"Mbak! Astaga!" Rindi semakin cemas karena waktu tampil hampir tiba, tetapi Yuna masih kesakitan. Ia mengusap punggung Yuna dengan lembut sementara Yuna meletakkan keningnya di atas lengan yang ia lipat di meja rias. "Kasih waktu bentar. Biar Mbak Yuna tenang." Para tim bergegas mengurus panggung. Mereka tak ingin ada kekacauan dalam pertunjukan ini. Namun, Yuna memang sakit. Ia terisak-isak lalu mulai menegakkan diri. Wajahnya yang semula cerah kini terlihat pucat. "Aku nggak apa-apa." Yuna meraih tasnya. Ia mengeluarkan obat dari sana. "Bukain." "Mbak yakin bisa tampil?" tanya Rindi. Yuna mengangguk. Ia harus tampil meskipun ini akan menjadi penampilan terakhirnya. Dan ia sangat menyayangkan karena Kevin tidak bisa datang. Dengan wajah yang masih basah, ia segera meminum obat itu. Ia
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari