmatan pertanda jika Luna benar-benar menikmati perlakuan Dominik padanya.
Namun, di tengah itu Dominik menghentikan gerakannya. Dominik membuat Luna mengerang kesal karena dirinya sudah dibuat tidak berdaya dalam gulungan gairah yang membuatnya merasa pening. Dominik menyeringai saat melihat Luna menatap dirinya dengan kedua netra sayu yang jelas membuat gairahnya menggelegak tak terkendali. “Sstt, tenanglah. Malam ini sangat panjang, dan aku tentu saja akan mengajarimu berbagai gaya dan pengalaman baru yang sangat memuaskan,” bisik Dominik sebelum melanjutkan gerakannya dan lagi-lagi membuat Luna menjerit penuh kepuasan.
***
Dominik menyuntikkan sesuatu pada Luna yang masih terlelap. Dominik mengusap lembut kening Luna yang mengernyit saat jarum suntik menembus kulit lembutnya. “Stt, lanjutkan tidurmu,” bisik Dominik pada Luna. Tentu saja Luna kembali terlelap dengan tenang, apalagi karena obat yang disuntikkan oleh Dominik memang membuat Luna terlelap beberapa jam ke depan dengan sangat nyenyak.
Dominik menyelimuti Luna dengan baik lalu menanamkan sebuah kecupan pada kening Luna. Dominik bangkit dan meninggalkan kamar utama, menuju ruang kerjanya di mana Harry saat ini sudah menunggu. Dominik terlihat tidak terlalu rapi seperti biasanya, dan Harry sendiri merasa jika hal itu wajar, sebab saat ini Dominik memang akan menghabiskan waktunya di kediaman Yakov yang mewah. Dominik sudah memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerjanya yang berada di kediamannya, daripada berangkat untuk menuju kantor.
“Tuan, ada beberapa pesanan yang masuk, tetapi karena Anda menyarankan untuk tidak menerima pesanan untuk sementara waktu, maka saya sudah menolaknya sesuai yang Anda minta,” ucap Harry.
Dominik tampak memperhitungkan sesuatu dan berkata, “Sepertinya, klan Bogdan tidak lagi bertindak gila dengan berusaha menggangguku atau daerahku. Karena itu, terima beberapa pesanan yang paling menguntungkan.”
Harry yang mendengar hal tersebut mengangguk. Tentu saja ia akan melaksakan perintah tuannya tanpa bantahan apa pun. Dominik lalu bertanya, “Lalu apa pekerjaan yang harus aku selesaikan? Aku hanya ingin bekerja sampai tengah hari, itu waktu istriku bangun dan aku harus menyambutnya yang baru saja membuka mata.”
Harry berdeham, karena jelas dirinya tidak percaya dengan apa yang tengah dilakukan oleh sang tuan. Lebih tepatnya, Harry sudah lama tidak melihat sang tuan bertingkah seperti ini. Rasanya, Harry ingin berterima kasih pada nyonya barunya, karena sudah mengembalikan sisi ini pada diri Dominik. Karena Harry yakin, karena Luna lah, Dominik bisa kembali menjadi sosoknya yang semula.
Dominik tentu saja tidak mengetahui apa yang tengah dipikirkan oleh Harry dan hanya mengerjakan apa yang sudah menjadi tugasnya. Dominik menyelesaikan semua pekerjannya tepat waktu. Ia mengusir Harry sementara dirinya kembali ke kamar utama. Dominik agak terkejut saat melihat Luna sudah bangun dan bahkan sudah membersihkan diri. Saat ini, Luna tampak bersiap makan siang di dalam kamar. Dominik tentu saja ikut bergabung.
Dominik duduk di seberang Luna yang tampak berusaha untuk menghindari tatapan Dominik. Jelas, Dominik sendiri mengerti jika saat ini Luna tengah merasa malu. Sungguh manis, pikir Dominik. Setelah pelayan pergi, saat itulah Dominik tidak bisa menahan diri untuk menggoda Luna. “Apa kau sadar? Kau sangat menggemaskan,” ucap Dominik.
Luna mengernyitkan keningnya dan menatap Dominik dengan pandangan galak yang jelas membuat Dominik merasa tertantang. “Apa maksudmu?”
“Kau sangat menggemaskan saat mengerang dengan wajah yang memerah di bawah tubuhku, Luna,” bisik Dominik sensual dan membuat Luna tidak bisa menahan diri untuk melemparkan mangkuk sup hangat pada pria m***m yang sudah sah menjadi suaminya itu.