“Jangan marah seperti itu, Luna. Jika aku menolaknya, kau malah akan berada dalam situasi yang lebih berbahaya,” bisik Dominik pada Luna saat mereka melangkah menuju ruang VIP yang memang disediakan untuk para pelanggan yang rela menghabiskan jutaan dolar hanya untuk memenuhi hasrat berjudi mereka. Menang atau kalah adalah masalah nanti. Hal yang terpenting adalah, dahaga mereka bisa terpenuhi saat itu juga.
Tentu saja, untuk melayani tantangan Ignor, Dominik harus mengadakan sebuah permainan kartu yang diselenggarakan di ruangan terbaik yang ia miliki. Ini bukan hanya masalah gengsi, tetapi juga masalah keamanan. Semakin terbatas ruangan, dan semakin terbatang siapa pun yang bisa berkunjung pada ruangan tersebut, maka itu meningkatkan persentase keamanan bagi Luna yang memang harus mendapatkan perlindungan utama di sini. Sebaiknya, nanti Dominik harus melatih fisik Luna atau mengajari Luna menggunakan senjata, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri dalam situasi yang sangat mendesak nantinya.
Dominik duduk berhadapan dengan Ignor. Jika Ignor duduk dengan memangku kekasih seksinya, maka Dominik memilih untuk menyediakan kursi lain untuk Luna, agar Luna bisa duduk dengan lebih nyaman. Dominik memberikan isyarat pada seorang perempuan yang memang bertugas untuk menyediakan alat permainan dan membicarakan beberapa hal penting mengenai permainan ini. Dimulai dari apa saja peraturan yang patut untuk dipatuhi, hingga taruhan apa yang akan dipertaruhkan dalam permainan kali ini.
“Kami mempertaruhkan wanita yang kami bawa,” jawab Ignor dengan nada yang sangat-sangat membuat Luna marah saat ini. Luna mengepalkan kedua tangannya dan menatap penuh kemarahan pada Ignor yang juga tengah menatapnya. Namun, Ignor malah mengerling padanya, seolah-olah tengah menggoda Luna dengan rupanya yang memang sedap untuk dipandang.
Luna merasa muak dan membuang wajah pada Dominik. Merasakan suasana hati Luna yang benar-benar memburuk saat ini, Dominik pun mengulurkan tangannya untuk menangkup kepalan tangan mungil Luna. “Stt, tenanglah. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh pada tangannya. Percayalah padaku, dan maafkan aku karena sudah menempatkanmu dalam situasi ini. Aku benar-benar tidak berharap kau berada dalam situasi ini, tetapi jika aku mengabaikan tantangannya, Ignor bisa-bisa lebih tertarik padamu dan melakukan hal yang lebih gila daripada ini,” bisik Dominik.
Rasanya, Luna ingin menampar Dominik saat ini juga. Hanya saja, mengingat bahwa kini keselamatannya berada di tangan Dominik, Luna pun berpikir untuk menyimpan tamparannya untuk nanti saja. Lalu, Luna pun tidak bisa mengabaikan apa yang dikatakan oleh Dominik mengenai Ignor. Mungkin, jika Luna yang belum melihat kegilaan hujan peluru, tidak akan mungkin mempercayai apa yang sudah dikatakan oleh Dominik barusan. Namun, Luna saat ini sudah mengetahui semuanya dengan jelas. Jadi, pada akhirnya Luna harus meletakkan kepercayaan sepenuhnya pada Dominik. Sudah tidak ada jalan kembali lagi, begitu Dominik sudah mengambil kartu yang akan dimainkan.
Awalnya, permainan tampak berada di tangan Dominik, hanya saja tak lama kemudian Ignor menyeringai. “Sepertinya aku akan menang,” bisik Ignor yang tertangkap oleh Luna.
Tubuh Luna bergetar hebat saat melihat Ignor yang melihatnya dengan sebuah tatapan mengerikan. Luna pun melemparkan pandangannya pada Dominik yang saat ini tampaknya tengah berkonsentrasi pada kartu-kartunya. Luna menggigit bibirnya dan merasa jika kemungkinan Dominik mendapatkan kartu yang tidak bagus. Jika seperti ini terus, bisa-bisa dirinya akan jatuh ke tangan Ignor, dan itu adalah hal yang sangat mengerikan karena Luna tidak bisa menebak apa yang dilakukan Ignor padanya.
“Dominik,” bisik Luna cemas.
Dominik menoleh sedikit dan bertanya, “Apa kau cemas?”
“Bagaimana aku tidak cemas, saat dirinya mengatakan bahwa kali ini ia yang akan menang. Permainan ini satu ronde, jika dia benar, maka aku akan jatuh pada tangannya. Itu sungguh mengerikan,” ucap Luna dengan tangan bergetar.
Dominik terdiam, tetapi sebuah kilah berkelebat di kedua netra birunya yang indah. Dominik berusaha untuk menyembunyikan seringainya dan berkata, “Sayangnya, aku saat ini sedang terdesak, Luna. Aku sepertinya akan kalah.”
Ekspresi wajah Luna memburuk. Wajahnya memucat dengan cepat dan itu terlihat dengan jelas oleh Ignor. Semakin yakinlah Ignor, jika semua kartu yang ia miliki akan membawanya pada sebuah kemenangan. “Tidak perlu cemas Nona Manis, aku berjanji akan bersikap lembut padamu di atas ranjang. Apalagi, aku lihat sepertinya kau masih perawan. Aku benar-benar akan bersikap lembut pada pengalam pertamamu,” ucap Ignor dengan nada keras dan tertawa di ujung kalimatnya.
Berengsek, pikir Luna. Saat itulah Luna mendongak pada Dominik dan berkata, “Apa pun caranya, menanglah!”
“Itu terasa sulit, Luna. Kondi—”
“Kau harus bertanggung jawab, kau yang membawaku ke dalam situasi ini,” desak Luna sama sekali tidak mempedulikan pembelaan yang tengah Dominik berikan.
“Luna—”
“Apa pun, apa pun akan kuberikan asal kau bisa menyelamatkanku dari si m***m itu,” ucap Luna hampir menangis. Ignor benar-benar menyeramkan di mata Luna. Baginya, Dominik lebih baik dari sisi mana pun. Tentu saja, saat ini Luna lebih baik meminta perlindungan pada Dominik dan menjanjikan apa pun yang bisa ia janjikan pada Dominik, asal dirinya bisa terhindar dari cengkraman Ignor. Luna benar-benar terdesak dan merasa ketakutan, hingga tidak bisa berpikir lebih tenang dan jernih.
Gotcha! Dominik menahan diri untuk tidak menyeringai saat itu juga. Luna masuk ke dalam perangkap yang memang Dominik buat tanpa direncanakan sebelumnya. Dominik pun berkata, “Kalau begitu, aku akan berusaha dengan sebaik mungkin. Aku tidak akan membiarkan pria lain berada di atas ranjang yang sama denganmu.”
***
Luna merasa jika hidupnya benar-benar berubah menjadi sangat sial setelah bertemu dengan CEO hot bernama Dominik. Bagaimana tidak Luna sebut sial jika kenyataannya memang begitu. Luna menggigit bibir bawahnya. Pada akhirnya, kemarin Dominik memang memenangkan taruhan. Itu artinya, Dominik bisa menyelamatkan Luna dari tangan-tangan Ignor, dan mendapatkan seorang wanita seksi yang ternyata Dominik serahkan kepada Harry untuk urus.
Namun sialnya, setelah lolos dari Ignor, kini Luna tengah terancam oleh Dominik. Lolos dari lubang buaya, kini Luna masuk ke dalam kandang singa. Sepertinya itu sangat cocok dengan kondisi Luna saat ini. Luna melirik Dominik yang saat ini tengah membubuhkan tanda tangannya pada sebuah dokumen yang dibawa oleh Luna. Sejak semalam, setelah memenangkan taruhan hingga siang ini, Dominik memang tidak mengatakan apa pun mengenai apa yang dikatakan oleh Luna mengenai dirinya yang akan memberikan apa pun pada Dominik asal Dominik bisa menyelamatkannya. Hanya saja, Luna yakin jika saat ini Dominik pasti sudah memikirkan apa yang akan ia minta pada Luna.
Dominik selesai menandatangi semuanya dan kembali menyerahkan dokumen tersebut pada Luna. “Kau bisa kembali,” ucap Dominik membuat Luna hampir menghela napas lega.
Luna mengangguk dan berniat berbalik untuk pergi, hanya saja begitu dirinya berbalik sebuah tangan kekar menyusup pada pinggangnya dan membuat Luna duduk dengan paksa di atas pangkuan Dominik. Luna baru saja mendongak dan berniat untuk protes, tetapi dirinya sudah dibungkam oleh ciuman panas yang membuat kepala Luna berputar oleh sensasi yang menampar dirinya.
Dominik melepaskan ciuman panjang tersebut dan membuat Luna terengah-engah mengatur napas. Melihat wajah manis Luna yang memerah dan bibir merah yang tampak basah, Dominik merasakan gairahnya yang meledak-ledak. Dominik memeluk Luna yang masih berusaha untuk mengendalikan dirinya setelah mendapatkan serangan mendadak dari Dominik. Dominik pun menunduk untuk berbisik, “Kau tidak melupakan apa yang kau katakan tadi malam, bukan?”
Luna menggigit bibir bawahnya. Apa yang ia pikirkan memang benar adanya. Ternyata Dominik sama sekali tidak melupakan apa yang sudah Luna katakan tadi malam. Tentu saja, Luna merasa cemas dengan apa yang akan Dominik minta padanya. Mengingat apa yang sudah Dominik lakukan padanya, pasti apa yang akan Dominik pinta padanya pasti akan merugikan dirinya. Hanya saja, Luna tentu saja tetap berharap jika Dominik tidak akan meminta hal gila padanya.
Dominik tentu saja bisa merasakan kecemasan yang saat ini tengah dirasakan oleh Luna. Namun, bukannya menghentikan aksinya, Dominik malah merasa tertarik untuk semakin membuat Luna merasa gelisah. Dominik semakin menunduk dan berbisik tepat di telinga Luna. “Manis, persiapkan dirimu untuk nanti malam. Karena aku akan mengatakan apa yang aku inginkan,” bisik Dominik.
Nanti malam? Sungguh, Luna tidak bisa membayangkan sebenarnya apa yang akan diminta oleh Dominik. Lagi, Luna sama sekali tidak memiliki stok kesabaran dan keberanian untuk menunggu hingga malam nanti. “Le, Lebih baik kamu mengatakan apa yang kamu inginkan saat ini juga,” ucap Luna menampik apa yang dikatakan oleh Dominik.
Dominik tertawa pelan. “Tidak, aku hanya ingin mengatakannya nanti malam. Bukankah kamu merasa penasaran dengan apa yang akan kukatakan? Nah, itulah yang aku inginkan,” ucap Dominik lalu menggigit pelan daun telinga Luna dan mengantarkan gelenyar aneh yang membuat tubuh Luna bergetar hebat.