Nanette keluar dari kamarnya, memakai dress selutut berwarna merah menyala yang membalut erat, memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna. Valdo yang duduk di meja makan bersama mamanya, memandang kakak iparnya itu sambil berdecak kagum dan berkata.
“ Pangling aku kak Na, melihatmu memakai dress itu. Kamu terlihat lain dari biasanya.”
“ Nggak pantas ya? Uda lama aku nggak memakai baju ini. Biasanya kalau ngajar kan hanya pake blazer. ” Kata Nanette sambil melihat-lihat bajunya.
“ Pantas kok, Na. Kamu cantik sekali. Pasti Valdi juga pangling melihatmu tadi, setelah berbulan-bulan tidak melihatmu memakai pakaian seperti ini.” Kata Mama Dyna.
Nanette hanya tersenyum dan tidak menjawab ibu mertuanya, dia nggak enak mengatakan kalau Valdi tadi hanya menatapnya dengan pandangan kosong. Meskipun Nanette sengaja memakai baju di depannya dan keluar dari kamar mandi hanya mempergunakan handuk. Valdi tetap tak bergeming, matanya tetap menatap kosong ke arah Nanette seakan tak berjiwa. Penyakit ini benar-benar telah menghilangkan semua sifat-sifat Valdi yang hangat dan penyayang.
“ Yuk! Kita berangkat. ” Ajak Valdo membuyarkan pikiran Nanette.
“ Kami berangkat dulu ya, Ma. Tolong jaga Valdi. Aku uda mandiin dia, Ma . Jadi nanti tinggal makan malam dan nemenin Valdi nonton TV sebelum dia tidur. Biasanya Valdi tidur, jam setengah sembilan.” Pesan Nanette pada mertuanya.
“ Jangan khawatir, Na. Mama bisa menjaga Valdi. Kamu bersenang-senanglah. Jangan pikirkan Valdi untuk 5 jam ini. Kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri, biar matamu bisa kembali bersinar indah. Mama juga tidak mau kamu sedih terus.” Kata Mama Dyna dengan hangat kepada menantu kesayangannya.
Valdo dan Nanette pun berjalan keluar rumah. Valdo membuka pintu mobil untuk kakak iparnya yang tampil sangat memukau hari ini. Meskipun matanya tetap menyorot sedih, tapi sapuan lipstick warna merah dan blush on tipis di pipinya,membuatnya kelihatan tambah cantik.
“Kamu jangan mandangin aku terus, Val.Pandang ke jalanan!” Perintah Nanette pada adik iparnya.
Valdo sambil tersenyum-senyum berkata.
“ Pantesan Valdi tergila-gila padamu, dulu. Ternyata kamu cantik dan sangat baik hati. Dulu aku pernah meragukan pilihan Valdi, ketika dia bilang ke aku, mau melamarmu. Aku sampai menyuruhnya memikirkan baik-baik biar tidak makan hati nanti.”
“ Kenapa? Kok makan hati? Emang aku kurang apa?”Tanya Nanette dengan mengeryitkan dahinya.
“ Nggak ada yang kurang sih. Aku hanya bilang ke Valdi dulu, pikirin baik-baik kalau mau jadiin istri. Anak orang kaya itu buat pusing tujuh keliling loh. Biasanya manja, mau menang sendiri dan susah diatur dan high maintenance.” Kata Valdo sambil memandang lurus ke depan, tak berani lagi memandang ke arah Nanette.
“ Sekarang apakah pendapatmu itu sudah berubah?” Tanya Nanette, memicingkan matanya memandang ke arah Valdo yang sekarang balas memandangnya dengan senyumnya.
“ Sejak bertemu denganmu pertama kali, pandanganku berubah 180 derajat, ternyata kamu berbeda dengan anak orang kaya pada umumnya. Kamu tidak manja, tidak susah diatur dan tidak egois. Aku jadi bersyukur, Valdi menjadikanmu istrinya. Ternyata dia tidak salah pilih.”
“Tapi kamu, kok nggak bilang, ternyata aku tidak high maintenance? Kamu berarti , tetap anggap aku high maintenance dong.” Kata Nanette.
“ Itu karena aku lihat barang-barang yang kamu pakai. Kamu ini tetap high maintenance sih. Baju merahmu ini , merek Dolce& Gabbana. Tas tanganmu itu merek Coach dan sepatumu merek Jimmy Choo. Harga outfitmu hari ini aja, uda puluhan juta, gimana aku bisa bilang kamu low maintenance. Tapi aku tahu, kamu pasti beli semua ini pakai gajimu sendiri . Atau kamu dibeliin oleh orangtuamu.Nggak mungkin, Valdi yang membelinya untukmu. Karena Valdi itu benar-benar buta gaya dan merek. Aku yakin, kemeja-kemeja Burberrynya juga kamu yang beliin, bukan Valdi yang membelinya sendiri.” Kata Valdo ibarat pengamat mode.
“ Benar, aku memang suka barang-barang branded , sepanjang bisa kubayar dengan gajiku. Kalau masih puluhan juta, aku masih sanggup. Toh aku tidak sering-sering shopping. Kalau untuk blazer-blazer ku untuk ngajar, aku cocok dengan merek local aja Executive yang harganya juga tidak terlalu mahal. Valdi juga nggak pernah melarangku beli-beli , tapi memang dia tak pernah membelikan untukku. Dia bilang aku boleh membeli apapun dengan gajiku.” Kata Nanette.
“ Jadi kalau kamu nggak ngajar lagi nanti, atau berkurang jam ngajarmu, berarti berkurang juga dong gajimu. Mana bisa shopping lagi?” Kata Valdo menggoda Nanette sambil tersenyum-senyum jahil.
“ Shoppingnya ya dikurangi aja, dulu sebulan sekali sekarang jadi sekali dalam tiga bulan. Toh , aku juga nggak kemana-mana lagi. Hanya di rumah merawat Valdi, pake daster juga uda OK. Kadang mamaku juga memberiku hadiah, misalnya sepatu dan bajuku ini, hadiah dari mama saat ulangtahunku. ” Kata Nanette tertawa.
Valdi menatap Nanette dengan iba. Semoga saja wanita baik ini bisa bertahan dengan keadaan ini, seperti tekadnya . Selama Valdi bernafas , dia tetap akan setia mendampingi dan merawat Valdi untuk selamanya, bagaimanapun memburuknya keadaan Valdi.
Selama Valdo tinggal di Jakarta, dia bisa melihat keteguhan hati Nanette, dia memang wanita yang kuat . Tidak pernah sekalipun dia berpaling dari Valdi, betapapun buruknya kelakukan Valdi padanya. Nanette tahu, semua yang Valdi lakukan padanya, karena Valdi tidak sadar akibat penyakitnya. Apapun yang Valdi lakukan, Nanette selalu akan menghadapinya dengan senyuman dan berkata lembut.
“ Tidak apa-apa, suamiku. Gelas yang pecah bisa kita beli kembali. Yang penting, tangan suamiku tidak terluka.” Nanette katakan itu, saat Valdi membanting gelas, karena frustasi tidak bisa mengangkatnya dari meja karena kehilangan koordinasi geraknya.
Atau saat Valdi menepis tangan Nanette , karena tidak mau disuapin oleh Nanette. Semua kelakuan Valdi, itu tetap bisa dia hadapi dengan tabah dan tegar. Mulutnya selalu tersungging senyum manis dan kata-katanya selalu lembut. Hanya sinar matanya saja yang makin meredup dibandingkan saat Valdo bertemu dengan Nanette pertama kali. Dulu masih ada sinar penuh harapan di mata indah itu, sekarang harapan itu seakan punah, yang ada hanya sinar bertahan dan pasrah untuk tetap mendampingi Valdi selamanya.
Mereka berdua tidak lagi berkata apa-apa. Masing-masing sibuk dengan pikirannaya sendiri , sepanjang perjalanan menuju rumah Lucas. Nanette dengan pikirannya yang khawatir tentang Valdi, dan Valdo dengan harapannya agar Nanette tetap kuat mentalnya selama merawat Valdi yang setiap hari semakin memburuk kondisinya.
++
Mereka tiba di rumah Lucas tepat jam lima sore. Sudah terlihat mobil silver Cynthia di garasi rumah Lucas. Nanette tersenyum senang, apa yang dia ajarkan kepada Cynthia, kelihatannya berhasil, karena sudah berminggu-minggu ini, Lucas hanya hadir di setiap Sabtu dan Minggu ke rumah mereka untuk menjenguk Valdi, itupun selalu dengan Cynthia yang menemaninya. Nanette dan Cynthia, memang belum pernah ngobrol lagi, jadi Nanette tidak tahu bagaimana perkembangan hubungan Lucas dan Cynthia. Semoga hari ini, Cynthia akan bercerita padanya.
Mama Lucas menyambut mereka berdua dengan ramah dan sekarang beliau lagi ngobrol dengan Valdo dan Lucas di ruangan tengah. Nanette mencari Cynthia yang sedang sibuk memotong aneka buah-buahan untuk dibuat es buah di dapur.
“ Hi. Cyn. Sini ku bantu. Aku sengaja datang sorean,sebelum jam pestanya, supaya bisa membantumu.” Kata Nanette langsung duduk di meja makan persegi itu.
“ Ihhh, baiknya temanku ini.” Kata Cynthia dengan senyuman dan langsung memberikan pisau dan telenan kepada Nanette yang dengan sigap mengambilnya dan langsung mengambil buah semangka untuk dipotong -potong kecil-kecil.
“ Na, aku mau terimakasih nih, sama kamu. Semua yang kamu sarankan, aku lakukan dan aku berhasil,Na! Sabtu lalu, Lucas memintaku untuk menjadi pacarnya, dan yang sungguh membuatku senang. Kami berciuman,Na. For the first time. Aduh. Lucas sweet banget sih. Mungkin ini ciuman pertamanya ya, Na. Aku melihat dia agak canggung. Tapi seperti anjuranmu, aku yang harus take action. Mulanya dia hanya menciumku sekilas di bibir,ketika aku menganggukkan kepalaku. Tapi ketika mau dia lepaskan, aku langsung memeluk lehernya dan memasukkan lidahku ke mulutnya. ” Bisik Cynthia sambil tersipu-sipu.
“ Aku ikut senang . Memang cowok-cowok kek Valdi dan Lucas, harus kita yang agresif, kalau nggak mah, mereka akan diam saja. Sebentar lagi, kamu pasti bakalan jadi nyonya Lucas kan?” Kata Nanette ikut senang, mendengar kabar bahagia ini.
“ Ah. Masih lama, kemarin Lucas bilang, kami jalani dulu setahun,dua tahun, nanti baru kami tentukan mau dibawa ke mana hubungan kami ini. Aku hanya mengangguk, karena bisa menjadi pacarnya aja uda perjuangan bagiku.” Kata Cynthia tersenyum senang.
“ Kamu tetap dekatin mamanya Lucas, Cyn. Kalau menurut aku, secepatnya lah kalian menikah, ngak usah tunggu dua tahun lagi. Usia kalian uda sama-sama nggak muda loh. Kalau aku dulu kan, pacaran dua tahun karena masih dua puluhan. Hidup ini sangat singkat, kita nggak tahu kapan kita akan tetap bisa menjalani hidup bersama orang tercinta kita.” Kata Nanette dengan sendu.
“ Jangan sedih, Na. Pasti kamu juga akan bahagia nanti. Aku yakin itu. Kamu orang baik. Tuhan lagi mengujimu agar dia bisa memberikan kebahagiaan yang lebih kepadamu.” Kata Cynthia pelan.
“ Eh, Na. Ada yang mau aku tanyakan kepadamu, karena kamu sudah mengenal Lucas lebih lama daripada aku dan katamu Lucas itu setipe dengan suamimu”.
“ Apa? Sebenarnya kalau kamu mau tahu Lucas, luar dalam. Valdi yang harus kamu tanyain. Sayang, dia sudah tidak ingat siapa-siapa selain Valdo. Lucas aja uda dia lupakan. Kalau tidak, pasti kamu bisa dapat info lebih akurat dari Valdi. ” Kata Nanette pelan dan tetap dengan suara sendunya.
“ Hal ini, nggak mungkin aku tanya ke Valdi. Aku malu dong kalau bertanya hal seintim ini dengan Valdi. Meskipun Valdi sehat-sehat saja, aku tetap akan bertanya ke kamu. ” Kata Cynthia.
“ Emang apaan, Cyn? Kamu buat aku penasaran aja.” Tatap Nanette ke Cynthia penuh rasa penasaran.
“ Kamu dulu, masih perawan nggak saat malam pertama?” Bisik Cynthia pelan.
Nanette membelakkan matanya tapi segera tersenyum dan berkata.
“ Aku masih full segel di malam pertama. Kami tak pernah melakukan yang lebih dari sekedar ciuman, saat berpacaran dulu bahkan Valdi tidak pernah membelai bagian tubuhku lainnya, dia benar-benar menjaga aku bagai porselen china. Valdi pacar pertamaku, aku juga tidak pernah meminta lebih dong, karena sama-sama tidak pengalaman. Kenapa kamu bertanya?”
Sekarang Cynthia tampak galau, tapi dia harus mengungkapkan semuanya dan bertanya kepada Nanette bagaimana baiknya, karena dia khawatir tentang hubungannya dengan Lucas.
“ Aku takut, Lucas kecewa, kalau saat menikah nanti dia tahu, aku sudah tidak perawan. Aku dulu saat S2 di Australia, pernah melakukan hubungan intim dengan pacarku. Dia teman kuliahku, orang Vietnam dan ketika aku memutuskan pulang, hubungan kami terputus, dan aku jomblo sampai puluhan tahun.”
“ Sepertinya Lucas tidak mungkin sepicik itu deh, Cyn. Usia kalian juga uda dewasa banget. Uda hampir 40 tahun.” Kata Nanette menenangkan Cynthia.
“ Aku khawatir, Na. Karena ciuman kami kemarin itu, ciuman pertama bagi Lucas loh. Jadi aku berkesimpulan, dia juga pasti masih perjaka. Dan tentunya kalau dia nikah, dia mengharapkan istrinya juga masih perawan. Kalau dengan cowok lainnya sih, aku tidak sekhawatir ini.” Kata Cynthia berbisik pelan.
Nanette tampak berpikir, apa yang dikatakan Cynthia memang ada benarnya. Nanette tidak tahu bagaimana menjawab Cynthia, karena benar-benar tidak mengerti jalan pemikiran Lucas. Tiba-tiba hal ini terbersit di benak Nanette dan langsung dia berkata kepada Cynthia.
“ Waktu itu kamu bilang, Lucas pernah menyukai aku yang sudah jadi ibu, anak satu. Berarti masalah keperawanan itu, bukan lagi masalah utama untuk Lucas. Dia aja bisa menyukai aku yang jelas-jelas tidak virgin lagi. Nah, jadi kamu harus berusaha lagi, untuk membuat Lucas jatuh cinta lebih dalam padamu, agar masalah keperawanan itu bukan hal yang patut menjadi kekhawatiranmu, karena rasa cinta kalian lebih besar dari selaput tipis itu.”
Cynthia tampak berpikir dan menganggukan kepalanya karena apa yang dikatakan Nanette sangat logika.
“ Menurutmu, aku harus jujur nggak ya, pada Lucas?”
“ Aku nggak bisa menjawabnya. Kamu sendiri pasti akan menemukan jawabannya nanti, mengalir aja Cyn, jangan terlalu dipikirkan. Semakin kamu memikirkannya , semakin ruwet nanti. Kek aku sekarang ini, aku tidak mau memikirkan apa-apa lagi. Kalau Valdi melupakanku gimana? Kalau Valdi jadi tidak bisa berjalan sama sekali gimana? Kalau Valdi mengusirku karena tidak nyaman aku tidur disampingnya, gimana? Dulu itu, hal-hal seperti itu selalu mengganggu otakku. Selalu aku pikirkan, apa yang harus aku lakukan kalau semua itu terjadi. Dan aku selalu merasa down dan sedih, lalu aku akan menangis di kamar mandi. Setelah aku berkonsultasi denganmu, malah kamu yang memberiku nasehat. Jangan paksakan dirimu untuk memikirkan hal yang tidak pasti. Kalau sudah kejadian, baru kita hadapi, juga tidak akan terlambat. Dan setelah berbulan-bulan , Valdi memang telah melupakan aku, tetapi dia tetap nyaman aku berada di sampingnya. Dia tetap nyaman aku mengenggam erat tangannya dan dia tetap nyaman aku tidur di sampingnya. Jadi aku rasa, kamu harus seperti aku. Jalani aja dulu. Pasti nanti ada jawaban dari semua kekhawatiran kita itu, dan semua masalah bisa kita atasi.” Kata Nanette berapi-api.
“ Wah..kamu lebih cocok jadi psikiater dibandingkan aku.” Kata Cynthia bertepuk tangan.
“ Hahahah. Nggak lah. Psikiater itu kan seperti tukang gunting rambut, yang tak bisa menggunting rambutnya sendiri, jadi butuh teman juga untuk curhat. Nah aku ini hanya temannya psikiater yang bisa memberi nasehat berdasarkan pengalaman hidupku, yang jungkir balik berbulan-bulan ini.” Kata Nanette berumpama.
“ Tapi kamu sangat hebat, Na. Aku bangga padamu. Kamu bisa setabah ini menghadapinya, saat Valdi, suami dan orang yang paling kamu cintai itu melupakanmu.” Kata Cynthia lembut.
Nanette hanya tersenyum. Orang-orang yang melihatnya pasti akan menganggapnya sangat kuat dan tabah, tapi mereka tidak tahu betapa hancur lebur hatinya, ketika Valdi melupakan dirinya, saat Nanette, yakin, dia adalah orang terakhir yang akan dilupakan Valdi dan ternyata dia salah. Valdi malah pertama melupakan dirinya dan hanya tersisa Valdo dalam ingatannya.