Penggosokan (18+)

1105 Kata
"Nnhh~" Mati-matian Rika menahan diri untuk tak balik membentak Ken setelah apa yang ia alami pagi ini. Ia sadar diri hanya berstatus maid di sini, namun bukan artinya Rika akan pasrah begitu saja seolah menjadi b***k s3ks pun ia rela.   "Tidak... ada," sahut Rika jujur. Pipinya merona tipis kala melihat sosok tel4nj4ng Ken. Matanya melirik ke samping seolah menghindari pantulan cermin yang memperlihatkan sosoknya.   "Fufufu~ benarkah?" goda Ken.   "Mungkin... hanya para preman jalanan," tukas Rika dengan nada lirih seraya ber-heh-ria usai itu. Harusnya bagian itu tak usah dihitung, sih. Toh sebelum dipegang, Rika sudah main pukul sebagai bentuk pembelaan diri.   PLAK!   "Saatnya Anda mandi, Ken-sama." Rika menepis seberusaha sesopan mungkin tangan Ken dari dadanya. Ini bukan penolakan, tapi sebuah kekesalan atas sikap kasar pria tadi dengan sok membentaknya.   "Tsk!" decak Ken berlagak sedih dan kecewa. "Rika-chan hidoi yo (kejam)~"   Tanpa perduli hanya memakai dalaman semata, Rika mengarahkan tubuh Ken ke dalam bak yang sudah terisi air hangat.   "Gomennasai (mohon maaf), Ken-sama. Saya bangun kesiangan," ujar Rika seraya masuk ke dalam bak usai menyambar penggosok tubuh. "Tadi malam saya tak bisa tidur karena pikiran saya kacau. Ancaman Anda membuat saya frustasi."  Rika menggosok pelan punggung Ken. Ucapannya tak ada kebohongan, bahkan apa adanya. Tapi... terlalu jujur sih.   Ia bagai dibawah tekanan. Sekali salah bertindak maka Ibunya dalam bahaya. Tapi Rika juga punya sisi tak mau menurut begitu saja. "Uang itu sebenarnya atas apa?" Ucapan itu dibarengi dengan gosokan agak emosi tanpa sadar. Semoga saja kulit Ken aman sentosa.   Ken yang duduk di bathtub membelakangi Rika agak bergerak-gerak seperti merasa sesuatu.   "Uang? Ohh, ternyata Ibumu sudah memberitahumu, ya? Csk, orang tua itu. Humm... itu karena kau membuatku senang semalam. Itu saja. Kenapa? Apa itu salah?"   Ken menoleh sedikit ke belakang walau tak sampai melihat Rika.   "A-aduduh... sayank... perlahan saja menggosoknya. Kulit bayiku bisa terkelupas nantinya," keluh Ken jujur.  Gosokan Rika entah itu sengaja atau apa terasa panas di punggung. Jadi, daripada kulit indah Ken ternodai, lebih baik dihentikan gosokannya.   "Ganti depan saja," Ken memutar badannya menjadi duduk menghadap Rika yang bertel4nj4ng d4d4. "Hei, apa benar para preman itu berani memuji opp4i ini?" Ken meraih p4yud4r4 kiri Rika dan meremas lembut. "Kalau kau tau namanya sebut saja siapa dia, akan aku buat lidahnya mengucapkan sayonara dengan mulutnya."   Jiwa sadis Ken mungkin menuruni dari sang kakek yang ketua Yakuza legendaris. Terkenal karena sadis namun sangat berwibawa. Ken sangat memuja sang kakek yang kini telah tiada ditembak lawannya secara diam-diam.   "Tak ada yang boleh memuji dan menyentuh Rika-ku kecuali aku."   Heh?! Pria ini aneh, batin Rika heran. Mau Ken sebenarnya itu apa, sih?!   Dan juga, membuat senang semalam? Semalam?! Itu pemaksaan! Lagipula Rika sama sekali belum rela jika Ken melakukan itu padanya. Ia menggeleng pelan. Tak ada waktu untuk menanyakan nama mereka satu persatu. Lagipula kenapa Ken jadi se-posesif tiba-tiba begini padanya?   'Keterlaluan.' Rika singkirkan kembali tangan Ken meski perlahan. Ia mulai menggosok d4d4 sang majikan dengam pikiran menerawang.   Pria Fujisaki ini... keterlaluan.   "Lain kali Anda tak perlu sebaik itu, Ken-sama. Saya jadi berfikir jika saya tak lebih sekedar jadi pemuas Anda," tolak Rika halus seraya menggosok area perut Ken dan agak ragu menuju ke bawah lagi.   Dan Rika yakin jika mantan maid sebelumnya pasti tak perawan lagi usai masuk ke dalam sarang ini. Itu sebabnya, isi otak Rika hanya ada 'Ken itu b4jing4n! Penjahat k3l4m1n! Go! Go! Bunuh!'   Errr........?   "Ken-sama, bisa Anda tahan... sedikit?" tanya Rika agak ambigu seraya mengkodekan jika ia akan menggosok bagian sekitar selangk4ng4n. otomatis pria itu harus berdiri. PYOKK!!   Ken serta-merta berdiri dan kejantanan itu langsung ada di depan mata Rika. Secara LIVE! Jika semalam hanya samar-samar saja Rika melihat, ini sangat jelas, dan tegang meski belum sepenuhnya.   Gadis Tadashi berdebar-debar. Apa ia harus lakukan ini?! Sh1t! Benda yang menggantung itu membuat jantung Rika berdetak kencang. Melihat kejantanan pria secara live itu....   Rika sempat melotot seketika karena kejantanan Ken tepat berada di dekat wajahnya. Ia lekas memalingkan wajah ke samping buru-buru usai itu.   "Gosoklah dengan tangan. Aku tak pernah menggunakan spons untuk menggosok p3n1sku." Sebuah perintah absolut telah mengalun tanpa malu-malu. Mana mungkin Tuan Muda Fujisaki mengenal malu?   Tuan Muda Ken memberikan titah yang luar biasa. Tapi memang masuk akal, bukan? Daerah seperti itu memang harusnya memakai tangan t3l4nj4ng.   "Kenapa, Rika-chan? Kok diam? Kau tak suka menggunakan tangan? Haruskah aku memberi perintah baru agar menggunakan mulutmu saja? Masih ingat pasal dalam perjanjian kita, bukan? Perintahku adalah ab-so-lut."   Ken sungguh hebat dalam memberikan penegasan pada para pegawainya. Tak heran banyak yang menyanjungnya. Haha.   "Dan aku tak peduli kau berfikir apa tentang dirimu, Rika-chan. Bagiku, kau adalah milikku, kepunyaanku, hakku. Nah, ayolah lekas sabuni penisku menggunakan tanganmu. Lembutlah pada masa depanku agar aku tak perlu menjatuhi hukuman apapun padamu."   Sang tuan muda menatap lekat Rika di bawah sana sambil berkacak pinggang.   "Humm... aku sangat menikmati pemandangan dari sini, Rika-chan... Opp4i-mu... huumm..."   ''A-apa maksud Anda dengan kepunyaan Anda, Ken-sama? Saya... bukan siapa-siapa Anda, hanya... ma-maid,'' jelasnya sambil tutupi opp4i-nya menggunakan tangan. Gila!   Milikku. Kepunyaanku. Hakku.   Ceh! Memangnya dia itu siapa? Sejak kapan luar-dalam dirinya adalah hak kepemilikan seorang Ken? Rika hanya maid, catat itu! Maid itu bekerja melayani tuannya untuk urusan makan, minum—tapi bukan masalah ranjang sedikitpun!   Ken selalu bicara pasal apalah-apalah, bagaimana untuk pasal ke-hak asasi-an seorang maid? Yang benar saja, kerjanya harus melayani napsu majikannya. Heh?   Nampaknya, pria muda ini belum pernah merasakan namanya perjuangan panjang yang berakhir gagal, ya.   Rika hanya tersenyum sinis seraya ulurkan dua tangannya. Wajah Rika menunduk, memilih permukaan air menjadi tempat perjalanan indera penglihatannya.   Rika menggosok area lipatan paha Ken perlahan dengan wajah memerah. Matanya terus lekat memandangi pantulan wajahnya pada permukaan air. Kala usai membersihkan area lipatan serta bagian paha, tangan Rika berhenti ragu-ragu saat tak sengaja menyentuh kebanggaan Ken.   Apa seberat inikah tugas seorang maid? Kalau tahu begini, ia tak mau sesemangat itu melamar pekerjaan di sini. Rika itu bukan maid profesional, you know!   ''Go-Gomennasai,'' ucap Rika terlebih dahulu seperti tengah meminta izin, kemudian...   GREP~   BLUSH!!   Sial! Wajahnya sudah bagai kepiting rebus pastinya. Dengan satu tangan, ia genggam kejantanan sang majikan sedang satunya lagi melakukan gosokan seraya berharap semua cepat selesai.   Namun akhirnya tak lama, dua tangan Rika yang bekerja juga. Tapi jangan pikir ia malah memanfaatkan hal begini untuk berbuat nakal, ya. I-itu murni hanya menggosok, membersihkan permukaan keperkasaan Ken, kok.   "Ermmghh... hrrmgghh..." Ken malah menderam keenakan ketika p3n1snya diusap tangan berbalur sabun milik Rika.  "Ahh... iya sayank... seperti itu... enak sekali... orrffhh... kimochiii..." Tuan muda sibuk meracau apapun yang ada di otak. "Rika-chan... Rikaaaa... kau milikku... milikku..."   Tak mempedulikan pertanyaan Rika sebelumnya, Ken justru menegaskan mengenai status Rika yang sudah ditentukan sang majikan. Yaitu sebagai miliknya. "Pokoknya kau milikku... milikku!"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN