9

1068 Kata
Waktu sudah menunjukkan pukul sebilan malam. Setelah makan malam bersama, kedua pasangan pengantin baru itu duduk di taman belakang dan saling bertukar cerita. Dini banyak bertanya tentang kehidupan Herman, suaminya dengan istri dan anak-anaknya. Dini paham dengan keadaannya serta statusnya yang hanya sebagai istri kedua dan siri. "Mas, aku lelah. Boleh aku lebih dulu ke kamar untu tidur?" tanya Dini lembut sambil menyenderkan kepalanya di lengan kekar Herman, suaminya. "Apa kamu sudah mengantuk, sayang?" tanya Herman dnegan suara lembut dan menggenggam erat tangan kanan Dini yang sejak tadi berada di atas pahanya. Dini hanya mengangguk pasrah dengan kedua mata yang telah terpejam. Dini setengah sadar. Entah pertanyaan apa lagi yang ditanyakan oleh Herman, suaminya kepada dirinya namun tidak terjawab. Herman menoleh ke arah istri sirinya. Kedua mata istrinya telah menutup dan terpejam tanpa ada pergerakkan dari kedua bola mata yang tertutup . Di pandanginya wajah istri sirinya yang sangat cantik itu, masih terlihat lelah dan lemas namun binar bahagianya juga begitu kentara. Tubuh Dini sudah di angkat dan di bawa ke kamar tidurnya dengan pelan. Malam ini, Herman harus pulang ke rumah istri pertamanya agar tidak timbul kecurigaan. setelah merebahkan tubuh Dini di kasur, Herman pun mengganti pakaiannya dan pergi meninggalkan kamar tidur itu. "Benny, ada kabar apa? Ada sesuatu yang tidak beres? Ku lihat kamu, mondar mandir sejak tadi?" tanya Herman pelan lalu duduk di kursi tengah. Benny cukup terkejut dengan kedatangan Herman yang menurutnya begitu tiba-tiba. Tubuhnya berbalik lalu berjalan mendekatu Tuan Herman yang sedangng menyalakan cerutunya. "Maaf Tuan, ada masalah sedikit. Tapi ...." ucapan Benny terhenti. Benny tampak ragu untuk melanjutkan kata-katanya. Herman pun mematikan koreknya dan membatalkan untuk menyalakan cerutunya. Tatapannya tajam ke arah Benny. Herman sangat paham, ucapan Benny ini tidaklah main-main dan pasti ada sesuatu hal besar yang sedang terjadi. "Ada apa? Tolong ceritakan?" tanya Herman tegas. "Tuan Rudi tadi mengancam akan membeberkan rahasia ini, bila separuh saham PT. ROYAL tidak di berikan kepada dirinya," ucap Benny sedikit tergagap. Masih terngiang ucapan Tuan Rudi saat siang tadi sebelum pintu rumah utama di tutup dan menjadi rumah yang lebih privasi lagi. "BIlang pada Herman!! Semua kartu AS nya ada padaku, baik tentang pernikahan siri ini, aku memiliki semua bukti foto maupun tentang wanita jalang itu. Berikan separuh saham PT. ROYAL, jika tidak bersiaplah untuk menerima resiko berat," ancam Rudi yang akhirnya pergi dengan wajah merah padam karena marah dan kesal. Apa yang di lihat Benny tadi siang pun di ceritakan kepada Hermn, Sang Majikan. Herman terdiam dan meletakkan cerutu besarnya di meja. Duduknya yang tegak kini mendadak lemas dan bersandar di sandaran kursi tengah. "Tuan Herman? Anda tidak apa-apa?" tanya Benny yang terlihat sedikit panik. Herman menggelengkan kepalanya dengan cepat. Herman hanya berusaha untuk tidak terlihat gugup atau pun panik. "Aku tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan. Tolong panggil semua pelayan disini," titah Herman, Sang Majikan. "Baik Tuan," jawab Benny tanpa membantah. Benny langsung ke bagian belakang, tempat dimana semua pelayan dan pekerja selalu berkumpul bersama. Benny masuk begitu saja ke dalam ruangan luas dan berbicara dengan suara agak keras. "Maaf teman-teman semuanya. Saat ini, kalian semua dipanggil oleh Tuan Herman di ruang tengah. Ada sesuatu hal yang akan di bicarakan," ucap Benny dengan suara tegas. Semua pelayan dan pekerja yang sedang berbincang pun langsung terdiam dan menatap ke arah Benny. Mendengar perintah Benny bahwa majikan besarnya ingin mereka berkumpul, dnegan segera mereka semua merapikan diri dan bergerak berjalan menuju ruang tengah bersama Benny. "Semua sudah berada disini Tuan Herman. Silahkan," ucap Benny pelan memberi tahukann. Herman pun langsung mengangkat kepalanya dan menegakkan duduknya saat melihat semua pelayan dan pekerja rumah besar itu sudah berkumpul disana. "Rosa!! Maju Ke depan. Lalu kamu, Denis!" panggil Herman dengan lantang. Kedua nama yang di sebut tadi nampak ketakutan dan ragu. "Iya .... Tuan. Ada apa?" tanya keduanya dengan rasa takut. "Kalian adalah dua orang pilihan saya untuk menjaga Dini, istri saya dari bahaya apapun termasuk dari Siska, istri saya. Mungkin saya akan datang ke rumah ini, tapi tidak setiap hari, jadi tolong jaga Dini. Lalu, kamu, Denis, kamu adalah asisten pribadinya yang menemani kemana pun Dini pergi termasuk ke kampus. Antar Dini besok ke kampu A, disana Dini sudah saya daftarkan sebagai mahasiswi baru. Jaga dia dari bahaya lelaki yang menggodanya!! Paham kalian semua!!" ucap Herman dengan tegas. Herman merasa ada getaran sesuatu yang kurang baik akan terjadi. Cepat atau lambat hubungan pernikahan siri ini akan terkuak dan di ketahui oleh Siska dan keluaga besarnya dan itu tandanya, masalah besar akan timbul. "Baik Tuan Herman. kami berdua kan menjaga amanah ini dengan baik," ucap kedua asisten itu denga mantap. Pekerjaan ini tidak sulit tetapi memiliki resiko yang cukup besar jika lalai. Tuan Herman hanya mengangguk pelan tanpa senyuman. Wajahnya yang beringas terlihat begitu galak dan kejam. "Benny, hanya kamu yang bisa aku percaya. Cari tempat baru untuk Dini, dan bawa kedua asisten ini bersamanya. Aku rasa rumah ini sudah tidak aman bagi Dini," titah Tuan Herman dengn tegas. "Baik Tuan Herman. Saya akan mencarikan tempat yang paling aman bagi nona Dini, istri Tuan," ucap Benny dengan mantap. "Antar saya pulang sekarang Benny. Ingat!! Apa yang sudah menjadi pekerjaa kalian. TIdak terima tamu siapa pun," ucap Tuan Herman memberikan peringatan. Malam ini begitu dingin. Herman yang duduk di jok depan, dengan fokus memandangi jalanan yang di lewati dengan seksama. Ada keganjalan di dalam hatinya. Ada perasaan takut dan was-was yang di rasakan dalam hatinya. "Sebenarnya, ada hal lain yang Tuan Herman rasakan? Atau ada hal lain yang menggaggu pikiran Tuan Herman?" tanya Benny dengan pelan membuka pembicaraan dalam perjalanan itu. Herman mengangguk pelan, mengiyaka semua yang di ucapkan oleh Benny. "Siska dan Rudi. Keduanya sangat mengganggu pikiranku," ucap Herman pelan. Benny hanya mengangguk paham. Ternyata ancaman Rudi, sahabat baik Herman pun bisa mengganggu pikiran Herman. "Rudi adalah buaya jantan yang tangguh. Dia adalah mantan kekasih Siska sebelum Siska di jodohkan denganku. Keduanya saling mecintai dan sepertinya rasa cinta itu masih abadi hingga saat ini, terbukti jika keduanya bertemu binar bahagia keduanya nampak penuh damba dan cinta. Padahal kemarin, aku sudah tidak mengundang Rudi, namun lelaki itu ada di sana, lalu siapa yang mengundang Rudi datang ke pernikahan siriku. Dan kamu tahu ini akan menjadi masalah besar bagiku," ucap Herman pelan. Benny cukup terkejut dengan penjelasan Tuan Herman. Rudi bisa datang ke acara kemarin, namun tidak ada yang mengundangnya, lalu siapa yang mengundangnya? Bahkan ada mobil hitam yang sejak kemarin terparkir di dekat rumah besar Tuan Herman, itu siapa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN