“Kamu pulang bersamaku, ya,” tawar Kai.
“Hm … tapi aku ada bodyguard, Kai,” jawabnya secara tidak langsung menolak dengan halus. Ia hanya ingin sampai di rumah tanpa ada yang ajak bicara.
“Mereka pulang duluan saja, aku yang akan antar kamu.”
“Hm … bagaimana besok saja? Hari ini, aku benar-benar ingin sendirian, rasanya lelah sekali,” tawarnya tak sungguh-sungguh. Itu hanya sebatas alasannya saja, karena ia memang malas untuk berbasa-basi.
Sorot mata Kai menunjukkan kekecewaan, tapi berusaha tetap tersenyum agar tak membuat Alexy salah paham. “Baiklah, tak apa, Sayang,” jawabnya sedih. “Aku paham, kau pasti sangat lelah, bukan?”
Wanita itu mengangguk tanpa senyum, menatap Kai dengan raut wajah datarnya, terlihat sekali seperti wanita yang tak ada kehidupan. Lelaki itu, paham betul dengan karakter Alexy saat ini, setelah kejadian dimana ingatannya hilang, wanita itu memang banyak sekali berubah. Lebih dingin dan cuek terhadap sekitar, apalagi lelaki. Jadi, ya mencoba untuk lebih memahami aja, agar tak ada kesalahpahaman nantinya.
“Kalau begitu, aku antar sampai mobil saja, ya. Boleh kan?”
Lagi, Alexy hanya mengangguk tanpa menjawab. Membereskan berkas yang belum selesai dikerjakan dan menyambar tas yang ada di atas nakas. Mereka jalan keluar beriringan, diikuti oleh bodyguard yang selalu waspada terhadap sekitar.
Alexy masuk ke dalam mobil, Kai melambaikan tangannya seraya mobil yang berlalu pergi dari hadapannya. Lelaki itu tertunduk lemas, baru saja merasa bahagia karena wanitanya tak keberatan jika mengadakan acara pernikahan dalam waktu dekat. Tapi, saat ingin memiliki momen yang lebih inti, wanita itu secara tidak langsung menolak ajaknya.
“Hah … memang sulit sekali untuk menerobos hatimu, Lexy. Padahal, aku sudah berusaha susah payah, tapi kau masih tetap saja bersikap acuh padamu. Kenapa? Apakah rasa yang aku miliki ini tak bisa membuat hatimu terbuka?”
“Lexy, sudah lama aku menjaga dan mendambakan hadirmu dalam hidupku. Tetapi, lelaki b******k itu datang mengacaukan segalanya. Di saat aku mencoba untuk melepaskanmu, ia justru datang membuat kau terluka hingga berkeping-keping.”
“Sudah cukup! Sudah cukup lelaki b******k itu mengacaukan hidupmu. Aku tidak akan lagi membiarkannya masuk ke dalam hidup kita, Sayang. Kali ini, aku yang akan maju dan tak akan lagi mundur, hanya aku yang bisa membahagiakanmu tanpa syarat.”
“Aku berjanji, tak akan pernah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang kau berikan ini. Aku akan selalu membuatmu bahagia tanpa pernah merasakan tangis. Bahagiamu adalah bahagiaku, tangisanmu adalah deritaku. Aku tak akan membiarkan derita itu menjalar pada kehidupan kita di masa depan.”
“Aku tak akan pernah membiarkan itu terjadi. Jika harus membuat lelaki itu tiada, maka aku tak akan segan-segan untuk melenyapkannya. Ini janjiku, janji seorang Sky Bennet.”
“Tuan, kita kembali?” tanya Bodyguard yang sejak tadi berada tidak jauh dari Kai. Lelaki itu sudah cukup lama berdiam diri, menatap mobil yang dikendarai oleh Alexy yang sudah menjauh bahkan tidak lagi terlihat.
“Ya, kita kembali ke rumah.”
Kai melangkah menuju mobilnya diikuti bodyguard yang sejak tadi berjaga di luar. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, meninggalkan perusahaan Aleria Crop. Tanpa ada yang menyadari, sejak tadi ada pasang mata mengintai gerak-gerik mereka. Bersembunyi di balik mobil yang tak diketahui siapa pemiliknya, memandang nanar pada kemesraan pasangan yang sebelumnya adalah sahabat dan sekarang menjalani hubungan sebagai tunangan, yang mana sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan.
Hatinya, sungguh merasa sakit. Melihat Alexy yang begitu tenang di hadapan lelaki lain dan akan menjadi singa yang kelaparan saat bersama dengannya. Ia rindu bahkan sangat merindukan sikap manja wanita yang sudah berhasil menduduki ruang di hatinya. Rasanya masih sama, belum ada yang berubah bahkan sampai saat ini lelaki itu masih belum bisa melupakan kesalahannya di masa lalu.
Kesalahannya, yang mana membuatnya kehilangan Alexy sampai saat ini. Matanya nanar, namun tak bisa lagi berbuat apa untuk sekarang, karena keadaannya benar-benar tak kondusif. Wanita pujaan hatinya itu sedang dijaga ketat oleh banyak orang. Mereka seakan-akan takut jika wanitanya itu akan jatuh pada lelaki yang salah. Itu anggapan mereka semua, karena memang ulahnya, sampai membuat wanita cantik pewaris Aleria Crop kecelakaan dan hilang ingatan.
“Lexy, jika waktu dapat bisa diulang, maka aku tidak akan pernah mengecewakanmu.”
“Maaf, mungkin benar apa yang kau katakan bahwa aku ini adalah lelaki pengecut dan b******k. Tapi, sungguh aku tak pernah ada maksud untuk melukai hatimu. Semuanya, seakan mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah. Lexy, aku tak tahu sedalam apa luka yang aku berikan, tapi setiap kali melihatmu dengan sorot mata datar, itu cukup membuat hatiku ikut terluka.”
“Dulu, sorot matamu begitu teduh dan menenangkan. Banyak sekali cinta dan kasih sayang yang tercipta di dalam sana, tapi aku menghancurkannya. Sikap bodohku yang terlalu patuh pada mereka, membuatmu cukup menderita.”
“Maaf, aku memang salah. Sepertinya, kata maaf yang aku katakan ribuan kali pun, tak akan mungkin bisa menyembuhkan lukamu. Tapi, percayalah aku datang bukan untuk kembali membawa luka. Aku datang di hadapanmu, untuk memperbaiki semua keadaan yang sudah rusak.”
“Aku ingin kau kembali bersamamu, melanjutkan kisah cinta yang belum usai, hidup bahagia bersama dengan anak kita. Ya, aku yakin sekali anak itu adalah anak kita, Lexy.”
“Aku tidak begitu saja percaya dengan hasil tes DNA yang kemarin, karena bisa saja semua ada campur tangan Dominic. Aku akan mencari bukti lainnya, memastikan kalau bocah lelaki itu adalah anakku.”
Puas memandang Alexy yang sudah berlalu pergi bahkan tak terlihat kembali, Leo sempat melirik ke arah Kai yang juga sudah masuk ke dalam mobilnya dan melaju. Sudah cukup hari ini baginya memandang wanita pujaan hatinya walaupun dari jauh. Kejadian kemarin membuatnya sangat hati-hati, karena penjagaan terhadap wanita itu semakin ketat saja. Sebelumnya saja, tidak terlalu banyak bodyguard tapi sekarang bahkan setiap sudut perusahaan ada bodyguard yang berjaga.
Di perusahaan saja, sudah banyak sekali pengawalan ketat. Bagaimana di rumah? Sudah pasti lebih dari ini, bukan? Maka dari itu, Leo harus berhati-hati, bahkan bisa jadi banyak mata-mata yang tersebar dimana saja untuk memantau dirinya. Jadi, untuk sementara waktu, lelaki mengulur waktu sampai mendapatkan momen yang pas untuk kembali bertemu dengan Alexy dan anak lelaki mereka.
Beban di pundak semakin terasa berat saja, bukan hanya mengenai perusahaan, tetapi sekarang sudah mulai merambah juga pada masa depannya. Semua orang sibuk dengan acara pernikahan yang tiba-tiba saja ingin digelar lebih maju dari waktu yang ditentukan, sudah jelas tanpa persetujuan darinya. Alexy, enggan bermasalah dengan siapapun, jadi memilih untuk mengikuti saja, tapi ya cukup terkejut juga dengan penjelasan Kai, tadi.
Belum lagi, masalah lelaki tak jelas yang selalu mengganggu hidupnya dalam beberapa waktu ini. Alexy mengerutkan dahinya sambil berpikir, sejak kejadian dimana lelaki b******k itu datang menunjukkan hasil test DNA yang ternyata tidak sesuai dengan harapan, tak ada lagi kabar berita darinya. Lelaki itu terkesan menghilang atau mungkin menghindar.
Hah … masalah saja terus yang datang menghampiri diriku, kapan aku bisa bahagia menjalani hidup yang normal. Rasanya, sungguh lelah untuk semua ini, apalagi mimpi-mimpi buruk itu selalu saja datang, semenjak lelaki itu muncul di hadapanku. Apa mungkin, mimpi itu ada kaitannya dengan lelaki kurang ajar itu? Atau jangan-jangan lelaki yang ada di dalam mimpiku adalah lelaki b******k itu, batin Alexy terus menduga-duga, terlalu banyak yang dipikirkan olehnya sampai tak sadar kalau dirinya sudah berada di depan pintu rumah mewahnya.
Alexy keluar dari mobil dan berjalan elegan masuk ke dalam rumah, sudah disambut dengan teriakan anak kecil yang selalu dirindukan olehnya setiap waktu. “Mommy!”
Lexy tersenyum melihat anak lelakinya yang berlari ke arahnya, dengan pengasuh yang selalu setia menjaga di belakang. Ibu satu anak itu berjongkok dan mensejajarkan dirinya dengan tinggi anak itu.
“Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu hari ini?”
“Kau sudah pulang, Sayang?”