Bagaimana Kalau Kita Bercerai?

2618 Kata
Valdi menangis tersedu-sedu di ruang klinik konsultasi Cynthia. Cynthia tampak binggung melihat Valdi yang muncul tiba-tiba dan langsung menangis begitu perih. Sudah satu bulanan ini, Valdi dan Nanette selalu datang setiap Sabtu pagi ke klinik psikiatri Cynthia untuk konseling, bukan hari biasa seperti ini. Menurut Diagnosa Cynthia, Ketidak stabilan emosi Valdi disebut Cathastropic Reaction ( Reaksi Katasrofik). Perilaku katastrofik pada penderita demensia ini bisa disebabkan oleh tekanan bathin yang disebabkan oleh tuntutan keadaan yang berlebihan. Dalam hal Valdi, dia menjadi tekanan bathin karena merasa otaknya yang sebelumnya sangat pintar, menjadi tidak berguna saat ini, karena Valdi merasakan otaknya ibarat kotak kosong melompong yang tidak lagi bisa dipergunakan untuk memikirkan apa-apa. Untuk menanggulangi hal tersebut, Cynthia menyuruh Valdi mengisi teka-teki silang dan menyuruhnya untuk membaca n****+-n****+ detektif seperti karangan Alfred Hitchcock di waktu luangnya agar tidak berpikir hal-hal yang bisa membuatnya tambah depresi dan perasaan tentang otak kosongnya bisa menghilang. Valdi masih menangis. Cynthia membiarkannya menangis dan hanya duduk diam menatap Valdi. Cynthia tahu, masa ini, pasti masa yang sulit bagi Valdi. Biarkan Valdi menangis dan menenangkan diri dulu sampai dia tenang, baru kemudian, dia akan bercerita sendiri. Selama ini Valdi sudah cukup nyaman untuk mengungkapkan semua perasaan galaunya kepada Cynthia. Begitu pula dengan Nanette. Cynthia kasihan dengan pasangan suami istri ini. Mereka begitu saling mencintai, tapi penyakit Valdi, yang tidak bisa disembuhkan ini, menggerogoti rasa cinta di hati mereka. Nanette pada sessi konselingnya , Sabtu lalu, bahkan menangis sedih dan merasa dia tidak lagi mengenali sosok suaminya Valdi yang selalu emosi. Nanette sampai takut untuk ngoborol bersama Valdi, karena dia takut salah omong yang akan menyebabkan Valdi marah. Sudah hilang dalam hubungan mereka , obrolan santai sehabis makan malam. Sudah hilang obrolan saling memeluk sebelum tidur, semua itu tidak pernah lagi mereka lakukan. Nanette, minggu-minggu terakhir ini, lebih memilih tidur di kamar Viona daripada tidur bersama Valdi. Dan parahnya, Valdi tidak merasa terganggu, selama ini dia diam saja seakan tak peduli dan sepertinya Valdi juga lebih nyaman tidur sendiri. Setelah puas menangis, Valdi mengangkat kepalanya dan memandang Cynthia dengan matanya yang masih penuh air mata. “ Aku ini suami jahat. Aku ini laki-laki b******k. Aku memarahi istriku begitu kasar. Istri yang aku cintai dan istri yang mencintai aku dengan sepenuh hatinya.” Kata Valdi sambil memukul-mukul kepalanya putus asa. “ Apa yang terjadi, Di? Kenapa kamu bisa ngomong seperti itu?” Tanya Cynthia lembut agar Valdi mau mengungkapkan seluruh perasaannya. Karena semakin di pendam, Valdi akan semakin depresi dan itu bisa menyebabkan kondisinya semakin cepat memburuk. “ Aku membaca buku harian Nanette, saat itu dia sedang menulisnya di ruang kerja. Lalu tiba-tiba, Viona memanggilnya dan dia keluar tanpa lagi menyimpan bukunya. Aku yang masuk ke ruang kerja itu, membaca buku yang terbuka di meja tanpa sengaja. Di buku itu Nanette menulis semua yang pernah aku katakan saat memarahinya. Dan aku sama sekali lupa kalau aku pernah memarahinya sekejam itu. Mengapa otakku bisa seperti ini?” Kata Valdi putus asa , kembali memukul-mukul kepalanya kali ini dengan penuh kekuatan. Cynthia segera berlari ke tempat duduk Valdi dan memegang tangannya untuk mencegahnya memukul kepalanya. Sambil berkata. “ Aku yang menyuruh Nanette untuk menulis buku catatan tentang perasaannya dan tentang perubahan prilakumu, agar dia tidak kesusahan dan memendamnya sendirian. Aku menyuruhnya menulis sebagai terapi bagi dirinya sendiri, sehingga setelah dia tulis, dia akan lebih lega. Nanette mengerti kamu, Di. Dan dia bisa menerima kondisimu yang memarahinya, karena tahu itu diluar kehendakmu. Jadi jangan merasa bersalah dan merasa menjadi lelaki yang kejam atau tak berperasaan. Kamu harus tahu, kamu tidak seperti itu.” Kata Cynthia masih tetap memegang tangan Valdi. “ Tapi aku lupa apa yang aku lakukan kepada Nanette, sampai, aku membaca curahan hatinya. Aku jadi sedih dan merasa bersalah. Makanya aku segera ke sini untuk minta pertolonganmu. Apakah kamu bisa memberiku obat, supaya aku tidak ngamuk tak menentu seperti itu? ” Tanya Valdi putus asa. “ Sebenarnya tidak ada obat untuk perubahan prilakumu itu. Tapi aku akan memberimu obat anti depresi untuk membantumu supaya lebih tenang agar perasaanmu lebih nyaman dan tidak selalu gelisah tak menentu.” Kata Cynthia. Valdi mengangguk dan berkata, apa yang harus aku lakukan supaya tidak menyakiti perasaan istriku lagi. “ Kata Nanette, kalian sudah tidak pernah lagi ngobrol santai setiap malam, karena dia ketakutan kamu akan marah. Kamu tidak lagi pernah memeluknya sebelum tidur dan kamu bahkan membiarkannya bermalam-malam tidur di kamar Viona. Coba ajak Nanette ngobrol lagi dan panggil dia di kamar Viona untuk tidur bersamamu.” Kata Cynthia. “ Aduh. Aku selama ini malah berpikir, Nanette menghindariku dan tidak nyaman dengan keadaanku sehingga dia lebih memilih untuk tidur bersama Viona dan tidak pernah lagi mengajakku ngobrol . Aku tidak tahu, kalau ternyata dia takut padaku yang selalu memarahinya tanpa sebab dengan kata-kata kasar.” Kata Valdi sedih dan airmatanya kembali mengalir. “ Mulailah kembali berkomunikasi dengan Nanette. Aku yakin , dengan cinta kalian, semua salah paham akan terselesaikan, yang terpenting Nanette itu bisa menerima perubahan prilakumu itu karena penyakitmu, dia tidak apa-apa. Merasa sedih, Pasti. Tapi aku lihat, Nanette bisa mengatasinya dengan baik. Semua yang dilakukannya sekarang ini dengan menjauhimu adalah supaya kondisimu tidak memburuk, Nanette tidak ingin membuatmu marah-marah dan kamu jadi stress, dia tahu kalau kamu tidak boleh stress. Akhir-akhir ini, adakah yang membuatmu stress?” Tanya Cynthia. “ Aku sepertinya harus resign bulan depan, pekerjaanku yang selalu membuatku banyak beban pikiran. Aku selalu takut, aku melakukan kesalahan dan aku berusaha memikirkan berulang-ulang setiap penelitian sample yang dilakukan oleh penelitiku. Aku juga selalu takut, aku lupa memberi instruksi valid kepada anak buahku , sehingga mereka melakukan penelitian yang salah yang berakibat fatal. Tapi semakin aku memikirkannya, otakku semakin terasa kosong dan aku merasa semakin tak berguna. Mungkin itu yang membuatku frustasi ya?” Tanya Valdi. “ Bisa jadi. Bagus juga kamu resign dan fokus pada dirimu sendiri dan keluarga kecilmu. Dengan mengurangi beban kerja otakmu, kita harapkan keadaanmu tidak memburuk dan bisa bertahan lebih lama. Enjoy your life. Pergi rekreasi dan cobalah hal-hal baru yang membuatmu lebih rileks, tapi tetap isi teka-teki silangmu ya. Kerjakan saja yang ringan-ringan, jangan memikirkan hal berat.” Kata Cynthia menyemangati Valdi. “ Thanks ya Cin. Biaya konsulnya seperti biasa, dibayar dengan asuransiku ya.” Kata Valdi sambil berdiri. “ Iya, susterku sudah mengerti prosesnya. Kamu beruntung, Lab tempat mu bekerja, memproteksi semua penelitinya dengan asuransi kesehatan sampai asuransi penyakit kritis dengan jumlah maksimal. Jadi tidak perlu ada yang kamu khawatirkan. ” Kata Cynthia tersenyum. “ Benar, Saat aku resign nanti , aku juga akan mengklaim semua asuransi penyakit kritis yang disediakan oleh perusahaanku. Aku sudah baca polisnya, ternyata demensia atau Alzheimer ini termasuk pernyakit kritis. Terimakasih Cyn. Untung kamu temannya Lucas, jadi aku nyaman konsul denganmu. Gimana hubunganmu dengan Lucas? Uda ada kemajuan?” Tanya Valdi sebelum membuka pintu ruang praktek Cynthia. Cynthia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Cynthia tahu, dia tidak bisa membahasnya bersama Valdi, kalau hubungannya dengan Lucas tidak akan berkembang ke mana-mana selain pertemanan karena Lucas menyukai istri Valdi. Kalau dia ngomong ke Valdi, pasti persahabatan mereka berdua bisa runyam, meskipun Lucas berusaha memendam perasaan suka itu dan tidak mengatakannya kepada Cynthia, tapi mata Lucas yang penuh kehangatan setiap memandang Nanette, membuat Cynthia yakin, kalau pria yang telah membuat Cynthia jatuh cinta sesaat melihat fotonya itu, menyukai istri sahabatnya dan tidak ada tempat sedikitpun bagi Cynthia di hati Lucas. Sekarang ini Cynthia masih berusaha keras agar Lucas bisa jatuh cinta padanya meskipun hanya pertemanan yang ditawarkan Lucas pada dirinya. ++ Valdi sampai ke rumah dari klinik Cynthia, ketika jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia terlambat satu jam dari waktunya pulang kantor setiap harinya. Terlihat Nanette, istrinya sedang gelisah menunggunya di teras depan. Pasti satu jam ini, Nanette sangat khawatir. Mau meneleponnya tidak berani, karena takut menganggu Valdi saat menyetir. Jadi Nanette hanya bisa menunggu dalam kegelisahan sambil duduk dan berdiri dan melihat ke arah jalanan. Valdi berjalan masuk ke teras dan melihat Nanette dengan senyuman. “Maaf, Ma. Tadi aku ke klinik Cynthia untuk minta obat. Aku lupa, tidak mengabari mama?” Kata Valdi terus terang dan memeluk bahu Nanette untuk mengajaknya masuk. “ Papa, minta obat apa?” Tanya Nanette sambil berjalan di samping Valdi dengan hati membuncah gembira, karena Valdi, hari ini kembali menjadi Valdinya yang tenang dan penuh perhatian juga berkata dengan lemah lembut. “ Tadi Cynthia, kasih papa anti depresi, biar papa lebih tenang. Katanya Cynthia itu sebenarnya bukan obat untuk penyakitku. Tapi supaya aku lebih tenang saja, karena akhir-akhir ini aku jadi sangat pemarah ya, Ma. Aku selalu memarahi mama tanpa alasan dan kata-kataku begitu kasar. Pasti aku sangat menyusahkan mama dan membuat mama sedih. Maafkan papa ya? Papa juga tidak tahu mengapa bisa begini. Papa bahkan lupa pernah mengatakan hal-hal kejam itu kepada mama. Papa tahunya setelah membaca buku catatan mama. Maafkan papa ya. ” Kata Valdi penuh penyesalan. Nanette langsung menganggukkan kepalanya dan memeluk Valdi erat. Dia sudah memaafkan Valdi dari kemarin-kemarin. Dia akan memaafkan Valdi karena tahu apa yang Valdi lakukan diluar kehendaknya. Dia juga tidak akan memarahi Valdi, meskipun Valdi membaca buku hariannya. Nanette sangat senang, Valdinya kembali menjadi suami penyayangnya . Dia ingin menikmati moment ini, meskipun hanya sebentar saja. Nanette sudah sangat bersyukur dan Nanette dalam hati berharap, moment Valdi seperti Valdinya dulu bisa berlangsung lebih lama. Mereka berdua saling memeluk di teras depan sampai Viona datang berlari menghampiri mereka dan Valdi yang melihatnya langsung menggendongnya dan menatap anak kesayangannya sambil mengucapkan “ Maafkan Papa, sayang.” Viona dengan senyum lucunya hanya berkata “ Main papa, yuk main sama Viona, di kamar.” “ Yuk.. Tapi papa makan dulu ya, nanti papa main ke kamar Viona. Sekarang Viona sama sus Lely dulu ya. ” Kata Valdi menurunkan anaknya dan Viona langsung berlari ke arah susternya. Malam itu, menjelang tidur. Valdi memeluk Nanette dan mencium dahinya lembut lalu berkata. “Ma. Bulan depan, papa akan mengajukan resign. Mungkin dengan tidak bekerja, bisa mengurangi stress papa sehingga kondisi papa bisa lebih baik dan tidak memburuk dengan cepat. Meskipun tidak bekerja, mama tidak usah khawatir, kita tetap bisa mempunyai uang untuk kebutuhan hidup, karena papa akan klaim semua asuransi papa yang jumlahnya cukup gede.” “ Baik Pa, memang lebih baik resign sekarang, sebelum kondisi papa tambah memburuk, bahaya untuk papa dan nama baik papa sebagai peneliti. Mama tidak pernah khawatir kok masalah kebutuhan hidup, toh mama tetap bekerja. Meskipun gaji mama tidak sebanyak gaji papa, tapi mama bisa kok menghidupi kita sekeluarga meskipun tanpa uang asuransi itu. ” Kata Nanette bijak. “ Nggak usah Ma. Gaji mama untuk mama pakai sendiri aja. Papa sebagai kepala keluarga yang harus membiayai keluarga ini. Mama kan bekerja , karena mama suka ngajar dan agar ilmu S 2 ekonomi mama bisa terpakai, makanya papa setuju mama bekerja sebagai dosen. Papa tidak ingin, mama hanya di rumah saja dan tidak produktif. Honor mama, mama pergunakan saja untuk kebutuhan mama sendiri. Mama suka beli tas branded dan suka mengkoleksi parfum. Selama ini , mama tidak pernah minta ke papa, uang untuk kebutuhan itu. Jadi tetap pakai uang mama aja untuk semua kesenangan mama.” Kata Valdi. Nanette memandang suaminya dengan rasa cinta yang membuncah. Sepertinya obat dari Cynthia bereaksi dengan baik dalam diri Valdi sehingga hari ini, Valdi kembali menjadi tenang dan berkata-kata dengan lemah lembut. “ Ma, papa mau ngomong sesuatu kepada mama, untuk persiapan kita nanti, karena papa tahu, kondisi papa ini bisa memburuk tanpa ada aba-aba ke kita. Ini karena otak papa, lagi bisa memikirkan hal-hal yang harus papa hadapi dengan jelas, makanya papa ngomong ke mama.” “ Ngomong apa, Pa? Jangan buat mama takut, dong. Masalah resign, mama akan setuju dengan semua pertimbangan papa, masalah lainnya jangan kita pikirkan dulu, kita nikmati saja dulu, saat ini bisakah?” Pinta Nanette penuh harap. “ Tidak bisa, Ma. Papa harus ungkapkan sekarang. Papa sudah memikirkannya saat mandi tadi. Dan papa mau, saat kita omongan masalah ini, kita rekam di recorder handphone, agar kalau papa lupa suatu saat nanti, Mama ada bukti kalau papa mengatakannya. ” Kata Valdi tegas. Nanette akhirnya hanya bisa mengangguk patuh. Valdi mempersiapkan handphonenya lalu menekan tombol record. “ Ma, kalau dalam satu dua bulan ini, kondisi papa memburuk dengan cepat dan papa mulai melupakan kalian berdua, Viona dan mama. Sebelum papa lupa segalanya tentang kalian. Papa memutuskan, akan kembali ke rumah mama dan papaku dan papa akan menceraikan mama supaya,keadaan papa yang memburuk tidak membuat mama kesusahan dan membuat mama menjadi membenci papa. Papa ingin kita bercerai dengan baik-baik agar mama bisa melanjutkan hidup dan bisa menemukan seorang pria baik yang bisa menggantikan papa. Papa ingin, mama tetap mengingat papa sebagai seorang Valdi yang mama cintai. Papa ingin kita berpisah dengan indah. Papa tidak ingin menyebabkan luka di hati mama.” Kata Valdi dengan air mata bercucuran. Nanette yang mendengarnya berkata seperti itu langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan menutup telinganya dengan kedua tangannya tanda dia tidak mau mendengar semua perkataan Valdi dan tidak mau menuruti keinginan Valdi untuk bercerai. Nanette tahu semua itu, Valdi lakukan karena dia tidak ingin membuat Nanette terluka. “ Dengarkan papa, Ma. Please ! Papa ingin kita bercerai baik-baik. Papa tidak akan membawa apa-apa keluar dari rumah ini. Semua akan papa berikan ke mama. Papa hanya perlu uang sepuluh juta perbulan untuk biaya suster dan biaya hidup papa , saat tinggal di rumah mama. Bisakah , mama menerimanya?” Tanya Valdi dengan suara bergetar menahan kesedihan. “ Tidak Bisa! Mama tidak pernah akan setuju untuk diceraikan. Mama tidak mau kita bercerai! Selama kita berdua masih bernafas, kita adalah suami istri. Mama tidak akan memaafkan papa, kalau papa menceraikan mama. Tidak ada perceraian yang indah. Mama tidak mau! Tidak akan mau! Papa harus tetap tinggal bersama mama dan Viona di rumah ini. Tidak usah kemana-mana. Mama yang akan merawat papa, betapapun memburuknya kondisi papa. Kita bisa panggil suster untuk membantu papa, tapi papa harus tetap tinggal di sini bersama kami. Tidak usah khawatir tentang keadaan mama. Kalau Viona, nanti mama pikirkan bagaimana baiknya, kalau papa melupakannya, supaya Viona tidak binggung, mengapa papanya bisa tidak mengenalnya. Pasti ada jalan keluarnya. Kita hadapi bersama-sama. Sekarang kita nikmati aja saat ini. Saat di mana papa bisa memikirkan segalanya dengan jelas. Kita nikmati moment ini , jangan papa berpikir yang tidak-tidak untuk berpisah dari mama. Sampai dunia kiamat, mama juga tidak akan setuju. Mama sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk. Jadi papa tidak usah khawatir. ” Kata Nanette tegas. Valdi memandang istrinya dengan penuh terima kasih. Begitu baik dan penuh cinta, istrinya ini. Padahal Valdi ingin membuatnya terlepas dari penderitaan berkepanjangan. Tapi Nanette tidak sudi menerimanya. Dia lebih baik menderita tapi tetap menjadi istri Valdi untuk selamanya. Valdi menghela nafasnya dan memeluk istirnya erat “ Maafkan aku ,Ma. Aku sangat mencintaimu. Baiklah, aku akan menuruti semua perkataanmu.Mari kita hadapi bersama dan maafkan aku kalau, aku membuatmu menderita. Tapi kalau suatu saat , mama sudah tidak tahan lagi dengan keadaan papa yang memburuk. Papa akan setuju kalau kita bercerai.” Kata Valdi. “Mama tidak akan pernah setuju! Kita hadapi ini bersama-sama. Dan papa jangan mikir yang tidak-tidak.” Kata Nanette dan langsung mencium bibir Valdi mesra. Valdi membalas ciuman Nanette dengan lembut tanpa memasukan lidahnya, dia hanya mencium bibir Nanette seperti ciuman pertama remaja. Nanette sebenarnya ingin melanjutkan ciuman mereka dengan memasukkan lidahnya ke mulut Valdi tapi Valdi sepertinya tidak berhasrat. Dia hanya mencium Nanette sekilas tanpa membelai-belai punggung Nanette seperti biasanya dan saat Nanette menyentuh bagian intim milik Valdi, miliknya juga terkulai lemas. Nanette tahu, saat ini Valdi suaminya tidak lagi berhasrat dan Nanette harus mengendalikan dirinya agar tidak membuat Valdi lebih terpuruk. Meskipun Nanette sangat ingin bercinta dengan suaminya, tapi dia sadar dan harus menahan diri, karena kondisi Valdi yang tidak bisa melakukannya saat ini. Perjuangannya baru dimulai dan Nanette yakin dengan cinta tulusnya kepada Valdi, semua akan bisa dia lewati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN